Selesai sudah satu periode kepemimpinan Raja Hutan Nduwur si Racan alias Raja Macan. Kini rakyat Hutan Nduwur tengah mempersiapkan diri untuk mengadakan pemilihan raja hutan yang baru (Maklum, Hutan Nduwur ini adalah sebuah kerajaan hutan yang sangat demokratis, berbeda dengan kerajaan-kerajaan hutan lain yang ada di Bumi).
Setelah melalui mekanisme yang rumit dan prosedur yang tak gampang, akhirnya si Kancil menjadi salah satu kandidat calon Raja Hutan Nduwur. Ia akan bertanding melawan saudaranya sendiri, yaitu Badak. Ia adalah anak dari pamannya keponakannya sepupunya adiknya cucunya kakeknya buyut Kancil. Di zaman ini, para binatang buas telah memasuki periode sepuh, dan mereka tidak memiliki generasi penerus yang seharusnya menggantikan mereka, seperti Singa, misalnya. Para singa sudah sibuk menghitungi jumlah uban yang tumbuh di sekeliling tubuhnya, satu contoh kecil.
Suasana Hutan Nduwur semakin ramai ketika para calon kandidat yang kebetulan hanya ada dua calon, yaitu Kancil dan Badak, memaparkan visi dan misi mereka masing-masing di depan rakyat hutan. Sementyara itu, di pojok kerumunan para binatang yang tengah mendengarkan, kodok dan burung pipit iseng membicarakan kedua calon kandidat yang sedang memaparkan visi dan misinya.
Kodok : KrOokK…Cuy, Kira-kira siapa nih yang menang?
Burung Pipit : Cuit Cuit,,, Wah, kalo dilihat dari visi dan misi mereka sih, si Kancil yang bakal menang. Tapi, kita kan tahu sendiri, di kerajaan ini tradisinya seperti apa? Visi misi sih, cuman formalitas aja...
Kodok : O iya yah. Eh, tapi kemungkinan menang buat si Kancil pasti ada donk?
Burung pipit : Kemungkinan pasti ada. Yang jelas, kepastian tidak bisa dimungkinkan.
Kodok : O iya, kalo si Badak sih, emang udah jelas pendukung dan pengikutnya, tapi kalo kancil, kau tahu nggak siapa-siapa saja pendukungnya?
Burung Pipit : Aku sih nggak tahu pasti, tapi kata istriku waktu dia arisan dengan para tetangga, katanya kebanyakan milih si Kancil, khususnya ibu-ibu. Tapi nggak tahu juga, walaupun demokrasi di kerajaan ini udah cukup bagus, tapi aku rasa belum ada kesetaraan gender yang jelas, artinya ya, suara wanita tak begitu berarti dibanding pria.
Kodok : Pit Pit, coba lihat. Kancil kok kayaknya nggak ngeluarin kemampuan yang sebenernya yah? Memparkan visi misi walaupun jelas, tapi kelihatan banget kan setengah-setengah, nggak kayak lagi tampil di depan kelurahan.
Burung Pipit : Emm… kenapa yah? Oh! Aku ingat, dua hari sebelum pemaparan visi misi, ia pergi ke kuburannya Mbah Semar, dan aku lihat ia sedang mendengarkan nasehat-nasehat Mbah Semar di samping kuburannya. Mungkin ada kaitannya dengan ini.
Kodok : Kira-kira apa yah nasehat Mbah Semar kepada Kancil? Nggak sembarang hewan loh, mau ditemui Mbah Semar. Semoga kerajaan kita selalu aman, nyaman, dan makmur yah, siapapun yang kepilih nanti.
Burung Pipit : Amiiin…
Sehari setelah pemaparan visi misi, PEMILUH (pemilihan umum hutan) akhirnya dilakukan. Singkat cerita, Badaklah yang terpilih menjadi Raja Hutan Nduwur untuk memimpin Kerajaan Hutan Nduwur selanjutnya.
Sepulangnya dari pelantikan raja baru, seekor Merpati mengikuti langkah Kancil, “Cil, mau kemana?” tanya Merpati.
“Mau pulang…” jawab Kancil santai.
“Aku lihat, kamu kok kelihatan seneng waktu nggak kepilih jadi raja?” tanya Merpati lagi.
“Ya seneng lah, masa saudara sendiri jadi raja nggak seneng sih?” jawabnya enteng.”Bukan itu maksudnya, kamu kok nggak ada ekspresi kekesalan karena kekalahanmu? Mungkin aja dia curang.”.
“Eits! Nggak boleh jelek sangka yah…” kata Kancil.
“iiiih… terus kenapa?” tanya Merpai lagi.
“Ya deh… aku ceritain. Dua hari sebelum pemaparan visi misi, aku mendapatkan nasehat dari Mbah Semar. Katanya, hidup adalah derita. Kenapa ada derita? Karena adanya hasrat, nafsu, atau keinginan. Kamu baiknya siap aja kalo rakyat memilihmu menjadi raja selanjutnya, tapi kamu jangan sampai menginginkannya. Siap, tapi nggak pengin”.
“Mbah juga menasehati, kalo hutan kebakaran, kamu harus belakangan menyelamatkan diri. Kalo musuh datang menyerang, kamu harus berdiri paling depan untuk menyongsongnya. Kalo banyak makanan, kamu yang terakhir makannya. Itulah yang dinamakan pemimpin. Kalo enak paling terakhir, kalo menderita, paling pertama. Juga, pelajaran terpenting bagi calon pemimpin adalah kesanggupan menjadi rakyat, barang siapa sanggup menjadi rakyat yang baik, itulah pemimpin yang baik. Maksudnya, sikap mental seorang pemimpin haruslah sikap mental kerakyatan. Gitu katanya”.
”Terus terus?” tanya Merpati lagi.
”Terus terus, emangnya tukang parkir? Mbah Semar juga bilang. Seorang lurah adalah tidak sertamerta orang yang paling mampu, paling pantas, dan paling jujur untuk menjadi lurah. Seorang bupati tidak otomatis orang yang memang terbaik untuk itu dibanding orang-orang lain. Seorang gubernur tidak pasti putra terbaik diatas puluhan juta rakyatnya. Itu kalo di dunia manusia, harusnya kita juga mencontoh yang baik dari manusia, bisa bersikap obyektif dan dewasa. Tidak berpikiran fanatis sempit golongan, apalagi privasi”.
”Wah Cil. Kalo ke Mbah lagi aku ikut yah?” pinta Merpati.
”Insya Alloh” jawabnya.
Hakekat seorang pemimpin adalah menjadi seorang pelayan (Iya gitu??)