Minallahi dzil ma'arij. Dari kata 'roja'a', ta'ruju, i'roju, mi'roj, ma'arij. Dikatakan, Tuhan memiliki tempat-tempat naik. Orang sunda menyebut tangga (alat naik) dengan 'taraje', dari kata 'ta'roju'. Kata siapa jawa kuno dan badui itu penyembah setan (animisme/dinamisme)?._Jon Q_
"Ente pernah gak Jon, pas sholat, lupa rokaat atau sujud ke berapa?"
tanya Beth. "Yg begitu karena pikiran kita gak khusyu atau godaan setan?
Terus baiknya gimana Tuh?"
"Pernah lah, aku juga kan manusia kotor," Jon terkekeh. "Kalau tanya
baiknya secara ilmu fiqh, aku gak tahu pasti. Ada yg bilang di akhir
tahiyat sujud syahwi, ada yg bilang diyakinkan saja,"
"Lah kalau ente sendiri gimana?" kejar Beth.
"Ya jangan jadikan aku sumber kebenaran dong. Aku suka menafsirkan quran
sekehendakku, tapi itu karena kesadaran aku sesat, maka aku mencari.
Dan tak pernah merasa apa yg aku jelaskan itu benar,"
"Ya kan kita lagi diskusi ini," sanggah Beth. "Ente bilang sendiri, kita
tak punya ilmu, tapi dari diskusi, dialog, mudah-mudahan Allah berkenan
menambahkan pemahaman (ilmu) pada kita,"
Jon tertawa.
"Jadi tadi gimana?" tanya Beth lagi.
"Aku bilang pada diriku yg ragu, aku gak tahu itu setan atau bukan,
'Kalaupun Tuhan melemparkan aku ke neraka terdalam setelah sholat,
dzikir, atau ibadah apapun, apa masalahnya?'," Jon mulai bercelathu.
"Aku yakin saja sudah benar, tapi menyerahkan keyakinan itu pada Tuhan.
Yakin benar, tapi kalau ternyata salah, aku terima,"
"Tadi ente bilang 'manusia kotor', maksudnya, 'manusia suci' seperti
nabi misalnya, itu sudah tak mengalami godaan begitu?"
"Ente pernah gak, misalnya ketemu sama orang terus tiba-tiba dari dalam
diri tanpa sadar ada yg bilang, 'Wih, kayak monyet tampangnya. Atau,
wih, kerempeng amat,' padahal lagi gak mikir apa-apa," tanya Jon balik.
"Ente baca pikiranku ya pas ketemu ente?" Beth tertawa.
"Kampret," Jon misuh. "Itu setan yg menggoda. Kalau kita menanggapinya,
kita sesat. Kalau kita istighfar atau acuh, dia gagal menggoda kita,"
"Rasulullah sudah tak tergoda seperti itu lagi," lanjut Jon. "Itu
mengapa Jin Qorin beliau tak tahu apa yg dialami rasul. Ia disucikan,
dan berada di lapisan cahaya para malaikat penjaga langit bumi bertasbih
terus menerus,"
"Ada, lapis tujuh," jawab Jon.
"Lapisan cahaya terbawah, di bawah
spektrum merah, dihuni Jin dengan tiga wilayah masing-masing,"
"Mulai gendeng ente," Beth terkekeh. "Lanjut,"
"Kampung jin kafir, kampung jin muslim yg di kelilingi medan anti
gravitasi, siapa yg tak mensucikan diri tak bisa masuk," ngawur si Jon.
"Dan jin yg suka mengubah bentuk mereka menjadi binatang buas,"
"Lapisan spektrum merah?"
"Dunia ini,"
"Spektrum jingga?"
"Makhluk-makhluk tak kasat mata yg seperti jin, tapi lebih tinggi
derajatnya," ngarang si Jon lagi. "Mereka yg mungkin adalah qorin-qorin
orang saleh. Di pintu gerbang tiap lapisan cahaya dijaga ketat.
Orang-orang kebatinan menganggap bertemu Khidir atau Sunan Kalijaga
dalam semedinya, padahal itu adalah penjaga gerbang. Bisa gerbang
spektrum di bawah merah, bisa juga di atasnya. Bedanya, jika ia
menceritakan pada orang awam, maka itu tanda yg mereka temui adalah
penjaga gerbang kampung jin,"
"Jin bisa keluar masuk spektrum itu, Jon?"
"Sebelum rasululah mendapat wahyu, bisa," kata Jon. "Tapi setelah
mi'raj, cahaya ruh rasul menutupi, menyempurnakan alam. Maka di surat al
hijr, ketika jin terkuat ingin menerobos spektrum, panah api dari para
penjaga mengejar. Dulu, tidak begitu. Iblis, sebelum Adam diciptakan,
bisa keluar masuk lapisan manapun. Rasulullah rahmatan lil alamin. Alam
sempurna setelah beliau mi'raj. Dan sudah ketentuan sesuatu yg menjadi
sempurna, kerajaan yg mencapai kejayaan, maka cuma satu takdir akhirnya :
keruntuhan. Kehancuran, kiamat,"
Penghuni di tiap lapisan cahaya
January 19, 2018
0