Fighting!

Java Tivi
0
Keep grow up!

Pagi-pagi dapat sms dari teman, “Tulisan lu tentang gue kurang bagus bray, masa’ gue terkesan cengeng, lemah, dan subversif?”

“Makanya, tulis sendiri. Nanti gua upload deh, edisi revisi – hihi,” balasku.

Aku paham jiwa anak muda, karena aku pernah mengalaminya – bahkan mungkin lebih pahit. Ia tak paham, dengan pesan yang ingin aku sampaikan lewat tulisan-tulisan ini – aku mengerti itu, sungguh. Seperti yang aku katakan, itu hanya satu fase. Jangan dikira aku tak pernah mengalami itu. dan itu wajar. Jangan dikira memiliki tubuh super kurus dan wajah blo’on – saya (hehe), tak merangsang orang untuk merendahkan, menghina, menganggap lemah. Dari SMP aku sudah berani mendatangi seorang adik kelas yang memalak di jalanan. Aku kira dia kuat, ternyata lebih lemah dariku. Dia merasa kuat karena bersama teman-teman preman impoten-nya itu. masuk SMA, siapa yang tak akan mengejek cowok kerempeng yang pemalu dan pendiam? Hingga seorang adik kelas pindahan, ‘menantangku’ berduel, satu (saya) lawan tiga (mereka). Boleh saja kau tak percaya ceritaku ini. Banyak cerita hidup yang ku alami memang tak masuk akal. Bahkan, untuk mengalahkan seorang lemah (tanpa tanda kutip) saja membutuhkan tiga orang bertubuh bagus. Benar, aku kalah. Hidung, mataku berdarah, bibirku robek. Tapi aku ada perlawanan, mengejar satu orang, sampai dia juga hampir sama babak belurnya. Dan dia di keluarkan dari sekolah – aku menang. Bukan hanya itu, dua temannya, dari sekolah lain, dikeroyok oleh adik kelas pindahan (dari sekolah itu) yang akrab denganku. Aku punya tiga teman genk, tapi ku tolak tawaran bantuan itu, dan mereka paham aku ini laki-laki ‘yang bagaimana’ menghadapi tantangan. Mereka hanya melihat dari kejauhan, bersiap jika memang aku tak mampu menanganinya sendirian. Manusia itu berbeda dengan senjata. Manusia, sebelum menyakiti orang lain, ia telah terluka sendiri sebelumnya. Tapi seringkali kita tak merasakan, karena kebodohan kita.

Keep grow up!

Teruslah tumbuh, dan lewati fase-fase hidup ini dengan berani.

Pagi ini, rencana akan ada halal bi halal sekolah. Tapi, tempat yang akan dipakai – rumah kakak laki-laki saya, tutup karena dia dan istrinya ada acara. Aku katakan pada bapak – ketua yayasan, “Semangat kita tak boleh kendur. Kemarin, lawan kita terlihat. Politik, masyarakat yang benci sekolah, para pemfitnah, jadi wajar semangat kita tinggi. Tapi, sekarang lawan kita tak terlihat, kita jadi santai. Sedang sebenarnya keadaan belum membolehkan kita untuk itu,” kami berkumpul di ruang tengah. “Rencananya, hari ini kita kumpul. Lalu dilanjut besok kerja bakti, karena ruang kelas di belakang sama sekali belum layak pakai,” ada re-plan yang sebaiknya aku sampaikan pada guru-guru, kabar diterimanya aku di sekolah lain, juga masalah sarana prasarana. Banyak sekali sebenarnya yang harus kita bicarakan, yang pasti, belum saatnya kita santai.

“Motor matic nanti dipegang sama adik sepupu saja. Motor satunya – bebek (yang biasa dipakai saya), dipegang mba (kakak ke-6), buat antar jemput siswa. Nanti Mba – kakak ke-1 – bonceng kakak ipar (istri kakak laki-laki saya). Saya bisa naik sepeda – balap – buat berangkat ke sekolah,” kata-ku lagi.

“Nanti bagaimana kalau ada rapat atau panggilan dinas?” tanya bapak.

“Aku masih muda,” jawabku pendek. Dan beliau paham.

Agenda politik kemarin membuat kami banyak hutang. Salah satunya meminjam ke seorang paman yang anak terakhirnya sekarang sudah SMA. Dia bilang butuh motor, dan meminta hutang itu buat beli motor. Tapi karena kami belum punya, maka motor matic itu yang akan diberikan. Mengapa aku yang harus – katakanlah – dikorbankan? Aku masih muda, dan punya kendaraan, yang memang tidak secepat motor, tapi cukup layak pakai dan keren (hehe). Lagipula, selalu harus ada yang dikorbankan dalam suatu perjuangan.
Selanjutnya, kakak ke-1 akan mengkhitankan anaknya. Dia butuh tambahan dana, dan memang aku katakan, bulan ini akan diberikan honor guru, penuh tanpa pengurangan. Meski jam mengajar kemarin, bulan ramadan, hanya satu minggu saja efektifnya. Bagaimana nanti jika anggaran kurang? Ada kemungkinan aku diterima di SMK, karena kemarin waktu diwawancarai kepala sekolahnya, beliau menerimaku dan tertarik dengan pemikiranku. Dari honor mengajar di sana, akan dialirkan ke sekolah kita – its the plan. Hanya saja, aku tak bisa menyumbang lagi selain honor itu. Lebaran ini aku benar-benar kere (haha, biasanya juga begitu kali). Kemarin dapat tunjangan, tapi semuanya sebagian buat ibu, sebagian lagi buat perlengkapan sekolah. Dapat juga kiriman dari kakak di Jakarta, tapi tanpa memasukannya ke saku, aku berikan penuh pada ibu. Dapat juga fidyah (ajib, gua termasuk kaum fukoro wal masakin!haha, saya dianggap sebagai sabilillah, orang yang berjuang di jalan Tuhan,hihi), tapi juga yang menerima ibu. Bekerjalah, berjuanglah – fighting!,  dan kebaikan akan mendatangimu. Tapi, yang hebat adalah ia yang bekerja keras, dan ketika kebaikan mendatanginya, ia alirkan untuk orang lain. Ia hanya selang.

Itu, yang ku maksudkan kuat, temanku. Teruslah tumbuh. Orang lain boleh mengatakan kita lemah, cengeng, subversif, gembel, kere, sesat, tak waras, atau apapun itu. Tapi kita tak boleh mengatakan itu pada diri kita sendiri. Lihatlah lebih ‘tinggi’, tapi jangan kau lepaskan kakimu dari bumi. Lihatlah lebih ‘luas’ (besar), tapi jangan kau katakan pada orang lain tentang kebesaranmu. Seekor semut tak akan mengakui bahwa semut sesamanya lebih besar dari ia – semut itu kecil. Masih banyak di sekitar kita orang-orangtua yang belum dewasa : kita sebaiknya memahaminya. Penolakan itu memang menghinakan, tapi hidup tak berhenti hanya karena itu. Hinaan itu menguatkan kita. Jangan marah, tersenyumlah – itu yang ku lakukan. Tenang... karena dalam jiwa yang tenang, setan kebingungan. Setan bermain dalam pikiran orang yang menghina kita, dan ia juga bermain dalam pikiran kita jika kita marah. Terlebih lagi, ia yang senang ketika dihina – seperti tenangnya ia ketika dipuji, akan membuat setan merasa gila.


Tumbuhlah kuat. Nikmati proses yang perlahan itu. Hanya pelangi yang keindahannya datang tiba-tiba, dan begitupun saat menghilangnya. Keep fighting!
Tags

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)