Kau terlahir untuk suatu alasan

Java Tivi
0
Minggu, 11 Agustus 2013

            Aku memang menomorduakan ritual keagamaan individualistis, tapi bukan berarti meremehkannya. Ketika rapat kepala sekolah misalnya, jika adzan terdengar, para pengawas dan kepala sekolah lain hanya sejenak diam di ruangan. Sedangkan aku keluar ruangan, mencari masjid terdekat. Tidak ada yang seharusnya, termasuk melakukan ibadah, hanya sebatas sebaiknya. Seseorang yang hidup karena keharusan, hidupnya tak akan tenang, selalu serasa dikejar-kejar. Tapi, itu prinsipku.

           Tadi pagi misalnya, sholat subuh tepat waktu donk (hehe). Tapi, mengapa sih, seseorang seringkali ingin dinilai baik? Ah, ya ampun. Saya sudah terlalu biasa dianggap buruk, mengapa juga ingin dinilai baik. Sebutir mutiara tak akan berubah menjadi kotoran ayam, meski berada di tumpukan jerami. Subuh sudah bangun, karena bolak-balik ke toilet 4x, gara-gara BAB cair. Tapi, syukurlah. Ambil positifnya saja. Toh di siangnya saya tetap bisa bekerja, meski isi perut terkuras.

            Tentang ibadah, setan dan Tuhan itu ‘bersekongkol’. Begini contohnya :

Ketika seseorang sedang bekerja, seorang mandor misalnya, lalu terdengar suara adzan. Hati si mandor yang beriman ini akan tergerak untuk melakukan sholat. Tapi, setan pasti menggodanya dengan berbagai cara :
  1. Sholat saja dulu, biarkan para karyawanmu itu tetap bekerja, toh kamu sudah menggaji mereka. (dalih mementingkan diri sendiri)
  2. Ingatkan para karyawanmu itu untuk sholat. Jika tak mau, ya sudah, toh yang penting sudah diingatkan. (dalih ketidakpedulian pada bawahan, sedangkan sebenarnya punya wewenang)
  3. Ingatkan untuk sholat berjamaah, tinggalkan pekerjaan. Tidak ada bos yang se-salih kamu jika melakukan itu. (dalih memuji diri sendiri). Atau yang paling parah,
  4. Untuk apa kamu sholat duluan, jika para karyawanmu sholat belakangan, atau bahkan ada yang tidak sholat? Sudah, sholatnya nanti saja bareng mereka setelah pekerjaan selesai. Jangan sok suci. (dalih pembelaan menunda sholat)
Perdebatan hati akan panjang, jika kita tak pernah merenungkan ini. Ayatnya begini dalam surat Al Ankabut (Rumah Laba-laba) :

Utluma uwhiya ilayka minal kitabi, wa aqimisholah. Innasholati tanha ‘anil fahsya i wal munkar. Wa ladzikrullahi akbar…

Artinya : Baca dulu kitab kamu (pelajari, dapatkan ilmunya), lalu sholatlah (boleh sholat tanpa pengetahuan, tapi jelek juga jika keterusan). Sholat kita mencegah perbuatan keji dan munkar, jika, ketika sholat yang kita ingat adalah Allah (bukan pekerjaan, uang, hutang, jabatan, perempuan, dll).

Mengapa ada orang yang rajin sholat tapi wataknya jelek? Itu tadi, baca kitab terus menerus, tidak (kemungkinan besar). Ketika sholat yang ia ingat bukan Tuhannya, tapi tuhan-tuhan lain yang lebih menakutkan kehidupannya.

Siang setelah mainan susu sapi (memerah), rencananya mau ke teman, melanjutkan rencana kemarin yang katanya mau men-talak istrinya. Tapi ternyata tak jadi. Aku buat surat pemberitahuan pemberhentian kinerja, sambil menunggu ashar. Tapi, eh, ternyata tertidur sampai pukul 4 sore. Seperti biasa, sore mengambil ampas tahu di kabupaten. Di perjalanan pulang nyaris saja menabrak motor orang tua. Sialan tuh orang tua bangkotan, kagak lihat lampu merah apa? Dia malah tersenyum, melihat wajah saya yang tanpa ekspresi. Koplak. Di peternakan sampai maghrib.

Siang lalu sebenarnya aku menawari bapak dan kakak untuk membahas sekolah kami. Ada keputusan yang sebaiknya dibuat segera, demi kelangsungan sekolah itu. Tiap hari kita sebaiknya menyelesaikan masalah kita satu per satu, secepat mungkin. Bukan sebaliknya, malah menunda-nunda. Kata Hasan Al Bana, waktu kita terlalu sedikit untuk menyelesaikan banyaknya masalah yang ada dalam hidup ini. Kata bapak nanti malam saja, ah, ya sudah. Eh, ternyata malamnya bapak sama ibu mau nyadran, ya sudah, tak jadilah membahas itu. Besok mau pesan parsel di took bibi, buat para guru. Jika tidak ada yang mau membantu, sendiri pun –insya allah- aku sanggup. Langit dan bumi diciptakan dengan suatu alasan yang benar, begitupun dengan kelahiran seorang manusia. Inilah alasanku dilahirkan, menjadi qurban umat. Kau, apa alasanmu dilahirkan di dunia ini?
Tags

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)