Tuhan, aku yakin tiada yg mampu menghalangi pertolongan-Mu ketika itu
datang. Tapi jikapun Engkau membiarkanku dalam ujian hidup ini, aku
yakin, segala apa yg Engkau takdirkan adalah kebaikan. Dan bertahannya
aku dalam ujian itu, adalah pertolongan-Mu jua._Jon Q_
Berapa kali gurunya si Jon itu memberi nasehat tentang seorang suami yg
baik. Nasehat-nasehat yg tak seharusnya ia dengar lebih dulu, karena
saat-saat itu, ia lulus SMA pun belum. Dan ternyata dalam kehidupan
nyata ia belajar itu. Tentang suami-suami yg tak mampu tegar, yg tak
mampu selalu mengimami, mengerti naik turunnya kesadaran istri. Tidak yg
kaya ataupun berkuasa, mencari seorang suami yg begitu tenang,
sederhana, tak nampak alim tapi sebenarnya berilmu, tak banyak bicara
omong kosong, susah sekali menemukannya.
Tentang kedamaian, Jon belajar dari pencuri yg meminta berlian pada
seorang biksu.
Ada seorang biksu yg mengajarkan Dharma ke manapun ia singgah. Di suatu
pinggiran hutan, ia beristirahat dan mengambil bekal makanan di tasnya.
Tak sengaja seorang pencuri melihat ada sebuah berlian di tas biksu itu.
Ia ikuti biksu itu sampai di suatu persimpangan, ia menghadang.
"Berlian itu," kata pencuri. "Serahkan padaku,"
"Em, kau menginginkannya?" biksu itu mengeluarkan berliannya.
"Ya,"
"Ini, ambillah,"
Sang pencuri tanpa ragu mengambil dan lari. Saat ia yakin si biksu tak
mengikutinya, ia mengintip si biksu yg sedang duduk bersilah meditasi
dengan wajah yg damai.
"Berlian ini aku kembalikan," kata sang pencuri di hadapan si biksu.
"Dan ajari aku mendapatkan kedamaian sepertimu yg dengan mudah
memberikan berlian ini padaku,"
Bicara seringkali lebih mudah daripada melakukannya. Manusia memimpikan
dunia, tapi setelah dunia tergenggam, ia bertanya mengapa apa yg
dimilikinya tak mampu membeli ketenangan. Manusia mencari jalan
mendamaikan jiwanya. Ada yg yakin dengan harta ia bisa, dengan berkuasa,
wanita. Atau melalui jalan ilmu, atau jalan spiritualitas. Kata-kata
dan tindakan luar diri mampu sejenak menenangkan, tapi letak kedamaian
tak berada di sana. Alih-alih mencari sumber kedamaian, orang beriman
mengatakan itu sebagai Tuhan, manusia menciptakan apa yg tak dapat ia
temukan. Memilih tenggelam dalam keputusasaan, dan merasa cukup dengan
kedamaian yg ia rasakan berhenti pada Tuhan yg ia kira sebenarnya.
"Tuhan, aku datang," kata si Jon di hadapan-Nya.
"Tengoklah aku, Tuhan.
Lihatlah aku yg telah lelah sampai di hadapan-Mu," tapi ia sadar, rasa
sakit terdalam bukan ketika manusia paham bahwa yg selama ini ia anggap
Tuhan ternyata bukan Tuhan. Melainkan saat kesadaran terdalam
mengatakan, bahwa manusia sendirian berada di dunia ini. Ketika ia
berada di hadapan-Nya, tak ada lagi perbedaan manusia dengan Tuhannya.
Menyekutukan Tuhan dengan khusyu
January 12, 2018
0