Malam ini aku bertemu dengan diriku dalam persidangan
Antara akal yg menjadi hakim pimpinan
Hatiku sebagai jaksa pembela di sisi kanan
Hasrat si pengadu yg tak pernah puas akan takdir Tuhan
Dan akulah sang terdakwa yg mengharap ampunan
Aku mencintaimu benar di malam ini
Hatiku membela dari awal dan mungkin sampai berakhirnya hari
Hasrat menuduhku tak tahu diri
Menyiksaku dengan kenangan masa kelam yg bersembunyi
Hasratku bergemuruh teriak kau tak seperti dia yg pertama
Ia yg terlahir bak putri raja
Dengan darah biru dan kemanapun menaiki kereta kencana
Seorang pangeran telah membawanya
Tapi hasratku menolak untuk lupa
Hati membela
Biarkan tiap manusia bersama kebahagiaannya
Aku denganmu dan mereka pun bersama dengan yg dicinta
Hidup hanya sekali mengapa memberi ruang untuk benci
Hasrat bergelojak lagi
Kau tak seperti ia yg kedua
Berwajah purnama dan indah memainkan nada-nada
Atau seperti yg ketiga
Seorang ratu ksatria penolong domba-domba yg tersesat dari jalannya
Kau berbeda dari semua dan hasrat belum mau juga menerima
Hati membela
Apakah harus menjadi mereka agar aku mencintaimu
Layaknya bingkai yg cukup menempel di dinding saja
Mereka yg di masa itu sedang bahagia di sana
Mari buka tangan kita
Menerima jalan takdir yg memang kita tak pernah menyebutnya biasa
Tak ada manusia yg bersih dari kisah cinta
Mengejar terjatuh hina
Atau dalam diam disukai banyak wanita
Sudahlah, ayo,
Bukankah langit telah menunjukan tugas kita
Menemani mereka yg hidup teraniaya
Dan melahirkan anak-anak yg mencintai tanah airnya
Akal sebagai hakim pun memutuskan
Membebaskan hasrat dalam satu pelukan
Dalam hati yg penuh kehangatan
Cinta yg tak memberi ruang untuk dendam