Seseorang yg bukan dirinya sendiri

Java Tivi
0
Zaman ayam yg takut berkokok karena nanti dikira ayam, padahal Tuhan menciptakannya sebagai ayam. Tak bisa jadi elang, apalagi singa. Jaman burung-burung malu berkicau karena takut disebut jelek. Lalu memoles dirinya dengan memaksa diri untuk mengaum. Manusia ingin tampil lebih, menjadi orang lain yg bukan dirinya sendiri. Teknologi seakan mengadili bahwa Tuhan telah salah._Jon Q_



"Guru, aku kini mengerti," kata Jon dihadapan gurunya. "Nuh dan Lut tidak menyelamatkan umatnya, tapi umatnya-lah yg menyelamatkan mereka dari istri dan anaknya yg tersesat,"

"Jadi, kau pikir begitu?" kata guru si Jon.

"Ya,"

 "Mengapa Nuh dan Luth berani memilih keluarganya hancur demi orang lain atau umat manusia?" tanya guru si Jon, memancing logika muridnya.

"Karena..." Jon memandang kosong ke hadapan gurunya. Ia merenungkan pertanyaan yg ia dengarkan itu. "Karena, mereka nabi, rasul?"

"Apakah mereka bukan manusia, yg tak memiliki perasaan dan lelahnya membangun sebuah rumah tangga?" sang guru mengejar.

Jon terhenyak. Ia sudah beristri, jadi ia paham benar betapa sakit dan lelahnya apa yg dimaksud gurunya itu.

"Harus pilih mana, menjaga keutuhan keluarga, atau menyelamatkan umat manusia?" sang guru tak berhenti menyerang kesadaran si Jon. Sang murid lemas tak berkutik. Ia memandangi gurunya, mengharap jawaban. Dilema seringkali membuat manusia putus asa.

"Kau pikir Nuh, Luth, dan para nabi lainnya itu hanya dirinya sendiri? Kau sudah menemukan jawaban dari pertanyaan 'siapa aku?'? Mereka adalah manusia-manusia yg telah membesarkan jiwanya. Nuh bukan hanya Nuh, tapi juga umat manusia, semesta, juga Tuhan. Luth bukan hanya dirinya sendiri, tapi dirinya adalah umat manusia, semesta, juga Tuhan. Kau mengerti?" Jon terdiam, berpikir keras mencoba mencerna apa yg dijelaskan gurunya.

"Berbeda dengan jaman ini, yg tiap orang menghina dirinya sendiri dengan keinginan menjadi orang lain, keinginan memuaskan hasrat, tak peduli siapa dirinya, berakal goblok tapi merasa pintar. Dan kita bangga dengan kebodohan yg kita jalani ini,"

Jon tertunduk, meneteskan air mata.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)