Tentang Kerendahan Hati

Java Tivi
0
Pertama, di hadapan Tuhan, Muhammad melepas 'pangkatnya' sebagai nabi dan rasul saat isra mi'raj. Ia merendahkan diri di hadapan Tuhan, dan merendahkan hati di hadapan manusia dengan hidupnya yg sederhana - meski ia seorang rasul._Jon Q_

Perbincangan dengan sahabat-sahabat SMA-nya sampai pada kisah tentang isra mi'raj.
"Allah bukan memperjalankan Muhammad, tapi 'diri-Nya' sendiri," Jon mulai lagi menyesatkan orang-orang terdekatnya. "Karena dalam surah al isra, 'Mahasuci Ia yg telah memperjalankan hamba-Nya,' kata 'hamba', itu potongan dari kata 'hamba sahaya', sedang kata 'sahaya', itu asal kata 'saya', atau 'aku'. Bukan merupakan kebetulan, kata 'abdi' (hamba), dalam bahasa kita berarti 'aku'. Subhanaladzi asro bi abdihi.. Maha suci Dia yg telah memperjalankan Diri-Nya sendiri. Muhammad, mencapai maqam (tingkatan) tertinggi sebagai seorang manusia, yg tak akan pernah dialami manusia selain beliau sendiri. Maka ketika diberikan salam 'assalamu'alayka ya ayyuhan nabi,' kesalamatan untukmu wahai nabi, beliau menjawab 'assalamu'alayna wa 'alaa ibadillahi sholihin,' keselamatan kepada mereka hamba-hamba yg berbuat baik. Di hadapan Tuhan, meski rasul ditinggikan, ia merendahkan diri. Di hadapan manusia, ia merendahkan hati,"

"Tapi, kau belum menikah bukan karena merendahkan hati 'kan?" seorang sahabat Jon 'banting stir' mengalihkan tema bicara.

"Orang ini (Jon) sih bukan merendahkan hati, tapi terlalu 'jual mahal', nunggu bidadari dari langit kali ini anak," komentar sahabat lainnya bercanda.

Jon pun akhirnya membuka 'rahasianya'.
"Aku masih menunggu petunjuk-Nya dengan tahajud," kata Jon. "Aku tak mau mendahului-Nya,"

"Ya ampun, kau ini bagaimana sih? Tuhan 'kan bagaimana kita." kata sahabatnya. "Kau takut ditolak? Deuh, sepuluh wanita menolakmu, apa mendadak kamu jadi hina? Kau ini sedang 'di atas awan', Jon. Kegagalan tak bisa menjatuhkanmu lagi. Wanita yg menolakmu, selama kau terus jalan, aku rasa bukan kau yg akan menyesal,"

"Kau malu memanfaatkan kondisimu sekarang ya?" sahabat lain menanggapi. "Jon, banyak benar mereka yg menyatakan cinta mereka untuk suatu keburukan, pacaran, zina. Apa kau malu mengungkapkan cinta untuk suatu kebaikan : berrumah tangga?"

Jon tertawa kecil. Ia senang sekali malam itu.
"Ini tentang kerendahan hati, bray." kata Jon. "Tuhan mengujiku, apakah aku akan tetap mendahulukan-Nya, meski secara logika dan jiwa aku telah cukup mampu untuk menjemput jodohku, bahkan semisal tanpa upaya ruhiyah : tahajud," Jon melanjutkan. "Dia bilang dalam qur'an, 'aqimisholah li dzikri,' dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku (Allah). Yg sebenarnya adalah, itu ungkapan puitis antara penyatuan jiwa, 'aqimisholah li dzikri', dirikanlah sholat untuk mengingat bahwa Aku adalah engkau. Tuhan memanggil diri-Nya sendiri dengan sangat puitis. Itu yg aku juga akan lakukan, 'datanglah wahai diriku, engkau yg adalah aku tak mungkin menjauh ketika aku datang,"

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)