(1)
Kasih yang tak pernah putus dari-Nya
Berhembus, mengalir pada jiwa-jiwa yang mulia
Bersandar, di ujung muara samudera,
Cinta
Kini ku tahu
ayat-Nya : Marojal bahroini yal taqiyan
Baynahuma barzakhu la yabghiyan
Tuhan
mengalirkan takdir kita berbeda, jauh, dan terbatasi
Untuk satu
titik tujuan ini : kita menyatu di disini
(2)
Alamal qur’an
Ia mengajarkan ilmu-Nya pada manusia paling mulia
Muhammad ibn Abdullah yang sangat mencintai umatnya
Berjuang, berkorban untuk kita hingga nafas terakhir
Membuat Jibril dan Izrail menangis getir
Fabiayyi alaa
i robbikuma tukadziban
Akhlak yang
terpuji membuatnya dicintai dunia
Hanya
hati-hati sakit yang menolak dan membencinya
Bersholawatlah,
kasihku, agar kita dan ia tetap saling cinta
(3)
Kholaqol insan,
Ia menciptakan manusia
Berpasang-pasangan seperti bulan dan bintang
Berbeda waktu dan jarak di pagi hari yang cerah
Lalu bertemu saling menatap di malam hari yang gelap
Asyamsyu wal
qomaru bihusban
Matahari dan
bulan beredar menghitung hari
Lelah kaki
ini yang telah melangkah jauh tersesat
Ketika saat
itu datang, kita kan saling mendekat, erat
(4)
Wa wadlo’al mizan ‘alla tathghow fil mizan
Keseimbangan tercipta dalam jalan hidup kita
Ditinggikan dan Ia jauhkan
Agar terlindung dari nafsu hina yang diam-diam
Menyempurnakan akal dan hati dalam satu tujuan : Tuhan
Wal ardlo
wadlo’aha lil anam
Bumi ini
dibentang-hamparkan oleh-Nya
Agar aku,
engkau, kita saling berjalan
Tertakdir
bertemu, dan saling berkenalan
(5)
Wal habbu dzul’ashfi warroihan
Benih-benih cinta Ia jaga di dalam hati manusia pilihan
Harum mewangi menghiasi lisan dan tindakan
Kebingungan Ia tanamkan dalam pikiran
Agar kita tak tergesa menentukan jawaban
Fabbi’ayyi
alaa irobbikuma tukadziban
Maka
bersyukurlah untuk waktu yang ditentukan
Bersabarlah,
dan jangan menyerah
Apa yang
telah ditakar-Nya tak akan pernah berubah
(6)
Wasamaa’a rofa’aha wawadlo’al mizan
Ia-lah yang meninggikan langit tanpa tiang
Seperti cinta yang membuat manusia mabuk meski tanpa khamr
Membuat seseorang melayang tanpa sayap
Dan membuat seseorang terbunuh meski tanpa menancapkan pedang
Yakhruju
minhuma lu’lu’u wal marjan
Darinya,
cinta, keluar manusia-manusia terpuji
Menyinari
dunia dengan kerja keras dan akal budi
Tak berpamrih
bak terang mentari pagi hari
(7)
Walahul jawaril munsya’atu fil bahr
Seperti kapal-kapal yang berlayar di lautan
Jauh terbawa ombak berpetualang
Keluar dari masing-masing dermaga pelabuhan
Menuju satu tujuan pemberhentian, kerinduan
Kullu man
alaiha fan
Kebinasaan
adalah kepastian seluruh makhluk
Tapi bagi
mereka yang dihidupkan oleh cinta-Nya
Kematian
hanyalah satu pintu menuju kebahagiaan yang lebih besar
(8)
La tanfudzu illa bi sulthon
Tak dapat ditembus kemurnian kasih-Nya
Tangan-Nya menjadi tangan kita
Mata-Nya menjadi mata kita
Kecuali oleh kekuatan iman, cinta, dan ketaatan total
Fa idza
syaqotisama’u
Dan sebelum
langit terbelah pecah
Ketika tak
seorangpun sanggup menolong yang dicinta
Persembahkanlah
diri ini hanya untuk Ia
(9)
Wa limankhofa maqoma robbihi jannatan
Untuk mereka yang takut kehilangan cinta-Nya
Disediakan dua surga yang bertetangga
Kesana, manusia merangkak, berjalan, atau berlari melewati
jembatan-Nya
Dan aku kan terbang memelukmu melintasi itu
Fiihima
‘ainani tajriyan
Dua mata air
yang menyegarkan memancar
Seperti janji
yang rasulullah katakan
Untuk mereka
yang tegar, disiapkan telaga al kautsar
(10)
Fii hinna qoshirothuthorfu
Di dalam surga-Nya menanti para teman
Bidadari-bidadara yang berbaris rapi menyambut kadatangan dengan
salam
Terlindungi dari manusia dan segala keburukan
Selalu suci terjaga dari segala pandangan
Hurum
maqshurotun fil khiyam
Engkau yang
menjaga diri dari keriuhan duniawi
Sebanding
dengan keindahan para bidadari
Terpuji dalam
kemuliaan ilahi : dzul jalali wal ikrom
(11)
Dzawata afnan
Di dalamnya, surga, didekatkan semua kemudahan
Dikumpulkan mereka yang saling cinta di atas kesucian
Bersandar di atas dipan-dipan
Kemanapun mereka memandang, adalah kebahagiaan
Fabbi’ayyi
alaa irobbikuma tukadziban
Maka,
kasihku, mengapa kita mengeluhkan dunia
Bukankah di
sini hanya tempat kita bekerja
Menyimpan
bekal, untuk perjalanan panjang selanjutnya?
