Laqod jaaa-a kum...

Java Tivi
0
Seseorang ternilai cerdas dalam ketenangannya, dan kesegeraannya ketika persoalan orang banyak memanggilnya. Menyampaikan apa yang baik-baik untuk banyak orang, dan menyimpan yang jelek untuk dirinya sendiri. Menanggungjawabi persoalan banyak orang tanpa pamrih dan harap apa-apa. Dan jujur meski itu mencelakainya : itulah pemimpin._Jon Q_

"Lho, derita itu bagaimana derajat keilmuan dan keimanan seseorang," Jon mengelak sindiran Bon. "Ada orang yang kehilangan uang seribu saja kepanikan, ada orang yang motornya dibawa orang tapi biasa saja, ada orang yang dihina terus menerus tapi bersyukur,"

Mereka terkekeh mendengar penjelasan seperti biasanya : konyol dan sedikit 'goblok'. Dalam arti, mereka tak bisa menerima penjelasan begitu saja dari sahabatnya itu. Karena yang Jon sampaikan adalah 'kulit', sedangkan 'dagingnya' ada di balik kulit itu.

"Tapi, bagaimana seseorang, apalagi kami yang masih 'hijau' begini," kata Tum. "Menelateni keprihatinan batin seperti itu, Mas? Kerja keras tapi tak berharap, dihina tapi bersyukur, dan seterusnya?"

"Lho, kamu kan bilang sendiri tadi (di catatan sebelumnya), untuk memastikan bahwa diinjak itu sakit kita gak butuh kitab suci," lanjut Jon. "Secara naluri manusia diciptakan baik, fii ahsani takwim. Tapi keinginan mengacaukan itu,"

 "Bisa kasih contoh yang lebih muda, Mas?" Lee nyengir kuda. Dari tadi dia berpikir keras tapi ternyata belum berhasil.

"Bedakan dong, Jon, menjelaskan ke kami dengan ke mereka," Beth meledek sahabatnya. Bon dan Dul terkekeh.

 -_-'

"Justru, kalau aku bedakan, berarti aku meremehkan kemampuan berpikir mereka. Kita kan tanpa 'kasta'," Jon menepis. Mereka tersenyum mendengarnya.

"Begini," lanjut Jon. "Kalau kalian disuruh milih, yang pertama, terus berharap meski resikonya adalah kecewa, tapi kalian gak akan berhenti berharap. Atau kedua, terus bekerja keras tapi gak berharap akan berhasil atau tidak, gak berharap balasan, imbalan, atau apapun. Mana yang kalian pilih?"

 Mikir keras.

Orang-orang dewasa di BRN cuma cengar-cengir melihat si Jon mengerjai sekaligus 'menyesatkan' dua anak muda di depannya. Suruh siapa ikut BRN. Khekhekhe.

"Kalian gak usah jawab sekarang, toh ini bukan lagi ujian akhir semester," kata Jon lagi. Bon dan Dul tergelak melihat ekspresi Tum dan Lee.

"Tidak ada manusia yang semulia Muhammad ibn Abdullah, salah satunya karena tahannya beliau pada penderitaan demi keselamatan banyak orang, dan dihina terus menerus. Bahkan sekalipun 14 abad telah berlalu, kalau kalian aktif searching di Youtube atau media sosial yang lain, beliau terus diejek, dihina, dilecehkan, tanpa efek sedikitpun pada beliau."

"Maka sungguh benar ayat-Nya, telah datang seorang utusan dari kalanganmu sendiri, yang kalian kenal dia dari kecil, yang terus-terusan hidup dalam derita, menanggung beban banyak orang, tak mencari keenakan untuk dirinya sendiri demi banyak orang, meski sebagian orang yang dibelanya itu melukainya, menindasnya. Ia sangat pengasih dan penyayang pada orang-orang beriman, dan tetap menyayangi siapapun tak terbatas keyakinan, suku atau ras,"

Laqod jaa-akum mir rosulin min anfusikum azizun alaihima anittum haritsun alaikum bil mu'mininar ro'ufur rohim.

"Jika beliau adalah rahmatan lil alamin, mengapa umat saat ini menjadi pembenci, Mas?" tanya Lee.

Bacaan selanjutnya

Contradictia Sien Quanon                                                        Muda sang nabi

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)