Bangsa besar yang selalu dipecundangkan

Java Tivi
0
Untuk kesekian kalinya Indonesia kalah lagi melawan tim Malaysia. Apa kurang pengorbanan Indonesia? Suporter Indonesia ada yang dipukul di dekat stadion sana, di Youtube, Indonesia dihina. Bagaimana dengan doa para TKI, entah keuarga yang ditinggal mati, atau TKW yang pulang membawa bayi tanpa tahu siapa bapaknya? Lho, Lho, kok sampai urusan TKI? Indonesia berjuang bukan hanya untuk Indonesia secara umum, tapi lebih khusus, untuk mereka yang teraniaya : para TKI. Tapi, kalah!

Tapi jelas, ini suatu pelajaran berharga (dan sangat amat pahit) untuk kita semua. Barangkali, secara tidak sadar tim garuda kita itu turut memikirkan keruwetan masalah bangsa kita ini. Paling tidak, PSSI, wadah yang memayungi mereka, juga belum 100% 'damai', dan 'nyaman'.

Lagipula, aku rasa, kita memang tidak benar-benar ingin tim garuda kita itu menang? Lho, kenapa? Kita, sebgai suporter, hanya bisa berdoa, karena kita bukan pemain : teriak-teriak menggobloki pemain juga tak ada gunanya. Kita hanya bisa berdoa. Tapi apa, suporter Indonesia dari wilayah mana coba, yang mengadakan sejenis istigotsah, dzikir akbar agar Indonesia menang? SUporter Indonesia dari sebelah mana yang sebelum menonton, sholat hajat bareng-bareng mendoakan tim garud menang. (haha). Para suporter mungkin akan berkata,"Haha, goblok! Istigotsah dan sholat hajat itu cuma buat ustadz. Kita, nggak perlu begituan. Tinggal taruhan, siapa yang menang (bodo amat Indonesia menang atau kalah) taruhan, dia yang dapat uang!" para suporter tak paham dengan teriakan GARUDA DI DADAKU, GARUDA KEBANGGAANKU.... Garuda, ya Pancasila. Pancasila, ya kesatu Ketuhanan yang maha esa (anak SD juga tahu!). Lah, kita, suporter timnas meneriakan sesuatu yang kita tak paham. Pantas saja kita kalah bae!

Untungnya, nyaris tidak ada yang sadarbahwa kita adalah bangsa besar nan lugu yang selalu dipecundangkan.
Tim kita, budaya kita, TKI kita, wilayah dan tanah kita, tanpa kita sadar pelan-pelan kita melupakannya. Bukan berarti aku tak mencintai negeri ini. Sekalipun diri ini hanya seperti satu titik buih untuk Indonesia, ada beberapa 'karya' yang ingin ku tinggalkan untuk negeri tercinta ini sebelum ku mati. Tapi dengan hilangnya kesadaran keIndonesiaan kita, para pemimpin kita, para pemuda Indonesia, akan jadi apa bangsa ini kedepannya? Hanya bangsa pemuja masa lalu kah? Naif sekali. Kita hidup saat ini, bung! Bangkitlah!
Tags

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)