Si Jon mendapatkan malam Lailatul Qadar? Mustahil Kubro!

Java Tivi
0
"Malam ini malam ke berapa bulan ramadan, pak?" tanya Jon pada bapaknya saat sahur. sebelumnya, bapake si Jon bercerita sebelum makan sahur, bahwa dirinya tumben malam ini bangun kesiangan, ketinggalan sholat hajat dan tahajud.

"Malam ke-23, buat yang puasa hari Jumat," mendengar jawaban ini, Jon jadi bingung. sebenarnya malam seribu bulan itu datang lebih dari satu kali dalam ramadan, atau bagaimana sih? atau, datangnya malam seribu bulan itu dalam lingkup universal alias semua orang, atau 'hanya' suatu perasaan mendalam yang dirasakan setiap orang yang berbeda-beda?

tentu saja, Jon tidak mungkin merasakan bahwa dia mendapatkan malam lailatul qadar. itu sangat lancang untuk manusia seperti Jon. dua puluh dua hari kemarin saja, Jon begitu terpuruk. bukan hanya sholat wajibnya saja yang sering telat dan tanpa sunnah. terlebih lagi sholat malamnya yang hanya istiqomah dalam tujuh atau sembilan rakaat setelah isya : qobliyah, istikhoroh, dan witir. malam seribu bulan hanya didapatkan oleh orang-orang yang memiliki tingkat kesucian hati, akhlak dan spiritualitas (intelektualias dalam hal tauhid) yang sangat tinggi dan terjaga amat apik (baik). memang tidak mustahil orang seperti Jon bisa mendapatkannya. namun kemungkinannya kecil, karena ketiga kriteria minimal itu (kesucian hati, akhlak, dan spiritualitas) tidak dimiliki Jon sedikitpun. Jon sebatas pemuda gembel seperti gembala yang tersesat.

tanda-tandanya memang ada, malam ke-23 tiga itu adalah malam seribu bulan. pertama, saat Jon pergi ke kandang sapi sekitar pukul enam, matahari seperti nampan : merah tanpa sinar menyilaukan. persis seperti yang dikatakan rasulullah dalam hadits-hadits.

Ibnu Abbas radliyallahu'anhu berkata: Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah" (Hadist hasan)

Dari Ubay radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi." (HR Muslim 762)

lalu bagaimana tanda-tanda orang yang mendapatkan malam seribu bulan itu? Jon sempat memikirkannya sembari membersihkan kotoran sapi. di antara tanda-tanda orang yang mendapatkan malam seribu bulan itu adalah (tentu saja, mereka tak sadar telah mendapatkan 'hadiah' indah tersebut) :

1. akan mendapatkan kenikmatan dalam beribadah, seakan ada perasaan yang sangat lembut dalam hati, hingga tak teringat apapun selain Tuhan saat seseorang sholat.

2. ketenangan hati. akan ada semacam perasaan damai, nyaman, tidak terkejar oleh bayangan-bayangan duniawi, meski permasalahan hidup begitu membebani.

3. pencerahan akal. pikiran akan mendapatkan suatu kebijaksanaan, yang membuat seseorang tersebut dapat membedakan dan tegas memilih, mana pemikiran yang baik dan mana yang buruk.

4. kesejahteraan. dalam artian, ia akan merasakan keterlepasan belenggu duniawi yang membebani pikiran dan diri seutuhnya. mereka akan merasakan, bahwa kunci kebahagiaan tidak terletak pada melekatnya dunia, melainkan isi hati yang penuh cinta. mereka mampu mengendalikan pikirannya, hingga mampu bahagia di mana pun dan kapanpun dalam keadaan bagaimanapun.

5. takwa. tingkatan akhir dari gemblengan selama ramadan. orang yang takwa, tak dapat merasakan kesedihan dan kesenangan lagi. ia bisa menangis, namun dalam hatinya sebenarnya biasa saja. senang, tidak. sedih juga, tidak. orang yang takwa adalah manusia paling normal yang mampu menyesuaikan keadaan. ia menangis saat ditinggalkan seorang kekasih (misalnya), namun ia akan cepat paham, dan sadar. orang yang sampai pada peringkat itu, tidak ada kesedihan dan ketakutan dalam hatinya. empati dalam hatinya akan sangat sensitif. bahkan konyolnya, ia menyerahkan kebahagiaan diri sendiri untuk orang lain. saat hati orang-orang takwa disuruh untuk 'mencicipi' dunia lagi, mereka tak akan merasakan apa-apa. dunia tidak ada rasanya. namun mereka paham dengan sunnah Allah, bahwa hidup harus dan wajib bekerja keras. mereka sangat paham, bahwa Tuhan mereka lebih menuntut mereka untuk berusaha dan mencoba daripada memaksa mereka untuk berhasil dalam usahanya.

Jon pernah merasakan saat-saat seperti itu, paling tidak sejak ramadan 2010 lalu. perasaan lepas, nikmat dalam sholat dan menyatu pada masyarakat, 'tercerahkan', 'gila' karena menertawakan dunia tempatnya bekerja keras. namun nampaknya bukan karena malam seribu bulan saat itu. melainkan karena Jon benar-benar sableng setelah ditinggal seseorang yang dicintainya. sangat meyakinkan pernyataan tentang ini. karena memang Jon, jauh dari predikat ikhlas, terlebih lagi, Taqwa. Jon hanya pemuda biasa, si gembel pemerah susu sapi, yang penuh dosa.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)