Malam Turunnya Qur'an ; merenung...merenung...

Java Tivi
0
bagian pertama

bahwa kehidupan dunia seperti drama telenovela dalam sinetron tv swasta memang ada benarnya. namun sayangnya, tokoh yang memerankan dalam drama kehidupan ini tidak tahu bagaimana skenario yang akan dimainkannya. terlalu banyak manusia, yang tidak meng-iqra skenario kehidupannya sendiri sebelumnya. seseorang bertanya bagaimana Tuhan sampai 'salah' perhitungan dalam memberikan beban pada manusia, dengan bukti terlalu banyak manusia yang bunuh diri atau stress karena masalahnya. untuk para manusia yang (mungkin di antara pembaca sedang merencanakannya akan) bunuh diri, bacalah (iqra) ayat di bawah ini terlebih dahulu :

innaladzina tawafahummul malaikatu dzolimi anfusahum qoluu fiima kuntum. qoluu kunna mustadl'afina fil ardl. qoluu alam takun ardlullahi wasi'atan watuhajiru fiiha... (An nisa:97)

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri (bunuh diri?), (kepada mereka) malaikat bertanya : "Kamu ini bagaimana sih (kok ya mati bunuh diri)?." Mereka menjawab: "Kami orang-orang yang tertindas di negeri ini." Para malaikat berkata: "Bumi Allah itu sangat luas, kamu bisa berhijrah, kan?."

lalu, apakah permasalahan selesai? tentu saja tidak. sebagian orang menganggap bahwa hidup adalah masalah. namun sebagian lagi menilai, bahwa hidup adalah anugerah yang harus kita raih terus menerus.

maghrib kemarin Jon mengantar kakaknya ke pelanggan bibit unggulnya. mereka sholat berjamaan di masjid alun-alun.

"Mereka dagang gitu berarti nggak sholat yah," kata kakaknya Jon sambil melihat-lihat pedagang sekitar alun-alun.

"Yaa... kan sholat nggak bikin kita jadi kaya," mereka tertawa satire.

sholat bukan untuk menjadikan manusia kaya, namun orang kaya yang dalam hatinya tidak ada ketenangan, ia tak bisa menikmati hidup seperti ia tidak bisa menikmati kekayaannya, seutuhnya. karena sholat itu alaa bidzikrillahi tathma'innal qulub... Dengan mengingat-Ku, hatimu akan tenang...

manusia sewajarnya menggunakan sedikit waktu hidupnya untuk merenung, setiap hari. dalam konteks malam turunnya Quran ini, mengapa manusia harus diberi 'buku petunjuk' (kitab)? untuk apa?

manusia memiliki kecenderungan sama besar antara menjadi manusia baik ataupun jahat. Tuhan tahu manusia bisa melakukan kejahatan, tapi mengapa Ia 'hanya' menurunkan kitab? mengapa rasul dicukupkan hanya pada Muhammad ibn Abdullah? jika manusia dalam keputusasaan yang sangat dalam, frustasi, dunia seakan gelap dan sempit, lalu ia berdoa pada Tuhan, apakah Tuhan akan membantunya turun dari langit? siapa yang mengubah diri kita? apakah kita sendiri? jika kita sendiri yang mengubah hidup kita, untuk apa kita menyembah Tuhan? pertanyaan-pertanyaan seperti ini Jon telan dan kunyah sampai tuntas saat masih kuliah dulu.

kehidupan bukan perkara hitung menghitung kesusahan atau kebahagiaan, melainkan - dan lebih penting dari hal itu - kita menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. manusia di beri 'peta' kehidupan, yaitu kitab suci. dalam 'peta' tersebut ada jalur-jalur yang susah dibaca, karena itu diberikanlah seorang rasul sebagai 'guide' atau penuntun jalan. tapi sekarang sang penuntun jalan sudah tiada. bahkan manusia-manusia yang katanya menjadi penerusnya, kini hanya memikirkan harta dan dunia. bagaimana ini? pada siapa manusia-manusia tersesat akan meminta tuntunan dan petunjuk?

