Ada perasaan bahagia tak terkira yang menyelimuti perasaan semacam kehilangan, ketika malam itu aku melihat fotonya bersama suaminya, dengan baju pengantin putih. Tampan, dan cantik sekali. Jika seseorang benar-benar mencintai, maka ia akan bahagia dengan apapun yang diputuskannya. Ini bukan ungkapan kekecewaan, sungguh, meski pembaca boleh saja menyimpulkannya begitu. Di tulisan-tulisan yang lalu, aku berkali-kali bimbang, ketika harus memilih antara kepentingan pribadi - katakanlah, teman hidup - dengan 'tugas' yang Tuhan embankan padaku. Tuhan tak memperkenankan dalam satu dada seorang hamba ada dua cinta. Ia memberikan pilihan, namun memberi 'rekomendasi' agar memilih yang seharusnya dipilih. Maa ja'alallahu li rojulim min qolbayni fii jawfih. Maka, sebagai pembuktian aku seorang abdullah (nama saya Abdullah, soalnya,hehe), aku tak akan meninggalkan apa yang sudah Tuhan amanahkan.
Suatu saat di jaman dulu, aku pernah berkata :
Menikahlah,
Kesendirianmu membuatku terluka
Di akun Twitter, bahkan aku tuliskan Just wanna say, i love you, tidak lebih, sungguh.
Untuk mengingatkannya, bahwa ia tak pernah sendirian.
Dan kini, aku bisa merasa lega. Engkau bahagia dengan apa yang engkau cinta, dan aku bahagia karena melihatmu tak sendirian lagi. Terakhir, mari, kita bangun bangsa ini bersama. Engkau disana bersama orang-orang yang menemanimu, aku disini bersama mereka yang ku jaga. Mudah-mudahan, kelahiran kita di dunia ini, bukan semata menambah jumlah manusia. Tapi ada makna besar di baliknya. Amiin.
Bekerjalah
bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah
bagaikan tak seorang pun sedang menonton._Mark Twain_
Happy wedding, 15 November 2013