Selesai salam sholat
Jumat itu, Jon bergegas lari. Ada apa ini? Mules apa ya?
Saya kejar ke rumahnya, ia nampak sedih duduk di depan rumahnya.
"Kenapa lu?" tanyaku.
Ia diam. Kalau sablengnya kambuh, dia memang begitu, susah dimengerti.
Kemudian ia bercerita,"Seorang ayah menyuruh tiga anaknya yang salih untuk bersedekah. Dua anaknya, si salih kaya 1 (sk 1) dan si salih kaya 2 (sk 2), sedang satu lagi si miskin : sederhana," celoteh Jon.
"Kau sudah bersedekah apa?" tanya sang ayah pada sk 1.
"Sebagian besar gajiku ayah," kata sk 1.
"Kau sedekah apa?" tanya sang ayah pada sk 2 di lain waktu.
"Sebagian besar harta, tenaga, dan waktu hidupku," jawab sk 2, mantap.
Di lain waktu,"Kalau kau?" tanya sang ayah pada anak bungsunya, si miskin.
"Belum, ayah, aku belum sedekah apa-apa,"
"Mengapa? Karena kau miskin, tak punya harta?"
"Bukan, ayah, bukan. Aku tak tahu apa yang harus ku sedekahkan, sedang diri ini sepenuhnya milik Tuhan. Haruskah ku sedekahkan milik Tuhan ini untuk-Nya? Apakah itu bisa disebut sedekah? Tidak aku sedekahkan pun, aku tak punya hak hidup sedikitpun kecuali milikNya,"
Kemudian Jon mendongeng tentang pertanyaan rasul pada iblis.
"Siapa yang akan kau sesatkan?"
"Semuanya, yang pintar/yang bodoh, yang salih/pun yang tholih, yang berilmu/pun yang awam, kecuali mereka yang ikhlas,"
"Siapa mereka yang ikhlas?"
"Wahai rasululloh, engkau tak tahu? Ia yang tak menyukai perak&emas, dinar&dirham, pujian/sanjungan, kemewahan/ketenaran, mereka orang-orang ikhlas,"
Terakhir, sambil menitikan air mata, Jon bersyair.
Aku buta!
Aku buta!
Aku buta!
Aku tak melihat warna kuning
Yang aku lihat warna di balik warna kuning
Aku tak melihat matahari
Yang aku lihat cahaya bening di balik matahari
Aku tak melihat keindahan
Yang aku lihat keindahan di balik keindahan
Jangan tinggalkan aku, iblis
Aku ingin tetap menjadi manusia
Aku ada karena engkau ada
Biar Tuhan bersama mereka di surga
Tapi untukku,
Siapa temanku jika kau pergi dan,
Siapa temanmu jika semua manusia
Hendak bersama Tuhan semuanya?
Saya kejar ke rumahnya, ia nampak sedih duduk di depan rumahnya.
"Kenapa lu?" tanyaku.
Ia diam. Kalau sablengnya kambuh, dia memang begitu, susah dimengerti.
Kemudian ia bercerita,"Seorang ayah menyuruh tiga anaknya yang salih untuk bersedekah. Dua anaknya, si salih kaya 1 (sk 1) dan si salih kaya 2 (sk 2), sedang satu lagi si miskin : sederhana," celoteh Jon.
"Kau sudah bersedekah apa?" tanya sang ayah pada sk 1.
"Sebagian besar gajiku ayah," kata sk 1.
"Kau sedekah apa?" tanya sang ayah pada sk 2 di lain waktu.
"Sebagian besar harta, tenaga, dan waktu hidupku," jawab sk 2, mantap.
Di lain waktu,"Kalau kau?" tanya sang ayah pada anak bungsunya, si miskin.
"Belum, ayah, aku belum sedekah apa-apa,"
"Mengapa? Karena kau miskin, tak punya harta?"
"Bukan, ayah, bukan. Aku tak tahu apa yang harus ku sedekahkan, sedang diri ini sepenuhnya milik Tuhan. Haruskah ku sedekahkan milik Tuhan ini untuk-Nya? Apakah itu bisa disebut sedekah? Tidak aku sedekahkan pun, aku tak punya hak hidup sedikitpun kecuali milikNya,"
Kemudian Jon mendongeng tentang pertanyaan rasul pada iblis.
"Siapa yang akan kau sesatkan?"
"Semuanya, yang pintar/yang bodoh, yang salih/pun yang tholih, yang berilmu/pun yang awam, kecuali mereka yang ikhlas,"
"Siapa mereka yang ikhlas?"
"Wahai rasululloh, engkau tak tahu? Ia yang tak menyukai perak&emas, dinar&dirham, pujian/sanjungan, kemewahan/ketenaran, mereka orang-orang ikhlas,"
Terakhir, sambil menitikan air mata, Jon bersyair.
Aku buta!
Aku buta!
Aku buta!
Aku tak melihat warna kuning
Yang aku lihat warna di balik warna kuning
Aku tak melihat matahari
Yang aku lihat cahaya bening di balik matahari
Aku tak melihat keindahan
Yang aku lihat keindahan di balik keindahan
Jangan tinggalkan aku, iblis
Aku ingin tetap menjadi manusia
Aku ada karena engkau ada
Biar Tuhan bersama mereka di surga
Tapi untukku,
Siapa temanku jika kau pergi dan,
Siapa temanmu jika semua manusia
Hendak bersama Tuhan semuanya?