serial Jon Quixote edisi 3 bulan ramadan, senin, 23 Juli 2012
Karena Jon itu orang kampung, sore menjelang puasa (jumat lalu) ia nyadran ke kuburan nenek dan kakeknya. Tentu saja bukan untuk meminta pingin mobil atau sekedar pingin lebih tampan. Jelek-jelek begitu, Jon sebenarnya punya tingkat religiusitas yang tidak rendah. Memang sih, mobil dan ketampanan itu menggiurkan, tapi Jon nampaknya sudah rabun dunia. Ditawarin adu desah dengan tiga wanita yang berbeda di waktu yang berbeda saja, dia tidak iya tidak embuh – menerima enggak, menolak juga kagak. Jadinya, satu dari tiga wanita itu sekarang sudah pakai kerudung. Katanya sih selepas lebaran mau nikah. Syukurlah.
Nyadran itu sebenarnya tradisi umat hindu. Kalau dilihat sejarahnya, diambil dari tradisi penghormatan kepada Tribuwana Tunggadewi (salah satu Raja Majapahit sekitar tahun 1350M) saat wafat. tradisi yang identik dengan penghormatan dengan mengunjungi makam itu digunakan oleh wali sembilan untuk berdakwah, seperti kata sholat yang diganti dengan sembahyang. nyadran dalam islam bukan berarti penghormatan secara berlebihan pada orang mati, melainkan ajang silaturahim antar saudara selepas lebaran (ini makna sejatinya).
saat Jon sampai di kuburan, ternyata sudah ada gerbang lengkap dengan gembok yang mengunci rapat-rapat. ini sangat berbeda dengan kondisi lima tahun lalu sebelum Jon berangkat ngasab nimba ilmu di negeri priangan.
"Welah, iki kuburan kok ya digembok? takut penghuninya pada kabur apa yah?" Jon membatin. apa boleh buat, akhirnya Jon mencolot dari tembok setinggi dua meter demi mendoakan para almarhum. oleh emaknya, Jon dididik agama yang sangat kuat, namun indah.
"Islam ndak cuma ngatur kehidupan orang hidup sama orang hidup, tapi juga sama orang mati, meski mereka udah ndak hidup. juga sama makhluk Tuhan yang lain, termasuk alam. tapi kamu ndak boleh maenan sama makhluk Allah yang namanya Jin ya Jon," pesan emaknya waktu ia masih SD.
"Kalo orang mati sama orang mati ada aturannya ndak , Mak?" tanya Jon saat itu.
"Lah ya mbuh, tanya bae sana ke kuburan, kali aja ada yang mau ngejawab," jawab emaknya sebal. si Jon dari kecil suka nanya-nanya aneh.
Islam yang Jon pahami sangat sederhana. Ia juga kurang setuju dengan omongan Kongfu tse tentang orang mati, "Mengurusi orang hidup saja kita belum bisa, apalagi mengurusi orang mati," soalnya Jon itu cuma mengurusi badan sendiri, buktinya badan dia tetap kurus, saking sibuk mengurusinya. Jon sangat percaya pada doa yang ia kirimkan pada almarhum. ibarat surat, kalau tak terkirim, pasti kembali pada si pengirim. buktinya, alfatihah yang Jon kirim tak pernah ada kiriman balik dari doanya sendiri itu. Ia percaya dengan hadits Rasul, bahwa orang mati itu mendengar ucapan kita, namun tak bisa menjawabnya. coba kalau mereka bisa menjawab doa, Jon bakal lari paling kenceng mendengar itu.
setelah Jon selidiki, ternyata kuburan itu ditembok karena di sampingnya akan dibangun kompleks perumahan para beruang. orang kota menyebutnya real estate. Jon sih nggak tahu apa itu real estate, dia cuma tahu real sepur (rel sepur) tempat biasa dia main layangan. saat Jon akan pulang di depan makam, kuncen (juru makam) datang. ia pun akhirnya bertanya.
"Ehm, wa, ini kenapa ya kok digembok keding sih?" tanya Jon.
"Lah kueh, Jon. biasa anak muda sekarang," kata uwa kuncen lemas. "Wingi (kemarin) waktu pagi-pagi uwa bersihin ini kuburan, uwa nemu celana dalam wanita sama bendul ciu (botol miras),"
waduh! tentu saja Jon kaget. itu orang kayaknya pakai motonya the three musketers, semua atau tidak sama sekali. semua dosa mereka borong. sudah zina dikuburan, minum miras pula. kasihan 'kan para penghuni kubur yang melihat dan mendengarnya. eh, maksute, kasihan para arwah yang melihat tingkah manusia yang semakin menjijikan.
Jon pulang dengan badan lesu, mendengar kabar itu dari uwa kuncen. mungkin Jon kecewa, mereka berbuat dosa nikmat tidak mengajaknya. diperjalanan pulang, si Jon tambah lesu. apa maning kueh? Jon digodain cewek-cewek labil! jelas ini tidak masuk akal. sepertinya para remaja labil itu mengidap sindrom rabun kolektiv. di Bandung saja, selama Jon kuliah, bahkan tante-tante dengan selera estetika terrendah pun tak pernah meliriknya. Lah, ini cewek-cewek labil ngegodain? aneh benar dunia ini.
saat ramadan, memang tidak aneh remaja-remaja duduk nongkrong di depan rumah. ada juga sebagian yang ngabuburit, mencari sore. kalau Jon bukan ngabuburit, tapi ngabu-beurit, alias mencari tikus buat buka puasa. dia 'kan sejenis kucing.
begitu umum suasana seperti itu. muda-mudi berduaan naik motor, menempelkan dada lekat-lekat pada punggung kekasihnya yang menyetir, atau kongkow-kongkow di pinggiran jalan. remaja dengan kerudung ketat bak sedang karnafal sore-sore. dikiranya aurot itu hanya menutup tubuh rapat-rapat. padahal justru bentuk dan lekuk-lekukan tubuh yang seringkali membuat Jon gemetaran mimisan. untuk orang seperti itu, puasa ya cuma sekedar menahan lapar dan haus. oarng-orang seperti itu, tingkat derajat dan kehormatannya di hadapan Tuhan tak mau meningkat dari ramadan menuju ramadan. sedangkan puasa lainnya? terserah gue.
selain itu, di masjid dan teve-teve, para ustadz mengomentari mereka layaknya sedang berada di jalanan. "Setan dan belis memang dipenjara saat kita berpuasa. tapi nafsu, nefsong manusia lebih nakal daripada setan. apalagi setan yang bernafsu tinggi, itu sangat berbahaya!"
masyarakat Indonesia yang konon sekarang menjadi kiblat mode dan masyarakat islami, ternyata menampakan ketidakmasukakalan seperti itu. pelanggaran moral dan agama terjadi di jalanan, tapi ustadz-ustadz berceloteh di masjid-masjid, lebih parah lagi, di dalam teve (dakwah kok di dalam teve?). seperti Jon yang mencari dompet di depan rumah.
"Lagi apa, Jon?" tanya temannya yang melihat Jon celingukan depan rumahnya.
"Ehm, ini, nyari dompet tadi jatuh," kata Jon.
"Emang jatuhnya di mana, gitu?"
"Di dalam kamar,"
"Lah, kenape elu nyarinya dimari (depan rumah)?"
begitulah masyarakat kita. mengobati permasalahan hidup tidak dengan obat dan dosis yang sesuai. orang kena flu, bukan dikasih obat flu, malah dikasih obat nyamuk. memang bisa sembuh sih, tapi untuk selamanya. alias ko'id.