Manusia tak mampu mencapai Tuhannya kecuali ia kehilangan dirinya
sendiri. Sejengkal cinta pada-Nya akan dibalas satu langkah cinta-Nya.
Satu langkah cinta pada-Nya, terbalas sepuluh langkah cinta-Nya. Ketika
telah saling berhadapan, tak ada lagi kesadaran kau ataupun Dia. Nuansa
yg tak terjelaskan kata-kata._Jon Q_
Baru kemarin si Jon menyampaikan puisi malamnya pada seseorang yg insya
allah sebentar lagi menjadi istrinya.
Dan aku terus berjalan bersama luka yg ku bawa
Tak akan hilang bekas sayatan-lebam
Di seluruh bagian ruang-ruang jiwaku
Tapi memang selalu ku siapkan diri
Untuk menahan derita yg lebih daripada ini
Janji yg diberikan pemerintah atasan sekolah Jon untuk membantu
pembangunan awal, batal. Persyaratan, dengan perjuangan yg benar-benar
melelahkan, secepat kilat melenyapkan harapan. Tapi bukan si Jon kalau
dia merasa kecewa. Di balik penampilannya yg tak berdaya, ia menyimpan
energi bertarung yg melebihi siapapun. Di balik dirinya yg nampak lemah,
ia menyimpan kekuatan yg siap meledak.
"Tak ada kemungkinan, Jon?" tanyaku.
"Iya," jawabnya pendek.
"Alhamdulillah,"
"Lah, kok alhamdulillah?"
"Iya," katanya lagi acuh. "Kita tak tahu mana yg terbaik untuk kita.
Tapi Tuhan selalu tahu,"
Aku menghela nafas. Tak masuk akal temanku yg satu ini.
Selepas jumatan aku ke rumahnya. Tapi kata ibunya ia belum pulang.
Tumben benar? Biasanya dia jam satu siang sudah duduk di ruang tamu.
Menemani orang yg konseling rutin tiap jumat. Aku juga ingin konseling,
niatnya.
Jam setengah dua Jon pulang menuntun motornya. Mogok, persis hari jumat
seperti minggu kemarin.
"Mogok lagi?" tanyaku.
"Iya," suara Jon nampak letih.
"Lupa 'insya allah' lagi?"
"Iya," Jon duduk di halaman rumahnya.
"Tadi pagi aku berangkat jam enam
pagi. Ibu buatkan teh manis, tapi aku bilang buat nanti siang,"
"Lupa mengucap insya allah?" sanggahku.
"Iya," Jon tersenyum. "Jumat kemarin juga janji ke salah satu guru, mau
ke sekolah dulu, lalu lanjut melayat almarhum pakde. Karena lupa kata
itu, motor mogok sampai jam dua. Janji itu tak ku tepati,"
Aku menggelengkan kepala. Entah pikiran orang ini yg sableng, atau aku
yg terlalu bodoh? Mana mungkin Tuhan menegur seorang manusia sejelas
itu? Lupa mengucapkan 'insya allah' saja ditegur begitu, memangnya dia
tak punya dosa besar? Kesalahan kecil saja ditegur, bagaimana jika dia
melakukan dosa besar?
"Aku melihat-Nya ketika aku kehilangan diriku sendiri. Dan aku
kehilangan-Nya ketika aku melihat diriku sendiri," syatahat si Jon
Hamdalah dan Insya Allah
January 20, 2018
0