Hanya seseorang dengan tingkat kecerdasan dan cinta tertentu yang dapat melakukannya : komunikasi surga. Aku mampu memasuki ruang-ruang pikiran dan hatimu, tapi tidak denganmu kepadaku. Ruang-ruang pikiran dan perasaanku begitu rumit untuk kau jelajahi. Engkau akan tersesat jika memaksa memasukinya. Jangan memaksa dirimu, karena pelan-pelan akan aku tuntun engkau ke dalamnya : surga. Di sana, kata-kata tak lagi berharga. Karena dalam cinta, kata-kata menjadi tak begitu berharga lagi._Jon Quixote_
Jon selalu merasa terkagum pada seseorang yang memiliki prinsip hidup. Bukan berarti ia tak bersenang-senang, merendahkan harga dirinya karena ia tak bisa. Melainkan, dengan prinsip hidup yang ia miliki ia memilih enjoy dalam kesendiriannya. Ia memilih tetap menjaga harga dirinya, kehormatannya, meski kesempatan begitu banyak berdatangan.
Jon teringat dengan seorang perempuan yang pernah dekat dengannya. Ia tak mengerti, mengapa si Jon - kekasihnya, seakan mampu 'mendengar' dan 'melihatnya', meski tak sedang berada di dekatnya.
"Hati manusia seperti magnet listrik," kata Jon suatu saat. "Ia yang tahu 'cara' untuk menyalurkan listriknya ke magnet (hati) yang lain, akan mampu menyatukan dua hati menjadi satu. Saat itu terjadi, penglihatanmu akan menjadi penglihatannya. Pendengaranmu akan menjadi pendengarannya. Perasaan dan pikiranmu akan menjadi sesuatu yang mudah untuk dipahami olehnya." tak heran, ketika kekasih Jon sakitnya kambuh, dari kejauhan ia juga ikut merasakannya, dan bertanya lewat pesan pendek, "Tadi sakitnya kambuh, ya?"
Orang menganggap Jon memiliki kemampuan 'khusus' : semacam indera keenam. Sedang sebenarnya, ia hanya membuka kemampuan manusia yang banyak orang tak mampu menggunakannya. Ilmu menjadikannya tak mudah menghakimi sesuatu. Dan iman membuatnya tak kelewat batas dalam hal belajar memahami kehendak Tuhan. Dari dua hal itu, muncul kecerdasan yang teriringi batas keyakinan pada Tuhan. Kecerdasan inilah yang digunakan Jon untuk membantu banyak orang. Kecerdasan yang bergandengan dengan rasa cinta, melahirkan keajaiban. Tidak selalu dalam bentuk yang mengejutkan, tapi selalu saja tentang perubahan diri dari dalam. Jon tak akan mampu melakukan 'keanehan' itu pada kekasihnya, pertama, tanpa kehendak Tuhan. Kedua, keajaiban itu muncul dari rasa cinta terdalam Jon. Rasa cinta yang menghapus semua kebencian, prasangka, dendam, rasa malas, dan begitu banyak perasaan buruk yang menjadikan manusia berada dalam permasalahan besar. Saat Jon tahu kekasihnya bukanlah seseorang yang akan tertakdir dengannya, ia pun paham. Bahwa 'komunikasi surga' yang ia lakukan dengannya hanyalah satu fenomena saja. Karena komunikasi itu tak harus dengan satu orang saja, dia, tetapi dengan siapa saja yang hatinya telah Jon alirkan 'listrik' dari dalam jiwanya.
Konon, dalam surga tak ada kata-kata yang sia-sia. Dalam pemahaman manusia yang dangkal, bisa saja itu diartikan seperti apa yang Jon lakukan dengan kekasihnya. Ada yang bilang, penghuni surga adalah orang-orang yang sedang jatuh cinta. Kata-kata tak lagi berharga ketika seseorang tenggelam dalam rasa cinta. Ada bahasa yang lebih halus, lebih lembut yang meski tak terucapkan oleh mulut, orang-orang akan memahaminya bersama. Tapi barangkali hanya orang-orang tertentu saja yang mampu mencapai tingkatan itu : komunikasi surga. Hanya orang-orang yang terus mengurangi kebodohan dan ilusi diri dengan ilmu yang murni. Ilmu yang mampu membersihkan kotornya sifat manusia dari dalam. Dan terbuang hilang dengan cinta yang menghiasi perbuatan. Orang-orang yang dalam hatinya telah kembali ke 'fitrah', seperti bayi yang tak mengerti apa-apa lagi. Hatinya yang selalu penuh cinta, dan menghalangi dari segala keburukan sifat. Cinta yang menjadikan ruang-ruang pikiran dan perasaan menjadi begitu susah dimengerti, tapi mudah untuk diterima siapa saja. Tak ada kebencian di dalam jiwanya, kemarahan, dendam, pamrih, prasangka keburukan, rasa takut yang berlebihan, dan segala sesuatu yang menjadikan pandangan, serta pendengaran hati terhalangi. Entah keberuntungan, atau ujian besar bagi orang yang kelak tertakdir dengan Jon Quixote.