Maka tempuhlah jalan kesesatan dan jalan ketakwaan._Asy Syam : 8_
"Ada baiknya kita ganti tema," Bon mengusulkan. "Dari perbincangan yan
super rumit seperti tadi ke hal ringan misal yang ditanyakan Lee tadi,"
Bon mengambil gorengan tempe di depannya.
"Halah, bilang saja kau ini gagal paham, kan," serang Dul bercanda.
"Dari tadi kita berjihad keras mencerna apa yang dijelaskan si Jon?"
Mereka tertawa.
"Tapi bisa jadi, pertanyaan Lee itu justru lebih Rumit, Bon," sanggah Beth. "Itukan bisa masuk teologi,"
Glek.
"Maksudmu, apa yang menurut kita baik belum tentu benar-benar baik buat
kita?" Bon membalas. Asa antakrohu syai'aw wa huwa khoirul lakum.
Beth terkekeh.
"Asem," Bon melenguh. "Memang BRN dapurnya masakan-masakan berasa berat buat pikiran, duh,"
Suara tawa rendah terdengar lagi.
"Apakah tidak ada orang-orang muslim yang super kaya, yang sebanding
dengan 'sembilan naga' di belakang bapak kita di sana, Mas?" Tum
melanjutkan.
"Ya, maksudku mengarah ke sana," Lee membenarkan. "Tidak adakah
tangan-tangan Tuhan yang kekuatan uangnya sebanding dengan mereka? Dan
dengan itu rasanya Tuhan sudah cukup menunjukan pertolongannya pada
kita,"
"Karena kita tak bisa mengharapkan negeri ini diluluh-lantakan seperti
kaum-kaum yang terdahulu untuk membersihkan kerumitan bangsa ini?"
Pertanyaan demi pertanyaan hanya memunculkan pertanyaan yang baru.
Mereka, kaum tua dengan cermat mendengarkan betapa dua anak muda di
depan mereka cukup kuat untuk usia mereka memikirkan persoalan bangsa
ini.
"Tuhan menolong kita, Lee, pasti," Dul mengawali. "Tanpa kita tahu bagaimana Dia akan menolong kita,"
Krik. Krik. Krik.
"Tuhan pasti menolong kita," Bon mengulangi kata-kata Dul. "Tanpa kita
tahu bagaimana Dia menolong kita? Ma-, maksudnya???" Bon gagal paham.
"Ya-, ya, aku ya gak tahu, pokoknya gitu,"
Hahaha.
"Biar gak serius banget, ya, Dul?" Beth membela.
Mesra sekali perbincangan kehidupan di BRN itu.
"Orang-orang yang pertama masuk Islam," Jon mulai bercerita. "Adalah
orang-orang dari golongan teraniaya, tertindas, miskin, kaum budak dan
sepantarnya. Orang-orang kaya dan para penguasa suku atau bani setelah
mereka. Ada niatan, bahwa masuk Islam akan membuat mereka beruntung,
kaum al muflihun, atau bahkan lebih beruntung, maka mereka tertarik
memeluknya,"
"Fa alhamaha fujuuroha wa taqwaha. Tuhan bilang, tempuhlah jalan
kesesatan dan ketaqwaan, ayatnya gak bilang 'fa alhamaha fujuuroha aw
taqwaha, kesesatan atau ketakwaan. Bahwa setelah menjadi muslim pun,
kecenderungan kita tersesat masih ada, bahkan besar. Bagi aku sendiri,
merasa Islam menjadikan hidupku secara duniawi beruntung, adalah
kesesatan,"
"Keberuntungan ini bisa berwujud apapun, klaim kebenaran, golongan
paling benar, paling suci, kutip ayat atau hadts, pakai hukum atau
syariat Islam untuk bisnis, training motivasi, dan lain-lain. Dan
kekayaan para hartawan muslim akan tetap kalah dengan mereka yang total
berjudi dengan dunia,"
"Akan tetap kalah dengan mereka yang total berjudi dengan dunia? Maksudnya, Mas?" tanya Tum.
"Bukankah kita punya qur'an, Mas? Mereka tak punya qur'an, tapi kok bisa menang? Apa memang hanya di dunia saja?" tambah Lee.
"Mereka mengambil taruhan-taruhan besar, dan tak peduli dengan dosa,"
Jon melanjutkan. "Dan memang sebaiknya begitu, politik atau bisnis
jangan takut dengan dosa, apalagi jelas, takut kok ke dosa, maksudnya,
jika mereka yang tak mendasarkan hidupnya pada qur'an tak peduli
sekalipun yang berhutang pada mereka menggadaikan jiwa, muslim hartawan
memiliki misi lebih berat, yaitu terus membina, mendidik orang-orang
yang ingin melebarkan sayap bisnisnya tapi bermental miskin, manja, tak
tahan banting."
"Umat nasrani saja punya 'etika protestan' kok, hidup se-kaya-kayanya,
tapi menjalaninya se-sederhana mungkin." lanjut Jon. "Itu mengapa aku
katakan, hartawan muslim bangsa ini sulit menyaingi mereka yang total
berjudi dengan dunia, kita menganggap qur'an memaksa kita untuk jangan
berbuat dosa, salah, atau tersesat. Betul kita tak boleh maksiat,
kemungkaran, keji, ada batas-batas yang jelas dan tak boleh dilanggar.
Tapi kenyataannya, bank saja kita tak bisa lepas dari sistem
konvensional mereka,"
"Riba maksudnya, Mas?" Tum menambah porsi pertanyaanya lagi.
Bacaan selanjutnya
Hak-hak sisi gelap Nuansa Jabal Uhud