"Alimat nafsum maa qodamat wa akhorot,. Setiap jiwa kelak akan
mengetahui apa yang dikerjakannya, dan apa saja yang dilupakannya selama hidup.
yaa'ayyuhal insan maghoroka birobbikal karim.. Hei manusia, mengapa kau tak sadar?"
Konon, saat dalam kubur nanti, pertanyaan pertama adalah :
Siapa Tuhanmu?
Itu, bisa jadi pertanyaan jebakan. Maksudnya? Setiap jiwa tahu, siapa
satu-satunya Tuhan yang ada. Tapi, pertanyaan itu adalah sindiran. Engkau tahu
Tuhanmu adalah Allah, tapi mengapa kau memuja harta, keturunan, jabatan,
derajat intelektual, kelompok perkumpulan, anak dan hal-hal yang sebenarnya, Ia
yang mengadakannya?
Siapa Nabimu?
Pertanyaan ini juga sindiran. Nabi kita, manusia termulia sejagad raya. Tapi,
mengapa itu menjadi pertanyaan sindiran, kau mengakui Muhammad adalah Nabimu,
penuntunmu, teladanmu, tapi mengapa kau hidup sangat jauh dari kebiasaan
hidupnya? Ia mencintai kesederhanaan, kau berlomba merebut dunia, fastabiqud
dunya. Kau mengakui ia nabimu, tapi akhlak dan keprihatinan sosialnya, tak kau
anggap apa-apa.
Siapa saudaramu?
Ini, pertanyaan jebakan dahsyat. Ukhwah islamiyah bukan hanya untuk sesama
agama, tapi, apapun agama, suku, ras, engkau adalah saudaraku. Untuk sesama
agama? Maa lakum laa tana shorun? Mengapa kalian tidak saling membahu? Kalian
sesama agama saja bertengkar, kalian ini bagaimana?
Setiap jiwa akan diberitakan apa saja yang dikerjakan dan yang dilupakannya.
Dilupakan? Ya, kita melupakan sebagian hal yang kita anggap tak penting. Sampah
di jalanan, orang awam yang kita biarkan, orang sakit yang kita tinggalkan,
anak-anak yang membutuhkan teladan. Banyak hal.
Wahai manusia, mengapa engkau tak sadar, bahwa dunia ini telah dijelaskan
dengan amat puitis oleh Tuhan dalam qur'an? Perhiasan, yang seperti hujan.
Menumbuhkan kebun segar, lalu tumbuh, panen, kemudian badai datang. Tak peduli
engkau beriman/kufur, badai akan tetap datang. Perbedaannya? Orang beriman akan
segera sadar, kembali. Ia yang kufur, tak bisa menerima, merekayasa bagaimana
kebun itu kembali padanya.