Paling
hebat adalah mereka yg hidup ikhlas. Benar-benar ikhlas, bukan sekedar kata /
ucapan : ikhlas. Orang-orang yg hidup ikhlas adalah orang-orang konyol,
orang-orang sableng, orang-orang yg tak layak hidup di dunia yg macam ini.
Dunia tempat manusia-manusia bajingan berdasi / bersorban peci. Dunia
manusia-manusia buas, tapi lucu : takut akan sesuatu yg tak ada. Sesuatu apa
itu? Masa depan. Berebut saling sikut demi urusan perut dan isi kancut. Beradu
legitimasi Tuhan, demi kemenangan taruhan : yg kita sebut sebagai ikhtiar.
Mengapa masa depan? Karena ia belum lagi datang, saat ini.
"Kebangkitan
berarti kematian keyakinan anda terhadap ketidakadilan dan tragedi," kata
Anthony de Mello. "Bagi orang bijaksana, akhir kehidupan ulat adalah
kupu-kupu. Kematianadalah kebangkitan... Apabila anda bersedia mati untuk
masa lalu, apabila anda bersediamati untuk setiap menit, maka anda akan
menjadi orang yang benar-benar hidup,"
Sic
vos, non vobis. Begitu kata pepatah latin. Untuk siapa kupu-kupu, semua binatang
dan tumbuhan, bumi dan langit ini ada? Manusia? Untuk siapa manusia ada?
Mengapa manusia harus ada? Mengapa manusia-manusia lemah harus ada, dan
membutuhkan pahlawan-pahlawan kebingungan yang kelak dibutuhkan
mereka, namun bingung siapa yang mereka lawan dan harus dijatuhkan? Rezim
Soekarno dan Soeharto telah terbungkus rapi kain kafan sejarah.
Pada
akhirnya, paling hebat adalah mereka yang hidup ikhlas, tanpa ia sadari bahwa
ia telah hidup ikhlas. Manusia-manusia yang mati sebelum jasad dan
pikirannya lenyap.
ada
orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah
ada
orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza
tapi
aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku
bicara
tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau
tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandala wangi
ada
serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang
ada
bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi
aku ingin mati di sisimu sayangku
setelah
kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang
tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
mari,
sini sayangku
kalian
yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
tegakklah
ke langit atau awan mendung
kita
tak pernah menanamkan apa-apa,
kita
takkan pernah kehilangan apa-apa
manisku,
aku akan jalan terus
membawa
kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama
hidup yang begitu biru
(Catatan
Seorang Demonstran, Selasa, 11 November 1969)