Kehendak di tingkatan pertama

Java Tivi
0
Aro-ayta manittakhodza ilaa hahuw hawaahu. Tidakkah pernah kau bertemu dengan seseorang yg menTuhankan keinginannya? Atau kau melihatnya ketika kau bercermin? Dunia ini memaksa kita mengejarnya, kita lelah, merasa senang. Dan kita terjerat hanya pada saat 'merasa'. Kita merasa senang, sedang kesenangan yg bisa habis itu sia-sia. Kau mau ku tunjukan kenikmatan yg tak pernah habis?_Jon Q_



Apa yg dulu manusia lakukan untuk belajar ketika belum ada lembaga bernama sekolah?

Bayi yg belajar merangkak, apa ia perlu sekolah?

 Para petani nyatanya tak semua bergelar sarjana pertanian. Tapi mereka bertani. Dan lancar.

Para nelayan tak semua belajar di sekolah-sekolah kelautan. Tapi mereka pintar menerka di mana ikan-ikan ada.

Lalu anak-anak pun bermimpi. Sebagian berjatuhan menyerah dan memang tak bisa diharapkan, sebagian melesat dengan kecepatan penuh menuju mimpi-mimpi individualisnya, dan sebagian kecil lagi menerbangkan mimpi-mimpi itu. Tetap berjalan tenang, berupaya tapi tak terjerat keinginan.

Kehendak di tingkatan pertama. Ingin perempuan cantik atau lelaki tampan, mapan, memiliki kebijaksanaan. Ingin karir yg menjamin masa depan, terus naik, kalau bisa jadi Tuhan. Ingin jabatan, lirik sana sini mana yg bisa diakali, kalau bisa setinggi ilahi. Ingin uang, materi, ketenaran, sanjungan, menguasai semesta atau kalau bisa memaksa Tuhan. Apa hasilnya? Dunia ibarat majikan, manusia adalah anjingnya, keinginan jerat yg melingkari lehernya. Tak punya harga diri, gagah hanya dalam khayalan pribadi.

Inginkah ku beritahu, kehendak di tingkatan kedua? Di tingkatan kedua ini kau belum sampai pada 'surga', kebahagiaan, tapi kau akan mendapatkan 'uang mukanya'. Ketenangan diri meski dalam terpaan badai kehidupan. Mungkin.

Baca ini juga ya, teman...

Kehendak di tingkatan kedua                                   Yang pengin punya istri dan anak, coba ini

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)