Kamis, 1 februari 2018
Untuk seorang muslim, uang adalah barang paling remeh dalam kehidupan. Jika seorang muslim mengemis-ngemis, merendahkan diri hanya untuk uang, maka keimanannya pun lebih remeh dari apa yang menjadi tujuan mereka itu. Bulan januari kemarin, selain ujian finansial yang benar-benar 'sial' itu, ada teman yang gadai hp. Ram-nya dua giga. Aku tak meminta bunga, tapi aku berpikir bagaimana caranya agar hp ini menghasilkan? Maka aku gunakan buat desain web blog, juga mulai aktif di monetize youtube. Mencoba membuat wadah rupiah demi rupiah dari internet. Kita belajar berpikir, untuk tidak bergantung pada manusia, termasuk pada orangtua kita sendiri. Khususnya dalam hal paling remeh, yaitu uang.
Uang adalah sampah. Mengapa? Takdir mereka lebih sering menjadi dua hal : cepat-cepat dibuang (dibelanjakan) atau jika terlalu lama disimpan akan membusuk (kena inflasi, nilainya berkurang, dll). Jarang orang-orang miskin seperti kita ini berpikir bagaimana caranya 'menanam' uang, agar semisal bukan kita yang memanen, maka anak-cucu kita yang akan merasakan nikmatnya. Seperti menanam pohon kelala atau pohon jati.
Jika untuk hal remeh saja : uang, kita lemah, seperti apa sebenarnya derajat keilmuan dan keimanan kita? Lemah disini bukan tentang keberadaan tapi lebih pada rasa khawatir karena tak memiliki itu. Uang bagiku adalah sampah. Harus segera dibuang, atau ditanam, sedangkan untuk belanja cukup sebagian kecil saja. Orang-orang yang mengaku kaya tapi hidupnya fokus mencari uang, maka mereka adalah orang-orang miskin yang sebenarnya. Kita tak cari dunia, karena kita sudah ada di dunia. Mana mungkin kita mencari-cari orang kalau dita sudah ada di depan orang yang kita cari itu. Kita mencari akhirat, hanya saja belajar bagaimana menjadi 'petani' yang baik dalam hal menanam uang. Kita berpikir bagaimana caranya agar suatu saat nanti, anak cucu kita tak harus secapek kita hanya untuk mencari uang. Tentu mereka harus belajar hidup, bekerja keras, tapi akan sangat memudahkan mereka, anak cucu kita, untuk berbuat hal besar di dunia jika mereka tak terlalu fokus pada dunia, seperti halnya kita.
Lalu, bagaimana ilmu 'menanam' sampah bernama uang itu? Bersambung ke tulisan selanjutnya ya.
Bacaan selanjutnya
Tak pernah Cukup Mengejar Pemikiran Tuhan