Mungkin nampak tak jelas, foto apa itu / sedang apa mereka?
Ini foto kami setelah melakukan perjalanan malam, agenda forum yang rutin dilakukan dua bulan sekali. Acara berjalan kaki dari kampus UPI menuju gedung sate jam 10 malam, diadakan sebagai agenda orientasi kedua forum : melatih kepekaan sosial. Karena selama perjalanan, kami membagikan makanan dan pakaian bekas pada 'penduduk' jalanan.
Itu foto lama, mungkin 2010. Forum itu kami dirikan tahun 2009, sampai saat ini masih ada, tapi tak lagi berdomisili di kampus. Terakhir kami jalan malam, yaitu ketika perpisahan, jalan malam terakhir, sekitar bulan Desember 2011. Laki-laki dan perempuan, kami berjalan bersama menuju gedung sate. Di sana kami duduk, dan memberikan kesan pesan perjalanan, dan mimpi esok hari setelah kelulusan. Dan biasanya kami pulang tengah malam.
Sebenarnya, perjalanan ke luar -kampus, berjalan kaki, bukan hanya melakukan perjalanan 'keluar diri dari diri sendiri' : kenyamanan. Tapi itu lebih ke dalam, yaitu perjalanan ke 'dalam diri sendiri'. Melihat realitas, yang mungkin saja salah satu di antara kami akan dekat dengan mereka : masyarakat lemah. Kami tidak berkeliling dunia, tidak juga ke luar negeri atau ke luar pulau, kami hanya berjalan sedikit agak 'jauh' dari kehidupan umum. Menyapa mereka, berbagi makanan, pakaian, atau berfoto bareng. Kami hanya melakukan perjalanan 'ke dalam diri sendiri' yang bisa jadi sangat banyak orang tak melakukannya. Ketika perjalanan terakhir, perpisahan - kami sudah lulus, salah satu anggota menangis. Aku sendiri yakin, dia menangis bukan karena sedih berpisah, atau tak akan mengalami hal serupa itu. Tapi semacam perasaan romantis, perasaan nikmatnya/indahnya hidup saat itu, meski sebenarnya kita 'tak pergi kemana-mana'. Kita tidak melancong ke Perancis, Roma, Jepang, atau kemanapun. Kita hanya beberapa kilometer dari kampus sendiri. Tapi, perjalanan 'ke dalam diri sendiri' itulah, yang membuat peristiwa itu seakan menjadi indah, bahkan mungkin lebih menggembirakan daripada piknik ke luar negeri.
Ketika mata menangis,
Maka tangan akan mengusapnya
Ketika dunia terasa tragis,
Sewajarnya manusia memperbaikinya
Telinga kita terlalu banyak mendengar
Tapi tertutup dari suara hati
Logika kita terlalu banyak berpikir
Tapi jarang benar keajaiban terukir
Kita anak zaman
Bukan tak mungkin kita kan menjadi kenangan
Yang pasti, temanku
Hidup tak selamanya muda, kita tak selamanya ada