Em, jangan terburu-buru menyimpulkan, ok.
Hari Selasa sore, bantu-bantu kakak yang baru saja
melahirkan 40 hari kemarin, pindah rumah. Kakak ipar memberi saran, agar
kebiasaan merokoknya dikurangi. Aku jawab, aku hanya merokok ketika merasa
sendirian. Tidak merokok satu bulan atau satu tahun pun aku sanggup. Tapi,
akhir-akhir ini memang keinginan merokok nampak besar. Mungkin karena semangat
intelektual yang bukannya melemah setelah lulus kuliah, tapi sebaliknya,
mengalir deras tak terbendung. Beberapa orang mengira, aku ingin cepat-cepat
menikah. Kenyataannya, kini aku sedang belajar kembali untuk memiliki cinta
lokal, atau cinta antara laki-laki dan perempuan, atau rasa suka. Pertengahan 2010
aku kehilangan perasaan ini. tapi, sungguh, aku tak impoten, eh, tapi mengapa
harus berkata ini?
Barangkali, kegagalan cinta lokal yang berkali-kali
mengakibatkan cinta lokal-ku lumpuh. Tapi, mungkin bukan hanya itu. kesempatan
yang Tuhan berikan untukku berpetualang dan menyelesaikan persoalan-persoalan
orang lain, mungkin itu sebab utamanya. Masalah orang lain, mengapa aku yang
harus menyelesaikannya? Rasanya susah sekali untuk menyukai perempuan saat ini,
dalam artian pribadi. Tapi, tentang cinta kemanusiaan, aku tak mengatakan aku
sempurna, tapi aku dapat mengungkapkan itu dengan cukup baik. Totalitas perjuangan
membuatku merasa lebih hidup : gila.
Hari Rabu, ada lomba mewarnai untuk anak-anak TK/PAUD di
sekolah kami. Hari itu ada tiga agenda sekaligus. Sosialisasi PPDB atau
penerimaan peserta didik baru, rapat dengan komite, juga lomba itu tadi. Pusing
sekali rasanya kepalaku ini. siang jam satu, belum sholat dhuhur tapi aku sudah
tertidur. Pekerjaan sekolah masih didominasi olehku sendiri. Jadi, mungkin
sakit kepala itu rasa protes tubuh yang melewati batas kekuatan.
Tentang batas, sebenarnya aku cukup paham. Batas kekuatan
diri, kapasitas diri. Tapi, seringkali kehidupan memintaku untuk melakukan
sesuatu di luar batas kemampuanku, atau, awalnya aku mengira bahwa itu memang
di luar kapasitas tubuh atau pikiranku sendiri. Seperti kegagalan-kegagalan
ketika menjalin hubungan dengan wanita yang ku suka. Lima kali, aku kira itu
sudah cukup menyesakkan. Bahkan, terkadang aku ingin bertanya pada wanita yang
kelak menyukaiku : lima wanita saja menolakku, apa kamu yakin akan menerimaku?
Malam ini, malam Kamis, aku menunggu di depan sekolah kami
yang lebih layak disebut gubuk. Mengetik di samping seorang teman SMA yang
tertidur pulas. Barang-barang untuk persiapan tutup tahun harus kami tunggui. Sekolah
ini, selain masih gubuk, juga tak ada pagar, tak berpintu. Dengan ditemani
rokok, aku menyelesaikan cerita malam ini.
Siapa yang mau hidup sendiri? Hanya saja, terkadang
kehidupan meminta orang-orang tertentu untuk mencintai kesendirian. Aku pernah
bermimpi, suatu saat ketika telah berumah tangga, aku memilih tertidur di atas
sajadah setelah menemani tidur sang istri. Tiba-tiba Ia yang berada melampaui
Arsy menegur : Mengapa tak kau temani istrimu setelah menemani-Ku? Begitulah, kehidupan
ini diadakan untuk kesenangan manusia. Kesenangan dengan batas dan kesesuaian
tertentu. Ada saatnya manusia mencintai kesendirian, ada waktunya mereka
membaur bersama apa yang dicinta : sampai batas waktu tertentu. Dan saat
sendirian seperti ini, kunyalakan rokok untuk menemani.
Kabar dari ketua panitia tutup tahun tadi selepas Isya, ada
kemungkinan kyai yang diundang sebagai pembicara akan menemani Jokowi ke Dapil
9 (Tegal dan sekitarnya). Beliau memang petinggi partai hijau. Mungkin, jika aku juga kader partai keislaman lawan dari
partai hijau tersebut, sang kyai juga akan menolak menjadi pembicara. Aku bukan
simpatisan atau kader partai tertentu. Aku hanya berprinsip, seorang
intelektual tak boleh menutup mata terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungannya. Termasuk politik. Walaupun, tetap saja, siapapun presiden yang
terpilih, aku tetap pada jalan hidupku : tak akan ku mengemis untuk diriku
sendiri pada mereka. Mungkin aku satu-satunya di bangsa ini, seorang kepala
sekolah yang selalu membuat geger pejabat kependidikan. Kepala sekolah bertubuh
morfinis, berkepala mowhakian (mowhak), dan sering sekali tak menghadiri rapat
: rapat kenaikan pangkat dan ke-PNS-an. Seperti pagi lalu, saat rapat kepala
sekolah sosialisasi PPDB sekolah dasar. Jam 9 pagi rapat dimulai, tapi aku
sudah tertidur dalam duduk. Bosan sekali. Alih-alih menghilangkan rasa bosan,
aku mengajak kepala sekolah lain untuk keluar merokok, tapi dia tak berani. Ah,
haha, aku hanya bercanda, pak.
Tentang rokok, di banyak kesempatan aku bercerita pada
teman-teman tentang prinsip merokok. Tentang kisahku di bus/di jalanan dengan
teman bernama : rokok. Di tahun 2009, nyaris saja aku dipukul seorang bapak
bangkotan di dalam bus, kalau tak ditolong ibu-ibu dengan anak kecilnya. Dia,
si bapak tua, merokok di dalam bus, aku ingatkan di dekatnya ada anak kecil dan
ibu-ibu. Ia marah, nyaris saja bogem mentah melayang. Begitulah, kehidupanku. Perempuan
memang mampu menguatkan laki-laki, tapi laki-laki menjadi kuat tidak hanya oleh
perempuan. Pahitnya kehidupan, kegagalan, ketertolakan dari pergaulan,
kemiskinan dalam berjuang, itu obat kuat yang sebenarnya. Sedangkan rokok, ah,
itu hanya agar orang tak mengasihaniku yang kurus dan teraniaya oleh kehidupan
ini. karena merokok, identik dengan kejahatan. Rasanya lebih senang, jika
getirnya kehidupan yang kita rasakan tersebab kita adalah manusia jahat. Karena
itu, aku merokok. Aku manusia jahat.