Mengembalikan Separuh Jiwa yang Hilang

Java Tivi
0
apa yang harus ku tulis lagi? hati ini berkata, "Kau masih menjadikan Tuhan sebagai pelarian. maka kau masih membutuhkan washilah (jalan) menuju-Nya selain dirimu sendiri," semakin kau merasa dikecewakan, semakin engkau mendekati-Nya. semakin engkau merasa disakiti, semakin dalam perenunganmu kepada-Nya.

tapi kan dia pernah bilang, "Keep Contact ya," lalu aku berusaha untuk menjaga komunikasi. tapi dia tak pernah menanggapi. dia juga yang pernah bilang akan membahas 'permasalahan' ini, tapi sampai saat ini, tak ada tanda-tanda ia akan menepati. aku pernah berkata padanya, kita bertemu dan bawa anggota keluargamu (agar kamu tak mendapat fitnah). atau sekalian saja aku bicara di depan keluargamu, ayah dan ibumu, bahwa aku akan melamarmu. tapi ia tak memberi tanggapan. jika memang ia tak mau denganku, menolakku, mengapa ia tak pernah berkata langsung? separuh jiwaku sudah terlanjur kau bawa. sakit seperti ini pernah aku rasakan sebelumnya, namun tidak sepahit kali ini. aku tak peduli kau kaya atau bertitel tinggi. aku berani mendatangi rumahmu, sendirian, dan bertanya pada ayah dan ibumu. tapi untuk apa, jika kau tak menghendaki? seperti seekor kucing yang terus mengeong di depan orang yang sedang makan. ia mengira orang itu akan memberinya makan. hingga akhirnya, ia kecewa bahwa ternyata orang itu tak berniat memberi sedikit makanannya.

tapi ini semua adalah konsekuensi. itu cinta, bukan sebatas kama (nafsu). perbedaannya, kama hanya ingin sebatas memiliki, sedangkan cinta akan selalu menyemangati dalam karya kehidupan setiap pribadi. dalam diri manusia ada 'diri' yang bernama 'ego'. diri yang selalu ingin diutamakan, ingin dihargai, dihormati, dianggap ada, atau keinginan-keinganan khayal lainnya. selama ego masih ada dalam diri seseorang, ia tidak akan semakin dekat dengan Tuhannya. karena manusia yang mampu mendekat dengan-Nya, adalah mereka yang telah kehilangan ego dirinya. diperhatikan atau tidak diperhatikan, dihormati atau tidak, dianggap ada atau tidak ada, semua itu sama saja. namun ego tak bisa hilang jika jiwa manusia tidak utuh. jika separuh jiwa manusia hilang, ego akan mudah menguasai diri seseorang. lalu bagaimana untuk mengebalikan separuh jiwa yang hilang itu?

Hawa diciptakan dari separuh jiwa Adam. manusia setelahnya tidak bisa membayangkan apa yang terjadi seandainya Hawa tidak bersatu dengan sumbernya lagi : Adam. Hawa akan bimbang, Adam akan merasa kehilangan. semua akan terjadi ketidakseimbangan. setiap manusia akan tertekan saat ia kehilangan seseorang yang pernah dititipi separuh jiwanya. sang jiwa akan selalu meronta, ingin kembali menjadi utuh seperti sedia kala. namun keutuhan jiwa tidak akan dengan mudah begitu saja kembali sempurna. selama manusia tak bisa melawan ego dalam dirinya. selain kehilangan separuh jiwa, manusia melawan egonya sendiri. hasilnya, jika ego dapat dikalahkan, jiwa yang hilang akan kembali datang. namun jika ego yang menang, terimalah jiwa yang akan meronta selalu kesakitan.

yaa ayyuhannass, qodja atkum mauidhotum mirobbikum...wahai manusia, telah datang pelajaran dari Tuhanmu. wasyifa'u limafishudur... sebagai obat bagi penyakit yang ada dalam dada. kebanyakan manusia belum menggunakan hatinya dengan benar. mengapa hati, bagaimana dengan akal? dalam akal, tidak ada kebenaran, semuanya relatif. hati mengatakan 'tidak', namun manusia mengatakan 'iya' lalu melakukannya. dari sana banyak orang yang dirugikan dan tersakiti. jika sudah begini, hati yang ada dalam dada manusia akan semakin kronis. jika tak segera diobati, maka hati akan mati. benar, tidak ada manusia yang sepenuhnya baik. setiap orang memiliki kesempatan yang sama besar baik dalam kebaikan atau kesalahan. manusia harus paham, bahwa saat seseorang salah, ia harus memahami dan mengingatkan. bahwa ada pelajaran (dari Tuhan) dalam setiap tindakan dan ucapan manusia. termasuk dari ucapan dan tindakan manusia yang menyakiti sebagian manusia yang lain. dasarnya, jika tidak ingin disakiti, jangan menyakiti orang lain. lakukan kebaikan seperti yang orang lain ingin lakukan pada diri kita sendiri. lalu, bagaimana cara mengembalikan separuh jiwa yang hilang? tidak ada yang instan dalam kehidupan ini.

salah apa seorang pemuda

hingga ia tersakiti berkali-kali

oleh seseorang yang ia cintai

menjadikan ia kehilangan pegangan diri



apakah sudah tidak ada dialog di antara mereka

sampai hubungan terputus begitu saja?

apakah sang dicinta itu takut

pemuda itu akan berbuat yang tidak patut?

ataukah sang pemuda begitu hina

hingga tiada kesempatan untuk berdialog dewasa?



jika sang pemuda menyakitinya,

mengapa sang dicinta tak memberinya tanda

bahwa sang pemuda telah salah,

keliru dalam melangkah?

apakah begitu susah untuk memberi kejelasan,

agar ia tak lagi mempertahankan bayangan-bayangan khayal?

pada akhirnya, ia tak tahu harus berbuat apa

pasrah dalam ketidaktahuannya



tapi, bukankah hidup harus terus berjalan

menapaki dengan kerja keras yang tak pernah padam?

bahwa mengubah dunia,

tak akan membuatmu bahagia,

karena dunia yang sebenarnya,

ada dalam hatimu yang penuh cinta

Bacaan selnjutnya

Hanya ingin membuktikan                                                          Untuk 'engkau' yang disana 

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)