Hei, Kita ini anak muda!

Java Tivi
0
saat masih kesengsem sama seseorang yang Jon suka, dia diam-diam sering mengintip album foto di facebooknya. satu di antara foto dia, tertulis kata 'SATU DARI SEPULUH PEMUDA YANG AKAN MENGUBAH DUNIA'. Si Jon lantas bangga.

tidak ada masa yang lebih merindukan selain masa muda. sebagian orang menyombongkannya dengan hura-hura dan pesta tanpa buku (Jon suka moto hidup Soe Hok Gie, buku, pesta, dan cinta), sebagian lagi fokus mengejar cita-cita, selebihnya termasuk kaum umum. sore itu, Jon bertemu sepintas dengan teman SD-nya yang sekarang kerja di perpajakan, dia membonceng istri dan anak bayinya. dia lulusan STAN, dan dapat istri orang solo. beda dengan Jon yang mirip setan, dan selalu bego. kemudian, Jon berdialog dengan teman nongkrongnya.

"Itu temen lu kan? udah jadi orang penting, beda sama elu yang tetap jadi pemuda sinting. haha," kata teman Jon.

"Kampfreet. gini-gini gua guru tau," Jon mengelak.

"Mana ada guru potongan rambutnya MowHak, mirip suku dayak indian," kata temannya lagi.

"Yey, gimana gua donk, sekolah gua sendiri inih,"

"Ngomong-ngomong, temen SD lu udah pada nikah semua, gua juga entar abis lebaran haji. elu kapan Jon?" tanya teman Jon.

"Mei," jawab Jon enteng.

"Mei depan??? asli?"

"Meibi yes, meybi i dont know,haha,"

"Kopfek! ditanya serius malah becanda,"

"Maxut gua gini boy," Jon mulai serius. "Masalah berkeluarga kan sebenernya 'pedes' banget. soale bukan perkara hubungan suami-istri doank, tapi lebih dari itu. perkara masa depan rumah tangga, anak, komunikasi mertua, and so on,"

"Iye bener. apalagi kalo ngelihat anak-anak jaman sekarang, widih, ngeri pergaulannya." kata teman Jon menanggapi. "Kemarin aja, gua lihat ada cewek ngeboncengin cowok. sweater si cewek di pake terbaik (nutupin dada), eh, ternyata tangan si cowok ngegerepe-gerepe itu isi sweater, gila, di jalanan pula,"

"Gendeng banget tuh dua makhluk hidup," ucap Jon menanggapi.

"Iya, lebih gendeng dari elu malah,"

"Raimuuu..." Jon nggerundel. "Kita perlu tahu, boy. jaman yang bakal dialami anak-anak kita kelak, adalah jaman yang lebih canggih, modern, dan tentu aja lebih gaul. kalo kita nggak mengenali pergaulan jaman sekarang, jalanan, tempat kongkow anak-anak muda, tempat-tempat hiburan (malam), tempat-tempat pacaran dan maxiat, kita nggak bakalan bisa ngasih pemahaman ke anak-anak kita kelak."

"Bener, Jon. kita meski kenal, bukan sekedar tahu infonya aja. gua bersyukur jadi temen elu yang keluar masuk lokalisasi tanpa mesti bayar. gua belajar dari elu di sana. gua juga bersyukur tampang lu kayak pengemis, jadi gratis masuk ke sana," kata teman Jon lagi.

"Ta gorok toli wezt koen... kopfek mbuapa," Jon sebel. "Selain kita mesti paham agama, kita juga mesti kenal pergaulan saat ini."

"Untung banget kalo jadi elu, Jon. masalah agama, alu udah paham. malah saking pahamnya, elu sampai sesat. haha," kata teman Jon. "Perkara pergaulan, elu dengan penampilan gembelnya punya temen dari berbagai latar belakang 'kegelapan' tempat remang-remang. salut gua, Jon."

"Salut sih salut. tapi jangan keras-keras donk bilang gembelnya. gua kan malu,"

"HAHAHA..."

"Lagian, nikah ituh hukumnya bisa wajib, bisa sunnah, malah bisa haram," kata Jon.

"Lho bukannya sunah muakkad, Jon?"

"Nikah wajib, kalo buat cowok kayak elu, Din, yang lihat kambing pake rok aja nafsu,"

"Wa-waduuuh... sangene-ngene..."

"Nikah sunah muakad kalo udah punya penghasilan dan udah siap. dan haram, kalo elu nikah sama setan atau wanita yang masih sedarah sama elu. lagian, elu nggak boleh nikah sama setan, kan elu udah mirip setan,haha,"

"Dasar gendeng..." teman Jon geleng-geleng kepala. "Tapi yang tentang hukum ituh, gua setuju. tentang anak-anak yang mesti paham agama dan pergaulan, gua juga sepakat," "Tenanglah, hei, kita ini anak muda. kita mesti cari ilmu yang banyak, pengalaman, juga fulus buat penghidupan. lagian juga gua masih 23 taun, paling nggak masih ada kesempatan 2 taun lagi buat mengenal dunia ini."

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)