"Berdoalah pada-Ku," kata Tuhan dalam kumpulan firman-Nya : Qur'an.
"Pasti akan Aku kabulkan," tapi, mengapa doa-doamu tak terkabul? Oh,
mungkin akan diganti dengan yg lebih baik, atau disimpan untuk di
akhirat kelak. Tapi, darimana kita tahu bahwa itu benar? Bagaimana jika
itu cuma prasangka baik kita saja, agar Tuhan tak bertanggung jawab atas
tak terkabulnya doa-doa yg dipanjatkan para hamba-Nya? Atau, doa-doamu
tersesat. Kepada siapa doa-doamu yg tak terkabul itu, jika Tuhan
berjanji akan mengabulkan tiap doa?_Jon Q_
"Pa Jon, kenapa doa-doaku jarang terkabul?" tanya siswa Jon. Apa kau
merasa ada nuansa labil di sana?
Jawaban sederhana : agar kau lebih sabar, tak berhenti berharap, terus
mendekat pada Tuhan, tetap berbaik sangka pada Tuhan, etc. Yg intinya
adalah 'melindungi' Tuhan dari 'kesalahan-Nya', karena ingkar janji tak
mengabulkan banyak doa. Setuju? Setuju atau tidak, aku tak peduli. Tuhan
menjadi sesuatu yg tak penting lagi untukku.
Sebelum Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala pamannya (banyak
tafsir yg justru mengatakan bapaknya Ibrahim penyembah berhala), ia
depresi tingkat tinggi. Ia mengajak bicara patung-patung itu, membawa
daging dan buah-buahan ke hadapan patung lalu berkata dengan nada pilu,
"Ma antum la ta'kullun?" kenapa kalian tak mau makan? "Ma antum la
ta'qoluwn?" kenapa kalian tak menjawab?
Wahai patung! Ayo bicara!
Ayo makan!
Kalian disembah-sembah, tapi kalian tak bisa bicara?!
Tak bisa menjawab?!
Lalu buat apa mereka menyembah-Mu?!
Aku yg goblok atau mereka yg kelewat cerdas?!
"Inni Saqiim.." sungguh, aku sedang 'sakit' : stress. Kata Ibrahim.
Bagaimana ia tak depresi, melihat patung disembah-sembah? Ia mengajak
bicara tak ada jawaban. Ia sediakan makan mereka diam. Yg goblok siapa?
Dan manusia menganggap Tuhan yg mereka sembah lewat sholat, sembahyang
di gereja atau kuil, adalah Tuhan yg sebenarnya.
Tuhan berkata, "Berdoalah pada-Ku, pasti Ku kabulkan,"
Pada siapa doa-doa kita tertuju, jika ternyata itu tak terkabul, sedang
Tuhan berkata 'PASTI KU KABULKAN'?
Kita seperti paman Ibrahim dan para pengikutnya. Berdoa pada Tuhan,
berkeluh kesah pada-Nya, menyembah-Nya, seperti mereka, paman Nabi
Ibrahim dan pengikutnya, mengajak berhala bicara, menyembah, memberi
sesaji, nyatanya itu adalah berhala, patung. Dulu yg disembah patung
batu, kini yg kita anggap Tuhan adalah bayangan Tuhan yg ada dalam
pikiran. Hancurkanlah! Seperti Ibrahim menghancurkan para berhala itu!
Jika Tuhan senang dengan orang baik, mengapa orang baik cenderung hidup
lebih menderita? Oh, itu justru agar orang baik itu keimanannya semakin
kuat, bodoh! Mengapa kita selalu membela Tuhan? Apa Dia akan hina jika
kita tak membela-Nya?
Jika kau merasa terpuruk, gagal, tak ada orang yg dapat kau harapkan
lagi, dunia terasa begitu menyesakkan, lalu kau berdoa pada Tuhan,
apakah Dia akan turun dari langit dan menolongmu? Siapa yg menjadikanmu
bangkit kembali? Dirimu sendiri? Jika dirimu sendiri yg menjadikanmu
kembali bangkit, untuk apa kita menyembah-Nya? Dia tak datang saat kita
terpuruk!
Beribadahlah dengan cinta. Dengan ikhlas. Qul huwallahu ahad, katakanlah
Tuhanmu Esa, apapun yg Dia lakukan padamu, tetaplah dalam cinta,
katakanlah : aku rela. Selama hanya Engkaulah Tuhanku.
Jika beribadah dengan cinta, ikhlas, untuk apa kita meminta? Untuk apa
kita berdoa, sedang Dia maha tahu segala isi hati?
Tapi, Dia meminta kita berdoa pada-Nya?
Berdoalah sebagai sapaan cintamu pada-Nya. Bukan meminta, tapi menyapa,
berbincang mesra dalam kesunyian-Nya.
Doa-doa yang tersesat
January 26, 2018
0