Bersakit-Sakit Dahulu, Menderita Kemudian

Java Tivi
0
Satu dekade sudah, reformasi Negri Hutan ‘Nduwur’ terlewati. Perubahan menuju masa depan lebih cerah hanya sebuah mimpi. Warga hutan lagi-lagi harus menanggung penderitaan yang menjadi-jadi. Para warga banyak yang mengeluh dengan semakin sulitnya mencari makanan, karena sudah banyak kerusakan yang diperbuat manusia. Kelinci kecil, Kuda kecil, Kancil kecil, dan semua yang kecil-kecil (kecuali Kerbau kecil) tidak bisa mendapat pendidikan yang memadai. Penebangan hutan di mana-mana, banyak binatang-binatang menjadi tidak bekerja dikarenakan lahan kerja mereka dibabat habis oleh manusia. Dan yang lebih menyedihkan lagi, raja berinisiatif memberikan lahan seluas beberapa hektar kepada manusia dengan janji akan memperbaiki kesejahteraan Rakyat Hutan. Dan juga untuk memperbaiki RAPH (Rancangan Anggaran Perbelanjaan Hutan) Kerajaan yang sedang carut marut.

Untuk memperingati sepuluh tahun reformasi hutan, para mahasiswa Universitas Negeri Hutan Nduwur (Undhur) dengan berbagai universitas-universitas se-Negri Hutan Nduwur berunjukrasa di depan Istana Kerajaan. Menuntut perbaikan kesejahteraan Rakyat Hutan Nduwur. Ada barisan Kuda, barisan Kancil, barisan Badak, dan masih banyak lagi barisan-barisan yang lain. Mereka menuntut beberapa gugatan untuk ditanda tangani raja, sebagai bukti kebijaksanaan raja memihak kepada rakyat.

Kuda : Mana janjimu waktu PEMILUH!! (Pemilihan Umum Hutan)
Kancil : Lihat kami Raja! Kami semakin menderita dengan kebijakan-kebijakanmu!
Berbagai orasi keluar dari para pemberani penyuara kebenaran. Bukan hanya orasi-orasi yang ditujukan kepada para petinggi kerajaan, tetapi juga beberapa Teatrikal yang mengkritik Raja beserta Cs-nya, yang intinya menolak raja memberikan beberapa hektar lahan hutan. Karena akan memambah kesengsaraan rakyat.

Perkutut : Penguasa! Jangan gila donk..!!

Beo : Kami tidak perlu pemimpin Otoriter!

Kutilang : Berantas pemimpin Lalim!

Banyak kritikan pedas bahkan ejekan yang dikeluarkan para Mahasiswa. Mereka berorasi di depan Istana Kerajaan, tidak seperti orasi-orasi biasa, demonstrasi kali ini berjalan hingga dua hari. Menunggu raja Racan menandatangani gugatan para demonstran.

Di lain pihak, yaitu masyarakat hutan melihat betapa anarkisnya para mahasiswa hutan yang melakukan kekerasan dan kerusakan. Yang seakan-akan memberikan citra buruk pada para mahasiswa hutan Nduwur.

Kerbau : Weleh… Weleh… Kok Generasi muda seperti itu sih? Nak, kau jangan jadi pinter yah?

Nanti kau jadi seperti itu. Bapak takut, kau nanti malah berani sama bapak…

Kerbau kecil : Sendiko Dawuh pak…

Sesepuh Hutan : (Berbicara di tengah warganya yang sedang nonton berita di kelurahan) Saudara-saudara, saya sarankan kalau melihat permasalahan jangan lihat permukaannya saja. Tidak semua mahasiswa hutan bersikap seperti itu. Lihatlah Laut, kalau kita melihat permasalahan…

Bekicot : (Nyeletuk)Yah bapak, kita kan di hutan...

Sesepuh Hutan : Mari, kita reformasikan hidup kita ini mulai dari dirikita sendiri dan mulai dari yang kecil…

Dengan kewibawaannya, sesepuh hutan (Kancil tua) menasehati para warganya…

12 Mei : Hidup Reformasi!!! (Mana reformasinya…..???)
Tags

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)