Terbanglah

Java Tivi
0
Apa kau sudah membaca cerita dongeng buatanku tentang seekor merpati putih yang terikat kakinya?
Kodrat seorang laki-laki, tak mampu merasakan sakit dan kekecewaan yang dirasakan perempuan. Yeah, dalam beberapa hal, laki-laki itu bodoh. Sedalam apa rasa kecewamu padaku di masa itu, sampai kapanpun tak akan ku rasakan. Aku tak akan pernah tahu. Terlebih lagi, seperti yang aku lakukan pada orang lain, kau tak pernah mengizinkanku untuk mengetahui itu. Tapi itu bukan masalah, sungguh. Permasalahan justru ada padamu, yang belum mampu sepenuhnya melepaskanku. Alih-alih melepaskanku dengan bersama orang lain di sampingmu itu, kau belum mampu untuk sepenuhnya rela. Kau belum mampu sepenuhnya memaafkan dirimu sendiri.

Kau belajar tentang kejiwaan bahkan sampai program tingkat dua, magister. Tapi tidakkah kau paham, ketika seseorang mengira akan melukai orang lain dengan kebencian yang ia punya, kebencian itu justru melukai dirinya sendiri.
Tidak ada yang selamanya di dunia ini. Tak ada hati yang mampu selamanya benci, begitupun cinta, mungkin. Yang aku tahu, tak ada kata kekal untuk sebuah keburukan – sifat. Karena Tuhan menciptakan dunia ini dalam kebaikan-Nya. Merasa terluka, kecewa, sakit hati, itu semua adalah inti, bahwa perubahan memang terasa berat. Dan aku mengalaminya berkali-kali, bukan hanya denganmu. Perubahan perasaan yang tertepis dari beberapa perempuan. Tapi lihatlah, aku melepaskan mereka. Seperti halnya engkau harus melepaskanku, meski nyatanya engkau yang memilih bersamanya. Kau memilih dia, tapi dengan tidak melepaskanku. Jika kau mencintaiku saat itu, mengapa kau memilihnya? Jika kau meragukan cintaku dengan memilihnya, mengapa kau tak mau melepasku? Tanda seseorang mencintaimu adalah bahwa ia ingin engkau bahagia. Aku tahu kau layak untuk bahagia, karena itu aku tak pernah membahasmu lagi – kecuali mungkin ini dan beberapa tulisan kecil lainnya. Aku merelakanmu dengannya, sungguh. Tentang aku yang masih sendiri, percayalah, sebentar lagi aku akan menemukan ia, seseorang yang memahami mengapa sampai saat ini aku memilih berjuang tanpa teman.

Tentang mimpimu untuk menjadi seorang penulis, dosen, memiliki sekolah, berkarya, kau masih mampu untuk melakukan itu. Tapi, seringkali kita harus mengawali sebuah kebesaran dari hal-hal kecil. Aku tak tahu harus bagaimana meminta maaf, jika masa itu akulah yang memang salah. Tapi kebersamaanmu dengannya, keputusanmu memilih ia, aku rasa itu tanda bahwa kau telah bahagia. Jangan jadikan masa lalu kita merusak kebahagiaanmu dengannya, terlebih lagi kita belum pernah menjadi apa-apa. Kau dan aku tak pernah mendekat. Open your mind, oke.

Tentang dongeng merpati itu, aku tulis 2012 lalu – kalau tak salah. Aku telah melepaskan ikatan di kaki merpati itu. Terbanglah. Jika aku merasa bahagia dengan kebahagiaanmu, maka akupun merasa buruk saat kau tak bahagia.
Tags

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)