kebohongan satu memunculkan kebohongan lainnya

Java Tivi
0
serial Jon Quixote, edisi 9 ramadan 2012

belajar menjadi orang baik itu susah, apalagi kalau udah jadi orang baik. tapi siapa yang berhak menilai bahwa kita adalah orang baik? karena toh, tidak ada orang yang sepenuhnya baik, tak pernah melakukan kesalahan. jadi, orang baik itu sepertinya bukan ia yang tak pernah berbuat ketidakbaikan, melainkan ia yang mudah untuk paham, mengerti dengan kondisi orang lain. tapi jika seperti itu, pasti sakit sekali hati yang ada di dada orang seperti itu. harus selalu mengerti setiap orang dari berbagai karakter.

hari ini puasa ke sembilan. wah, sembilan, angka favoritnya Jon. sudah empat hari Jon tidak 'puasa' tidur malam, alias empat hari ini dia bolos sholat malam karena giginya yang minta dimanjakan melulu. puasa sebenarnya ajang penantian. karena setiap hal di dunia ini dalam keadaan menunggu, menanti. puasa bukan hanya menanti buka puasa di maghrib hari. melainkan menantikan diri kita yang semakin indah selepas ramadan ini. bulan ramadan juga sebenarnya melakukan 'puasa', dalam artian, ramadan tiap tahun selalu menantikan manusia mana yang keluar darinya dalam keadaan 'takwa'. satu kata 'sederhana' yang sangat berat pelaksanaannya.

begitu banyak orang yang mengaku sangat tidak senang jika dibohongi, atau diperlakukan dengan sikap jelek lainnya. namun prosentasenya hampir sama dengan mereka yang melakukan apa-apa yang mereka benci. orang-orang bilang tidak suka dibohongi, tetapi mereka tidak jarang melakukan kebohongan. di lain keadaan, kita tidak tahu bahwa satu kebohongan akan membawa kita pada kebohongan yang lain. sangat benar, tidak ada yang namanya pembohong di dunia ini. karena yang ada hanya orang yang pernah melakukan kebohongan. hampir setiap orang pernah melakukan itu.

malam setelah sholat tarawih, Jon menelepon temannya yang punya mimpi untuk membuat sekolah.

"Aslmkum.. ini dengan Inda?" Jon mengawali pembicaraan.

"Wa'alykumslm, iya. ada apa ya?"

"Ini Jon. mau nanya, serius nggaj nih mau bikin sekolah. kalo iya, mau nggak saya kenalin sama yayasan pendidikan teman saya, barangkali bisa saling kerja sama,"

"Oiya, makasih," jawabnya pendek. mungkin ia terganggu, maklum ia sedang studi S2.

"Makasih apa nih, mau ato nggak?"

"O iya, tapi Saya sudah punya sekolah," jawabnya lagi.

"O udah punya ya, ok. maaf yah kalo ngeganggu," Jon mengakhiri teleponnya. so what?

sebelumnya ia berpikir, jika memang mau membuat sekolah, ia punya SDM yang lumayan tangguh. temannya itu jika suatu saat menjadi dosen, ia bisa bekerja di tataran 'atas' (orang-orang penting). sedangkan rekan-rekan Jon, bisa bekerja dalam tataran teknis. semua itu dilakukan, demi kemajuan bangsa ini. rekan-rekan Jon sudah sangat muak dengan kondisi pendidikan masa kini di bangsa ini. mereka menginginkan sekolah, mulai dari sekolah dasar, yang benar-benar membuat siswa nyaman. Jon sendiri sekarang sedang membuat kurikulum berbasis individu (kecerdasan majemuk individu), silabus, rpp, sampai pada tataran teknis pembelajaran. termasuk metode, teknik, tak-tik, games, dan foto-foto selama pembelajaran itu. mereka sepakat dari administrasi yang Jon bikin, mereka akan menjadikan sekolah Jon sekarang sebagai prototipe sekolah yang akan mereka bikin.

begitu banyak permasalahan yang harus dirapikan di bangsa ini. dan idealisme itu, sebenarnya, mengikuti usia kita. semakin dewasa, kemungkinan akan semakin akomodatif. di sekolah dasar Jon saja, ia jarang menceramahi siswa tentang pelajaran buku. ia lebih suka bercerita pada siswanya tentang kehidupan keluarga mereka. tentang kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, taat pada orang tua, de el el. untuk belajarn yang mengaktifkan otak kiri dan kanan, ia menggunakan berbagai games : amazing maze, shiratori, menebak garis putus-putus, word finger (menebak kategori dari huruf hitungan jari). ia ditawari menjadi kepala sekolah, namun ia merendah, menolaknya untuk diserahkan pada orang yang lebih berpengalaman. dan besok, Jon tidak mengajar. ia akan ke pendopo alun-alun, untuk mengambil zakat untuk siswanya. karena sekolah Jon, tidak hanya fokus pada pendidikan, tetapi juga sosial.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)