Ketika kau tak mampu menjadi berharga untuk negeri ini
Cukuplah kau jadikan dirimu berharga untuk seseorang yg kau cintai
Dan ketika usahamu menjadi berharga untuknya teracuhkan
Teruslah berjalan dan arahkan wajahmu ke atas langit
Agar air matamu tak terjatuh untuk seseorang yg tak pernah mengerti
***
"Jadi, adakah ide baru yg akan kau lakukan untuk negeri ini?" tanya guru
Jon.
"Aku akan membuat wadah belajar anak-anak muda, guru," kata Jon.
"Aku
akan merekrut mereka yg sedang bingung mengerjakan skripsinya. Aku akan
membimbing mereka menuntaskan tugas itu, dengan syarat belajar di wadah
belajar itu,"
"Apa yg ingin kau ubah, Jon?"
"Negeri ini, guru. Mulai dari aku, lalu ke sebarkan pemahaman yg guru
berikan padaku,"
"Itu untuk negerimu, atau untuk hasrat dirimu sendiri?"
"Jelas untuk neg-, apa maksud guru?" Jon terhenyak.
"Apa yg ingin kau ubah? Seberapa lama orang-orang yg kau doktrin tetap
dalam kegilaannya seperti dirimu? Mereka ingin lulus, kerja, menikah,
berkeluarga, apa yg ingin kau ubah dari semua itu?"
Jon terdiam.
"Kau hanya melambatkan langkahmu untuk terus tumbuh," kata guru Jon.
"Seberapa lama mereka akan bertarung antara kebutuhan perut dan mendidik
masyarakat? Alih-alih kau membimbing, mereka hanya akan meng-iyakan
pemikiranmu demi kepentingan diri mereka sendiri,"
"Guru bohong," kata Jon tertunduk. "Tidak ada yg sia-sia di dunia ini,
bukan? Untuk apa guru mengajariku jika bukan untuk memperbaiki negeri
ini?"
"Siapa yg mengajarimu? Kau datang sendiri padaku, mendengarkan ucapanku,
dan aku tak pernah berniat mengubah apapun atau siapapun," kata-kata
guru Jon terasa seperti lecutan di punggung hatinya. "Rayakanlah
kekejaman hidup ini. Manusia berkali-kali jatuh dalam derita, tapi kau
juga tahu, manusia tak akan jera dengan kebodohannya. Mereka melakukan
kebodohan, terhukum, terhina, lalu bangkit, melakukan kebodohan lagi,
terhukum, terhina lagi. Sadarlah kita sedang di dalam neraka! Utuh,
dihancurkan, diutuhkan lagi, dihancurkan lagi. Apa yg akan kau ubah?"