(12)
Robbul masyriqi wal maghribi
Dia-lah Tuhan timur dan barat
Ia yang mencintaiku di sini
Dan Ia pula yang mencintaimu di sana
Lalu menyatukan cinta kita, di bawah naungan-Nya
Fabbi’ayyi
alaa irobbikuma tukadziban
Maka,
kasihku, bersuka-citalah
Masa kelam
yang memberatkan kehidupan
Telah Ia
ganti dengan kehendak-Nya : mempertemukan kita
(13)
Ka annahunnal yakuutu wal marjan
Seperti mutiara hitam di atas bebatuan pualam
Perbedaan yang melukaimu di masa yang lalu
Telah Ia ubah menjadi cinta dan kesembuhan
Sebagai balasan untukmu yang seindah cahaya bintang
Fabbi’ayyi
alaa irobbikuma tukadziban
Mulut kita
dapat berdusta, tapi kita tak mampu menipu rasa
Apa saja yang
kita alami sebelumnya, cinta atau benci
Semua
membekas di hati meski tak kita kehendaki
(14)
Hal jazza’ul ihsani ilal ihsan
Penyatuan ini adalah balasan kebaikan
Dari lisan dan perbuatan yang tak kenal henti
Kebaikan, pada para hamba yang membutuhkan
Ia yang mencintai manusia, akan selalu dicintai-Nya
Fabbi’ayyi
alaa irobbikuma tukadziban
Bersyukurlah,
kasihku, dengan apa yang Ia beri
Tak pantas
manusia mendustakan hati
Karena apa
yang dimilikinya adalah kepunyaan Ilahi
(15)
Dzawata afnan
Di dalam kenyamanan surga itu
Ditumbuhkan-Nya rindang pepohonan dan buah-buahan
Agar kita tak kepanasan, juga merasa lapar
Sebagai balasan setimpal dari apa yang dulu dilakukan
Fabbi’ayyi
alaa irobbikuma tukadziban
Kesementaraan
dunia inikah yang membuat kita lupa?
Kasihku,
hidup ini kesempatan besar
Untuk
berbakti, dan menolong mereka yang terlukai kehidupan
(16)
Wa jannal jannataini daan
Semua kebutuhan manusia di sana akan didekatkan
Ia merelakan kita memasuki kenikmatan-Nya
Sebagai ganti kerelaan kita hanya bertuhan pada-Nya
Ketika banyak manusia terlupa darimana berasal dan akan kemana
mereka
Fabbi’ayyi
alaa irobbikuma tukadziban
Kasihku, mari
sini, duduk di sisiku
Tak perlu
engkau tujukan pandanganmu ke sana,
Pada
kenyamanan dunia yang tak akan bertahan lama
(17)
Mud-hammataan
Warna-warni keindahan di sana bersinar hijau tua
Seperti menyatunya semua derita hidup di dunia
Yang meresap membersihkan hati tiap manusia
Agar layak menghuni surga, duduk bersandar di sisi-Nya
Fabbi’ayyi
alaa irobbikuma tukadziban
Dan
bersabarlah, wahai jiwa yang terjaga
Kasih
sayangnya terbungkus di balik gelap-kacaunya dunia
Agar kita tak
malas dan lemah ‘tuk selalu berjalan mencapai-Nya
(18)
‘Ala furusyim batho’inuha min istabrok
Mereka yang teraniaya dalam jalan kebaikan di dunia
Akan dimanjakan-Nya di sana
Duduk beralas permadani hangat nan indah
Berpakaian mewah sebagai balasan pengorbanannya
Fabbi’ayyi
alaa irobbikuma tukadziban
Manusia
berawal dari sesuatu yang tak berharga
Lalu Ia
mengindahkannya karena kebaikan di dalam jiwa
Menyempurnakan
bentuk, lalu menempatkannya pada derajat yang mulia
(19)
Ar Rahman,
Ia Sang Maha Pengasih yang
mengawali semua
Bermula dari satu jiwa
Kisah ikatan rasa antara Adam dan Hawa
Yang saling cinta, dan menjaga
Tapi,
demikianlah keinginan manusia
Tak ada nabi
dan rasul yang diutus
Tanpa
perlawanan pada hasrat diri yang rakus
Apalagi,
hanya sebatas manusia biasa
(20)
Alamal qur*an
Para bayangan cahaya menentang Tuhan
Ketika Adam kan diangkat menjadi pilihan
Lalu sang manusia pengawal itu
Menunjukan ilmu-Nya yang melampaui mereka
Tapi,
demikianlah keinginan manusia
Ilmu yang
mendekat pada singgasana-Nya
Memiliki
konsekuensi kesombongan yang besar
Yusuf pun berdoa : hanya
rahmat-Mu yang menyelamatkanku dari nafsu(belum selesai...)
Izin repost kaa
ReplyDeleteYosha!😎
ReplyDeleteSilakan... Datang lagi buat ngopi nya yaaa..
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSd-IT6hgDqvf1a4xD0X6dLSJAX4pG5oMz0rV2h5ni0UV94_xA/viewform?usp=sf_link
ReplyDelete