Entah berapa kali pertanyaan ini diberikan padaku,"Sebenarnya, apa sih yang kamu pengin? Kamu harus sehat, siswa-siswamu menunggu. Kita banyak kerjaan. Kamu ingin apa, coba bilang dong," entah dari ibu, atau kakakku. Ah, andai saja aku tahu jawabannya, tak perlu ditanya juga pasti keinginan-keinginan itu akan terucap sendiri.
I don't know what happened in my mind, aku benar-benar tak tahu apa yang ku inginkan. What about marriage? Banyak yang menyangka itu. Tapi sungguh, aku nyaris tak pernah memikirkan itu. Aku benar-benar tersesat, tak tahu lagi apa yang benar-benar aku inginkan dalam hidup ini.
Seperti hari kemarin, hari ini juga mnghabiskan waktu hanya di rumah. Aku sudah tak memiliki keinginan apapun (probably), jadi tak ada rasa bosan. Bagaikan seorang narapidana yang terlalu lama dipenjara. Ia pada akhirnya takut untuk menyatu kembali dengan masyarakat. Ia memaksakan kehendaknya, bahwa penjara jauh lebih baik dari pada dunia. Karena baginya, dunia telah ada di dalam sel. Atau seperti manusia goa renungan Plato. Ia takut cahaya, karena kegelapan adalah bagian dirinya. Tapi aku tidak takut. Aku - mungkin - tidak takut pada apapun. Pada Tuhan-pun, aku sering menghujat dan menantang-Nya. Entahlah, hidupku terasa begitu irasional. Terlalu tidak masuk akal.
Lalu, apa kegiatanmu sehari-hari ini? Bersantai - meihat orang-orang yang terbebani karena sakitku ini, mengedit buku ke-6 (Saat Tuhan Merasa Capek), lalu kebiasaan binatang lainnya : makan, minum, tidur. Manusia dengan kebiasaan seperti ini, memimpikan keliling dunia? Irasional. Look at my past, what else i did! Don't u see that, My Lord??? I'm so tired.
I feel, u have gone. Why u left me, my Lord? All girl might leave me, but u, u don't have to. But u did, n i felt died at this crap life. Dear.