Anak kecil kesayangan Tuhan

Java Tivi
0
Tubuh manusia adalah boneka, pikiranlah yang menjadikannya mampu bergerak dalam batas-batas tertentu. Mengapa batas? Karena, bahkan psikologi pun tak bisa menjelaskan dengan pas sebenarnya apa itu ketidaksadaran, yang lebih banyak berpengaruh pada gerak kita daripada alam sadar. Ketika pikiran 'bangun', bahwa ia ternyata hanyalah bagian yang menumpang dalam materi bernama jasad, ia akan mengalami kebingungan. Jasad yang ditumpangi itu, tak lebih dari sebuah patung batu. Kita, aku, pikiran, hidup sendiri. Nafsu adalah bagian pasif yang hanya bicara lirih tentang kebutuhan di depan matanya dan rasa takut di belakang dirinya. Nafsu hanya mampu berbicara lemah, sedangkan setan-lah yang membuat suara nafsi nampak jelas, bahkan melebihi bisikan malaikat penjaga. Di sisi kiri dan kanan kita ada malaikat penjaga, di dalam sana ada nafsu, dan di permukaan setan mengambil peran : aduwwum mubin. Musuh abadi.

Aku teringat pertanyaan awal bulan Januari kemarin, mengapa seseorang yang sudah tak menginginkan apa-apa lagi di dunia ini juga harus tetal mengorbankan banyak hal untuk orang lain? Aku mendapatkan jawabannya kemarin, dan semakin jelas di hari ini. Ia yang terus berkorban bukan untuk hidupnya sendiri, Tuhan ingin menyampaikan bahwa - bahkan, dirimu sendiri bukanlah milikmu. Jasad, bukan milik pikiran. Atau setidaknya, bukan milik selamanya. Pikiran memiliki jasad hanya sementara saja, dan tak bisa di balik : jasad memiliki pikiran. Karena jasad adalah benda mati. Pikiran menumpang untuk beberapa saat, menggunakan jasad untuk menabung bekal nanti, dan berbuat banyak hal yg bermanfaat di dunia. Tanpa jasad, pikiran tak bisa melakukan banyak hal. Tanpa pikiran, jasad adalah boneka mati.

Aku merasa tertampar dan sadar. Aku tak pernah boleh tumbuh, di hadapan Tuhan aku adalah - selamanya - anak kecil yang ingin selalu disayang. Tak boleh meminta dunia banyak-banyak, karena aku hanya butuh mainan, makan dan sandang secukupnya. Seorang anak kecil yang akan selalu dibela, disayang, dibiarkan berpetualang tapi tak boleh jauh tersesat. Saat kaki sudah mulai tersesat, maka Dia akan memanggil dari kejauhan dan meluruskan langkahku kembali. Seorang anak kecil yang tak boleh merasa bisa tentang sesuatu, tapi harus selalu sinau (belajar).

Gundhul gundhul pacul cul
Gelelengan
Gundhul gundhul pacul cul
Gelelengan
Wakul ngglimpang
Segane dadi sarantam
Wakul ngglimpang
Segane dadi sarantam

Manusia diciptakan dari sesuatu yg hina, tapi ternyata menjadi pembangkang yang nyata. Bermain-main yang bukan mainan. Lalu menyesal pada akhirnya.

Umah, 24 Januari 2018

Bacaan selanjutnya

Engkau, yang terpenting                                                               Pemulung

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)