Bersahabat dengan Jon Quixote sudah sangat lama, bahkan seakan sebelum tali pusarku terpotong pun nampaknya, jelas ada satu garis takdir aku akan bersahabat dengan anak muda konyol ini. Anaknya kerempeng, usianya sekarang seperempat abad, sedikit makan dan tidur, sering sakit-sakitan karena kurang tidur mikirin masyarakat kere yang oleh Allah disuruh menjaga, plus seringnya ia puasa meski tubuhnya tinggal tulang dan kulit. Entah dia mau jadi apa.
Dulu, saat kuliah, ia bilang di forum jalanan yang ia bikin, "Orang kurus itu galak loh..." tapi teman-temannya yang mayoritas mahasiswi itu malah menertawakan dia. "Haha, jadi pengen lihat Kang Jon marah,"
Tapi, kali ini aku benar-benar melihatnya marah. Berbeda dengan kebiasaannya yang suka bercanda, kali ini ia marah yang meluap-lupa. Karena apa?
"Kamu kira yang sayang sama adik kamu cuma kamu ya? Lalu untuk apa saya capek-capek memikirkan sakitnya? Jangan remehkan rasa sayang saya dong, ke kamu, ke adik kamu di sana (alam barzakh), ke ibu kamu, atau ke setiap manusia dan makhluk Allah apapun itu. Kamu kira dulu saya bikin forum jalanan untuk apa? Senang-senang? Ndak! Itu ungkapan cinta saya. Dan saya mengajak kamu, adik kamu, teman-teman yang lain karena saya ingin kita saling mencintai untuk mereka ; orang-orang teraniaya,"
"Justru, yang dibutuhkan dia di sana bukan melankolia dan kesedihan kita, melainkan doa! Ayo, kita buktikan sisa hidup kita, agar kelak kita bertemu di sana, kita bisa mengabarkan kebahagiaan, bahwa di dunia kita telah melakukan banyak hal. Bukan malah menjadi manusia cengeng, menjadikan dia alasan untuk kita tak bisa berjuang. Mumpung kita masih hidup, wajaahidhum bihi jihaadan kabiyro, dan berjuanglah dengan semangat perjuangan yang besar. Untuk mereka, orang-orang yang lemah, sebagai bukti cinta kita pada dia, adik kita, bahwa dia tidak sia-sia memiliki saudara seperti kita."
"Baca dan pelajari qur'annya. Jika kamu tak paham, aku di sini, selalu menerima pertanyaan dan keluhan siapapun. Mana, ayat mana yang belum kamu paham, ayo kita pelajari bersama. Jangan terpenjara oleh pikiran kerdil kita dong. Setan mudah sekali masuk ke sana. Kamu pikir aku tak pernah merasa sangat kecewa pada Tuhan? Kamu pikir aku tak pernah mengalami kegagalan yang begitu menyedihkan saat kuliah dulu? Tanda kita masih menang adalah, karena kita lebih kuat dari kegagalan apapun yang kita alami."
"Qumil layla illa qolilla, bangkitlah dalam keadaan 'malam', saat dunia kita terasa begitu gelap. Dan itu hanya mampu dialami oleh hamba-hamba Allah yang sedikit. Kamu lihat saya dong. Lihat, apa yang saya dapatkan setelah melayani orang-orang di sana? Uang? Wanita? Jabatan? Bahkan di sini aku tak mengambil honor saya selama dua tahun mengajar. Bukan untuk apa-apa, untuk mereka, anak-anak surga generasi bangsa. Aku ingin ketika bertemu di sana bersama adikmu itu, aku bisa mengabarkan, bahwa sekalipun saya sanggup untuk bersenang-senang dengan apapun di dunia ini - uang, tahta, wanita, tapi aku tak melakukannya. Aku ingin ketika ditanya kelak, 'untuk apa kau habiskan masa mudamu?' dengan bangga aku jawab, "Mencintai hamba-hamba-Mu yang tak diperhatikan. Bahkan hingga tubuh saya habis,"
"Marah saya melihat kamu yang masih tertinggal di masa lalu. Dekatilah qur'an lagi, utluma uwhiya ilayka minal kitabi wa aqiymisholah, baca dan pelajari kitab kita, lalu dirikanlah sholat. Jangan pikir saya tidak memikirkanmu, adikmu, ibumu, saya memikirkan setiap orang yang saya cintai. Dan berarti itu hampir setiap manusia, atau bahkan apapun yang ada di antara langit dan bumi. Jangan dipikir enak menjadi saya, karena saya diberi pekerjaan memang begitu : memikirkan manusia-manusia lemah sampai saya mati. Kamu pikir tubuhku istiqomah dalam kekerempengan karena apa? Yang sekarang harus kamu pikirkan adalah, kamu di mana dan sedang apa, itu yang mesti kamu fokus,"
Lalu Jon berdoa, "Rabb, ighfirlana ya Rabb... In'ajriya illa 'alallah. Aku tidak meminta apa-apa di dunia ini, Allah, selain janjimu, Fihiynna qoshirotuthorf, lamyathmitshunna insuwn qoblahum wa la jaann... Huwrumm maqshurotun fil khiyam... Tapi jika itu masih terlalu tinggi untukku, wahai Allah, 'Asaa rabbi ayyahdi yaniy sawaa'as sabiyli ya rabb... Allahuma sholi 'ala sayyidina Muhammad wa ala 'ali sayyidina Muhammad..."