seorang sahabat perempuan Jon saat masih jadi mahasiswa, mengirim sms sore-sore. selain katanya ia kangen (mungkin ini harus masuk world record, manusia kayak Jon kok ya ada yang kangen?), ia juga mau curhat habis-habisan, katanya. ia akan menceritakan perihal sakit hati yang ia rasakan selama sebulan ini. sakit hati yang disebabkan mantannya yang telah mengecewakan perasaannya. namun berhubung Jon sedang menjalankan tugas umat (caelah...), ia mau memerah susu sapi, akhirnya ia membalas. "Gimana kalo entar malem abis tarawih aja aku telepon?"
"Hhahaha...Jooon... kok aku jadi ngerepotin kamu gini c...heuheu, ampuni aku," balas sahabat Jon.
"Haha, nyantae bae seh. sekarang tak meres susu sapi dulu iaa..." jawab Jon lagi. namun sekitar dua menit, Jon mengirim sms lagi. "Oia, kali aja lagi online, coba baca tulisan di blog-ku yang judulnya 'Untuk Dia yang Di sana'. kali aja kamu masih penasaran sama perasaanku ke Aliva (wanita yang Jon suka)."
"Hahahaha...Kepo bangett c akuh, pengin tau aja urusanmu sama Aliva...hihihi,,,engke malem jadi nelpon nyakkk... tak tunggoni..." balas sahabat Jon lagi.
mengapa Jon menyarankan sahabatnya untuk membaca tulisannya itu? Jon sadar, mereka masih muda, sangat biasa merasakan apa yang dinamakan 'sakit hati'. sakit hati dalam artian, ketika kehidupan menjatuhkan seseorang dari mimpi-mimpi tingginya, mimpi dalam hal cinta. perasaan seperti itu sangat wajar, yang tidak wajar adalah jika seseorang menyikapinya dengan cara yang tidak baik, close minded, negative thinking.
malamnya, benar saja, sahabat Jon itu curhat begitu banyak perasaannya. tentang sakit hati karena janji-janji yang seringkali tidak ditepati mantannya itu. tanpa permintaan maaf, tanpa menyesali kesalahan yang telah diperbuat. awalnya Jon kaget, sahabatnya itu, mungkin saking sensitivnya (biasa, cewek,he) ingin balas dendam secepat mungkin. "Kalo bunuh orang dibolehkan, bakal aku bunuh da itu cowok," katanya. sebelumnya Jon berpikir, jangan-jangan sahabatnya itu 'diapa-apain' sama mantannya. kalau sampai begitu, Jon akan mendatanginya di Bandung, berdialog dengannya agar mau bertanggung jawab. jika itu laki-laki cemen tak mau tanggung jawab, Jon akan meninggalkannya sembari tersenyum, lalu merekayasa energi kehidupan agar hukum karma datang dengan segera (Jon paham betul dengan hukum Newton yang menjelaskan tentang ini). tapi syukurlah, ternyata 'hanya' masalah sensitivitas seorang wanita yang berlebihan. wajar.
dalam percakapan itu, Jon banyak bertanya,"Kamu masih suka ingin diperhatikan, dipedulikan, dianggap ada sama orang lain ya?"
"Hehe, iya. da gimana, susah..."
"Itu namanya ego. keinginan kita untuk dipedulikan orang, dihormati, dihargai, dianggap ada. ego ituh, yang bikin kita nggak bisa deket sama Alloh," Jon mulai berkultum.
Jon jadi teringat dengan pertanyaan adik kelas (dulu waktu masih jadi mahasiswa) saat berteman dengan anak anarki. "Kak, kok mau sih berteman dengan orang yang egois dan kasar begitu?"
"Oh, dia memang begitu orangnya," jawab Jon.
"Terus kenapa kakak bisa terus sopan berteman dengannya (dia kan egois dan kasar)?"
"Lho, kenapa kita mesti membiarkan orang lain menentukan tindakan yang harus kita lakukan? orang boleh egois ke kita, tapi kita jangan sampai. jangan sampai kita melakukan tindakan yang kita membencinya," kata Jon. "bertindaklah, namun jangan 'bereaksi' (orang marah jangan 'direaksi' oleh kemarahan kita)," Jon paham, adik kelasnya itu tidak memahami sisi baik dari teman anarkinya itu. bukankah setiap orang memiliki sisi gelapnya masing-masing?
"Tapi aku pengin cepet-cepet ngelupain dia. pengin cepet-cepet balas dendam ke dia," kata sahabat Jon lagi.
"Emh, kalo boleh saran ya," Jon ragu-ragu, ia khawatir menyalahkan sahabatnya sendiri. "Barangkali benar, kita nggak bisa ngelupain dia (orang yang menyakiti kita). tapi kita sangat mungkin bisa untuk melupakan rasa sakit itu. bahkan untuk orang dengan tipikal setia kayak aku aja, itu relatif mudah. sungguh. tapi kamu jangan nanya rasa 'pahit' sakit ditinggalkan tuh kayak gimana," Jon mulai berceloteh. "Manusia kan materi konkret, kita nggak bisa meniadakan sesuatu yang ada. sedangkan perasaan adalah sesuatu yang abstrak. kita bisa melupakannya (rasa sakit itu), seperti saat kita melupakan kentut kita,hehe,"
"AaAaAhh...dasar joroook..ituh upil kamu masih nemplok di gorden kelas tuuh..." Jon sering ngupil pake gorden kelas saat masih kuliah dulu. sahabat-sahabat Jon bisa memaklumi kebiasaan primitif yang ia bawa dari hutan tempat tinggalnya.
"Masih mau balas dendam dengan segera?"