rasul dicukupkan pada Muhammad ibn Abdullah, karena dia satu-satunya manusia yang mencapai tingkatan tertinggi di dekat Tuhan. setelahnya, dijamin tidak akan ada lagi. jika ada, berarti dijamin ia sesat. mengapa Muhammad adalah rasul terakhir? karena ia penutup, 'peta' sudah tidak ada lagi setelahnya. skenario kehidupan akan diganti oleh Sang Sutradara Agung. lalu, pada siapa manusia tersesat akan meminta petunjuk? dan untuk apa manusia menyembah Tuhan jika ia sendirilah yang mengubah hidupnya?

manusia tidak dianggap beriman sebelum mampu 'melihat' Tuhan. orang-orang beriman adalah mereka yang mampu 'melihat' Tuhan sejelas seperti mereka melihat diri mereka sendiri di depan cermin. jangan percaya dengan apa yang dilihat, karena terkadang manusia bisa melihat setelah ia percaya. laa tudrikuhul abshoru wahuwa yudri kul abshoro (Al An'am:103) Ia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. fainnaha laa ta'mal abshoru wala kin ta'mal qulubulati fishudur... (Al Hajj:46) karena sesungguhnya yang buta bukanlah mata, melainkan hati yang di dalam dada. ke mana harus mencari petunjuk, sedangkan sholat saja belum tentu bisa. terbukti dari banyaknya orang yang sholat namun masih melakukan kejahatan. ya, banyak orang hanya mengambil potongan ayat Innasholati tanha anil fahsya'ia wal munkar sesengguhnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar. sangat tidak dibenarkan jika mengambil ayat ini hanya sepotong. lihatlah (iqra) ayat sebelumnya, utluma uuhiya ilaika minal kitabi wa'aqimisholah... baca dan pahami donk kitab yang sudah Tuhan wahyukan kepadamu, dan dirikanlah sholat. orang-orang yang sholat tanpa memahami kitab, keimanannya diragukan. tentu saja, manusia bisa tetap sholat sambil belajar sedikit-demi sedikit memahami isi kitab. belajar agama, tanpa meninggalkan sholat.



bagian kedua

keluarga si Jon benar-benar rumit. seperti dalam sinetron saja keluarga si Jon itu. bapaknya seperti Haji Sulam dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji. terus-terusan dijatuhkan, dihina, setelah ia berbuat baik. kakak laki-laki si Jon, seperti dalam drama-drama islami karangan Habiburahman El Shirazi. seorang pemuda yang istiqomah dalam kebaikan, namun dibenci banyak orang dengan sentimen iri dan kedengkian. bagaimana dengan si Jon? tetap istiqomah menjadi pemuda sableng.

seorang sahabat perempuan Jon dari NTB, dia ikut program mengajar di daerah pelosok negeri, suatu pagi mengirim sms.

"Kok nggak ikut ngajar ke pelosok?" kurang lebih singkatnya seperti itu.

"Waa.. sayah pengin banget tau, cuma sayah lebih memilih menemani ibu sayah di rumah. di sini butuh tenaga. aku punya banyak ide yang ingin aku kerjakan di pelosok negeri. bikin jembatan praktis, inovasi pembelajarn murah, juga kreativitas lainnya. tapi, ibuku ndak pengin aku jauh lagi darinya," jawab Jon dalam percakapan saat itu.

bapaknya si Jon memegang amanah enam sertifikat tanah waqaf. ini yang menjadikan sebagian orang iri. keluarganya si Jon akan mendirikan suatu peradaban 'kecil', mendirikan sekolah, pesantren modern, masjid, yang bersih dari praktek korupsi alias mengambil jatah yang bukan haknya. tentu saja mungkin itu berat, tapi Jon dan keluarganya akan sekuat tenaga memperjuangkan agamanya. innalloha ma'anna...

