Minggu, 11 Agustus 2013
Aku memang
menomorduakan ritual keagamaan individualistis, tapi bukan berarti
meremehkannya. Ketika rapat kepala sekolah misalnya, jika adzan terdengar, para
pengawas dan kepala sekolah lain hanya sejenak diam di ruangan. Sedangkan aku
keluar ruangan, mencari masjid terdekat. Tidak ada yang seharusnya, termasuk
melakukan ibadah, hanya sebatas sebaiknya. Seseorang yang hidup karena
keharusan, hidupnya tak akan tenang, selalu serasa dikejar-kejar. Tapi, itu
prinsipku.
Tadi
pagi misalnya, sholat subuh tepat waktu donk (hehe). Tapi, mengapa sih,
seseorang seringkali ingin dinilai baik? Ah, ya ampun. Saya sudah terlalu biasa
dianggap buruk, mengapa juga ingin dinilai baik. Sebutir mutiara tak akan
berubah menjadi kotoran ayam, meski berada di tumpukan jerami. Subuh sudah
bangun, karena bolak-balik ke toilet 4x, gara-gara BAB cair. Tapi, syukurlah. Ambil
positifnya saja. Toh di siangnya saya tetap bisa bekerja, meski isi perut
terkuras.
Tentang
ibadah, setan dan Tuhan itu ‘bersekongkol’. Begini contohnya :
Ketika seseorang sedang
bekerja, seorang mandor misalnya, lalu terdengar suara adzan. Hati si mandor
yang beriman ini akan tergerak untuk melakukan sholat. Tapi, setan pasti
menggodanya dengan berbagai cara :
- Sholat saja
dulu, biarkan para karyawanmu itu tetap bekerja, toh kamu sudah menggaji
mereka. (dalih mementingkan diri sendiri)
- Ingatkan para
karyawanmu itu untuk sholat. Jika tak mau, ya sudah, toh yang penting
sudah diingatkan. (dalih ketidakpedulian pada bawahan, sedangkan
sebenarnya punya wewenang)
- Ingatkan untuk
sholat berjamaah, tinggalkan pekerjaan. Tidak ada bos yang se-salih kamu
jika melakukan itu. (dalih memuji diri sendiri). Atau yang paling parah,
- Untuk apa
kamu sholat duluan, jika para karyawanmu sholat belakangan, atau bahkan
ada yang tidak sholat? Sudah, sholatnya nanti saja bareng mereka setelah
pekerjaan selesai. Jangan sok suci. (dalih pembelaan menunda sholat)
Perdebatan hati akan
panjang, jika kita tak pernah merenungkan ini. Ayatnya begini dalam surat Al
Ankabut (Rumah Laba-laba) :
Utluma uwhiya ilayka minal
kitabi, wa aqimisholah. Innasholati tanha ‘anil fahsya i wal munkar. Wa ladzikrullahi
akbar…
Artinya : Baca dulu kitab
kamu (pelajari, dapatkan ilmunya), lalu sholatlah (boleh sholat tanpa
pengetahuan, tapi jelek juga jika keterusan). Sholat kita mencegah perbuatan
keji dan munkar, jika, ketika sholat yang kita ingat adalah Allah (bukan pekerjaan,
uang, hutang, jabatan, perempuan, dll).
Mengapa ada orang yang rajin
sholat tapi wataknya jelek? Itu tadi, baca kitab terus menerus, tidak
(kemungkinan besar). Ketika sholat yang ia ingat bukan Tuhannya, tapi
tuhan-tuhan lain yang lebih menakutkan kehidupannya.
Siang setelah mainan susu sapi (memerah), rencananya
mau ke teman, melanjutkan rencana kemarin yang katanya mau men-talak istrinya. Tapi
ternyata tak jadi. Aku buat surat pemberitahuan pemberhentian kinerja, sambil
menunggu ashar. Tapi, eh, ternyata tertidur sampai pukul 4 sore. Seperti biasa,
sore mengambil ampas tahu di kabupaten. Di perjalanan pulang nyaris saja
menabrak motor orang tua. Sialan tuh orang tua bangkotan, kagak lihat lampu
merah apa? Dia malah tersenyum, melihat wajah saya yang tanpa ekspresi. Koplak.
Di peternakan sampai maghrib.
Siang lalu sebenarnya aku menawari bapak dan kakak untuk membahas sekolah kami. Ada keputusan yang sebaiknya dibuat segera, demi kelangsungan sekolah itu. Tiap hari kita sebaiknya menyelesaikan masalah kita satu per satu, secepat mungkin. Bukan sebaliknya, malah menunda-nunda. Kata Hasan Al Bana, waktu kita terlalu sedikit untuk menyelesaikan banyaknya masalah yang ada dalam hidup ini. Kata bapak nanti malam saja, ah, ya sudah. Eh, ternyata malamnya bapak sama ibu mau nyadran, ya sudah, tak jadilah membahas itu. Besok mau pesan parsel di took bibi, buat para guru. Jika tidak ada yang mau membantu, sendiri pun –insya allah- aku sanggup. Langit dan bumi diciptakan dengan suatu alasan yang benar, begitupun dengan kelahiran seorang manusia. Inilah alasanku dilahirkan, menjadi qurban umat. Kau, apa alasanmu dilahirkan di dunia ini?