Kabar siang lalu,

Java Tivi
0
Tidak akan aku biarkan temanku berjalan – berjuang – sendirian. _Jon Q_

Budha tak pernah mengatakan, bahwa orang-orang yang telah mokhsa, ia akan terhenti dari siklus kelahiran kembali. Itu adalah kesimpulan spiritual salah satu muridnya. Sebaliknya, ia berkata : Aku tidak akan membiarkan manusia berjalan – tersesat – sendirian. Ia mengatakan seperti itu, karena keinginannya hidup lebih lama. Barangkali, itu alasan ia disebut ‘buddha’, atau ‘yang tercerahkan’ dan akan mencerahkan, menuntun manusia dari ketersesatan.
***
Siang lalu, rapat kepala sekolah di kementerian agama. Ajib, kabar yang nampaknya tak menyenangkan pun aku dapatkan. Belum selesai persoalan, darimana aku mampu mengumpulkan dana sekian juta rupiah untuk keperluan akhir dan awal tahun pelajaran, satu kabar tersiar. Guru honorer memang harus belajar betah ‘makan pahala’. Untuk tahun ini, mungkin juga ke depannya, tidak akan ada lagi tunjangan untuk guru honorer yang mengajar kurang dari lima tahun. Sebenarnya, guru-guru sekolah saya itu sangat mungkin tak akan kecewa karena itu. Setiap Sabtu siang, aku ‘doktrinkan’ tentang bagaimana menjadi guru yang seharusnya. Tapi di sisi lain, kami tak habis pikir dengan kesenjangan di antara sesama guru. Para PNS dan sertifikasi menerima banyak rupiah di akhir semester, sedangkan para guru honorer hanya mendapat kabar gembiranya saja – ketika rekan sesama guru itu mendapatkannya. Aku pikir, mengapa, semisal, tidak diatur saja 20% dari anggaran PNS dan guru sertifikasi itu untuk para guru honorer? Meski sedikit, bukankah itu akan ‘meringankan nafas’ para guru honorer? Pantas, tahun ini begitu banyak kasus sertifikasi dan pengangkatan PNS.

Aku sendiri tak begitu heran dengan keputusan itu. bukan karena jumlah guru honorer yang terlalu banyak di Jateng, atau para pejabatnya yang minta ‘tunjangan’ lebih. Tapi memang tiap bulan sudah terbiasa tak menerima, bahkan memberi.

Tertundanya keberangkatan saya ‘ke barat’, mungkin ini tujuannya. Tentang kabar yang harus aku sampaikan pada guru-guru sekolahku itu. Mengapa harus ke sana? Selain misi persahabatan, juga sebagai salah satu jalan, mungkin saja ada orang-orang yang mau sedikit membantu sekolahku itu. Apa misi persahabatan yang ku lakukan di sana? Menemani diskusi rekan-rekan mahasiswa. Aku tak punya uang, yang aku punya, mungkin, hanya sedikit pengetahuan dan wawasan bagaimana berjuang dengan totalitas. Dan barangkali itu bisa menjadi bahan perenungan untuk teman-teman mahasiswa di sana. Jika Buddha berkata : Tak akan aku biarkan manusia berjalan – tersesat – sendirian. Maka ingin aku katakan : Tak akan aku biarkan seorang temanku berjalan – tersesat – sendirian. Jika pun engkau memang tersesat, maka akan aku temani dalam ketersesatan itu.


Lebih menyenangkan rasanya, berbincang dengan teman dalam gelap, daripada kesepian di bawah terang cahaya bulan.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)