Kau tak harus selalu melawan. Kau tak harus melakukan pembelaan. Mengapa kau takut dunia dihancurkan jika itu bukan milikmu? Balillahi amru jamiy'a._Jon Q_
Ketika bayi dalam rahim seorang ibu telah siap untuk dihidupkan, terjadilah dialog di alam ruh sana.
Tak ada yg terlewat, tiap ruh yg akan ditiupkan paham. Dengan apapun yg diajarkan Tuhan di sana.
"Alastu bi rabbikum?" tanya Tuhan pada seluruh ruh.
"Benar, Engkau sungguh Tuhan kami yg Esa," jawab seluruh ruh.
"Akan ditiupkan satu di antara kalian," kata Tuhan lagi. "Ke dalam diri manusia. Ia akan memiliki ayah bernama fulan, ibu bernama fulanah, menjadi anak pertama," Tuhan menjelaskan semuanya. Pilihan-pilihan takdirnya, jodoh, rezeki, tempat dan cara mati, juga sebagian besar ilmu-Nya tentang semesta. Seperti yg diajarkan Tuhan pada Adam saat pertama kali.
"Siapa di antara kalian yg akan mengambil ujian ini?" tanya Tuhan lagi.
Sebutir cahaya menyiapkan diri.
"Kau sanggup dengan ujian menjadi manusia yg akan Ku ciptakan ini?"
"Insya Allah," jawab sebutir cahaya yg terpilih.
Bersamaan itu, terdengar ayat menggema di alam ruh itu.
Laa yukalifullah nafsan illa wus-aha.
Tidak diberikan ujian Allah tiap diri kecuali ia telah menyanggupinya ketika dulu dalam wujud ruh.
"Tapi, bagaimana kita tahu, guru," tanya Jon pada gurunya. "Apa saja sumpah kita pada Tuhan ketika itu?"
Sang guru tersenyum.
"Balillahi amru jamiy'a," kata sang guru. "Segala urusan menjadi milik-Nya. Jika pun kau dihancurkan, terhina oleh kegagalan, dipermalukan, lebih berat manakah perjalananmu menuju kesadaran ruhmu, atau menerima semua itu meski sesungguhnya Allah-lah yg memiliki segala yg kau anggap buruk itu?"
Hening.