sepulang sholat tarawih malam ini, Jon ke rumah kakaknya yang laki-laki. ia bercerita tidak akan melakukan kesalahan pada ibu bapaknya seperti yang pernah dilakukan kakak-kakaknya. kakak pertama Jon, ia perempuan, menikah tanpa restu orang tua. kuliahnya gagal, akhirnya ia malu sendiri. ia kawin lari. repot sekali jadi penghulu kalau ada orang kawin lari. ijab kobul sambil lari-lari? duduk saja sudah capek, apalagi lari-lari?

kakak kedua Jon, ia perempuan juga, pernah membawa dukun penipu berdalih sedekah. uang bapak ibu Jon raib sebelas juta. dan keluarga hampir seperti kapal bocor di tengah lautan. kakak Jon saat itu mau pada kabur, jika bapaknya Jon masih menuruti bisikan dukun tak bersunat itu.

kakak ketiga Jo, ia perempuan juga, memang tidak terlalu fatal. beliau hanya melakukan kuliah agak lama, yaitu tujuh tahun, terlalu asyik mengurusi organisasi. sekarang sudah jadi PNS di SMP negeri.

kakak keempat Jon, perempuan juga, pernah konflik dengan kakak Jon yang laki-laki. masalah ini sampai membuat Jon takut berada di rumah saat SMA. keluarga benar-benar carut marut Jon seperti curut (eLah?).

kakak Jon yang terakhir, keenam, ia perempuan juga. kuliah tujuh tahun. umurnya sudah 27 tahun, namun keukeuh mau lanjut S2 enggan menikah lebih dahulu. padalah, kuliah S1 saja tujuh tahun, apalagi S2 yang bebannya lebih berat?

lalu bagaimana dengan Jon? ia membicarakan tentang apa pada kakak laki-lakinya?

Jon itu low profil. ia mimiliki banyak mimpi, termasuk mimpi-mimpi yang mustahil dan aneh seperti orangnya. tapi ia realistis, menikmati hidup saat ini dan di manapun. dia orang gila, jadi di mana-mana selalu gembira.

"Menurutku, kamu sama perawat di tetangga desa sana saja, biar deket sama ibu," kata kakak Jon. mereka membahas tentang pernikahan Jon.

"Perawat?" Jon kaget. kakaknya tahu saja, Jon butuh perawat yang bisa merawat sakit jiwanya. "Nggak ah. perawat itu kuliahnya mahal. egonya tinggi. entar nggak mau nemenin ibu belanja ke pasar atau kondangan,"

"Ya terus, emang kamu sudah punya calon sendiri?" tanya kakaknya Jon.

"Ada di tetangga sebelah. aku belum kenal sih, cuman baru main mata (eLah..). dia jualan rujak sama warung bakso," ucap Jon polos.

"Wakakakakak..." kakak Jon tertawa. "Kamu sama penjual rujak? hahaha..."

"Yaaa... kan aku butuh istri yang nggak egois. mau bantuin ibu di rumah. masak-masak atau belanja. di Bandung juga ada sih, banyak malah yang mau. tapi aku nggak mau yang sarjana, apalagi S2. kuliah mahal, masa cuma jadi ibu rumah tangga?" kata Jon.

"Lho, kita akan bikin peradaban di sini. kamu jangan khawatir istri kamu akan bekerja apa. kalau dia guru, kita bikin sekolah. kalau dia spesialis (dokter, psikolog, sosiolog) kita bikin kliniknya. kamu jangan khawatir," kata kakaknya Jon. "Awalnya mungkin istri kita harus sabar menjadi ibu rumah tangga. toh di Jepang yang maju begitu juga banyak wanita karir yang ikhlas jadi ibu rumah tangga. masa' seorang muslimah kalah sama wanita Jepang? tenang lah... kita sudah ada planing progres keluarga kita..."

sedangkan Jon, hanya berkata...

"Sebenarnya, aku nggak mikirin sih,hehe,"

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)