"Masiih... da kamu mah nggak peka sih..peka donk, Joon.. jadi cowok tuh mesti pekaaaa..." sahabat Jon itu nggak paham barangkali, si Jon kan congean, jadi dia nggak peka sedikitpun alias bolot sebanget-bangetnya. tapi, Jon sebenarnya lumayan peka, pada bayi kucing yang terdampar di pinggir jalan saja dia tolong. namun kalau masalah cewek, Jon itu buta. sangat amat buta dan tuli.
"Emh,kamu tau nyanyian obat hati dari Opick?" tanya Jon.
"O,em, yang itu ya. pertama, baca qur'an sama maknanya," jawab sahabat Jon terbatu-bata.
"He'eum, terus apalagi?"
"Sholat malam,.."
"Nah, kamu tarawih nggak tadi?" tanya Jon.
"Enggaak...hehe,"
"Jaelah..terus apalagi?"
"Dzikir malam, puasa, sama deketin orang-orang sholeh/sholehah... yah?"
"Ituh, tau... kamu suka nggak deketin sama orang-orang sholeh?"
"Yee...aku kan ngajar di sekolah Islam. sebelum pelajaran aja baca qur'an dulu..."
"Lah, ituh...terus masih pengin balas dendam?"
"Hehe..masihhh.."
"Hadeeh..." Jon geleng kepala, puyeng. sebenarnya Jon juga lagi sakit hati. tapi Jon paham, seseorang tidak harus seperti yang diharapkannya. bahkan, kebaikan yang ia lakukan pada orang lain (tapi sayangnya Jon sama sekali nggak punya kebaikan), tidak harus dibalas dengan kebaikan pula. Jon memang orang gila. "Kamu coba deh cepet nikah, sama dosen atau dokter kek. terus kalo udah nikah sama orang penting gitu, pamerin ke dia. bilang sambil nunjukin jari kelingking (eLah?), 'kamu salah ninggalin aku!'..pantes nggak orang yang udah diangkat derajatnya, merendahakan diri seperti itu?"
"Hehe...yaa enggak lah..."
sebenarnya, tiap orang juga paham, bahwa balas dendam itu salah. namun terkadang perasaan sakit atau kecewa, bisa menjadikan jiwa setengah gila, kehilangan akal sehat. banyak orang yang tersakiti hatinya, sebanyak orang yang tidak paham, bahwa terkadang seseorang harus mengambil keputusan yang tak jarang sangat berat. banyak orang yang menyakiti orang lain dengan terpaksa, karena ia kira tidak ada jalan lain lagi selain itu. dan saat orang-orang yang tersakiti itu kecewa berat, mereka mencari pelarian yang seakan bisa melupakan (rasa sakit) itu. kita mengobati ketidakpahaman hidup kita dengan sesuatu yang bukan obat mujarabnya. tanpa kita ketahui, kita 'tersesat' semakin jauh hanya karena rasa kecewa yang biasa dialami dalam kehidupan. tidak ada yang kekal di dunia ini, semuanya mudah datang dan hilang, termasuk perasaan. afattakhodztum minndunihii auliyaa a (Ar Ra'du:16)...pantaskah kamu mencari pelindung-pelindung selain Allah...? saat kita tersakiti, look at ourself, lihatlah diri kita sendiri. coba tarik nafas dalam-dalam, tenangkan diri, dan renungkanlah perasaan itu. yang kita butuhkan adalah kesadaran diri ('penglihatan'diri kita akan Tuhan), bukan hiburan-hiburan semu yang membuat kita tertawa hanya sejenak. hiburan-hiburan sesaat, yang tak bisa melindungi kita dari rasa sakit hati. justru ketika orang yang menyakiti melihat kita dalam keadaan merusak diri (tak waras, katakanlah), mereka akan tertawa melihat diri kita yang terlihat sangat kasihan. apakah mereka akan iba? bahkan iblispun akan tertawa, melihat manusia yang lebih kuat dari gunung (yang diberi qur'an langsung meledak), bisa tumbang hanya karena perasaan yang abstrak.
saat seseorang tersakiti, ia sedang berada di kondisi terendah dalam derajat kemanusiaannya. bagaimana jika ditambah dengan balas dendam? kita semua tahu jawabannya : itu reaksi paling tolol. boleh balas dendam, namun dengan jalan cinta. mengabdikan diri pada manusia, bangsa, atau bahkan dunia : membangun dunia yang lebih baik.
tidak ada yang instan di dunia ini, semua berproses, termasuk melupakan rasa sakit hati. karena memang tidak ada obat yang sekali minum langsung sembuh, semunya proses. termasuk pengobatan sakit hati. bahkan, menjadi manusia adalah proses. seperti bayi yang tak mungkin langsung bisa berlari. berawal dari merangkak, jalan pelan-pelan, lalu melompat dan berlari kencang. kehidupan berawal dari rasa sakit (tanya saja pada ibu-ibu kita saat melahirkan), dilanjutkan dengan kerja keras yang melelahkan, lalu hasil akan mulai terlihat. seperti seseorang yang mendaki gunung. pendakian yang terasa berat itu, seringkali digoda oleh pemandangan yang indah di bawahnya. pemandangan indah, belum tentu membahagiakan. coba 'daki' kehidupan ini lebih tinggi. saat kita berada di puncak, kita akan paham, bahwa apa yang dahulu menyakiti kita, itu hanya satu dari ribuan keindahan yang ada. karena selain Tuhan menghendaki kemudahan bagi hamba-Nya, Ia sudah menyiapkan segalanya untuk manusia. kita tinggal berusaha keras saja dalam prosesnya. Tuhan telah menyiapkan segalanya, termasuk hari pembalasan dendam untuk kita semua, tanpa terkecuali.
That's Great!
ReplyDelete