29 Maret 2015 pukul 17.12
Pikiran yg buruk mengantarkan kita pada perasaan yg melemahkan : kecewa, sedih, putus asa. Kau boleh tumbuh dalam pertempuran, tapi tetaplah jadi manusia meski menjadi pedang dan tameng terlihat lebih hebat. Jadilah engkau, seperti engkau yg seharusnya._Jon Q_
Malam lalu, keluarga Jon mengadakan musyawarah. Kali ini tak sepanas pertemuan-pertemuan sebelumnya. Bahkan terkesan santai, karena membahas kapan si Jon menikah. Tapi, seperti biasanya, pikiran Jon meloncat ke masa depan. Ia khawatir dengan semakin sedikit orang yg membencinya. Mengapa? Ia baru menyadari, adanya orang-orang yg tak senang padanya adalah bukti cinta Tuhan. Agar kesadaran spiritual Jon tetap terjaga. Agar ia tetap mencintai siapapun atau bahkan apapun yg membenci dirinya.
"Tuhan melarangku membenci hamba-Nya," katanya di akhir pertemuan. "Aku sudah tak punya hak untuk membenci, marah, dendam, bahkan menginginkan sesuatu di luar kehendak-Nya. Aku hanya takut, barangkali benar nasehat peperangan dulu : Pemimpin di saat perang seringkali tak pantas menjadi pemimpin di saat damai,"
Jon seakan mendapat kebijaksanaan baru. Tentang perasaannya yg nyaris berubah, dari seorang yg berprinsip selalu menjadi diri sendiri, menjadi orang yg terpengaruh keadaan. Jiwa bertempurnya ketakutan, seperti seorang ksatria yg bertanya :
"Apa tugasku setelah perang ini selesai?"
Kenyataannya, bertempur nampak lebih menyenangkan, daripada menjaga perdamaian. Si Jon memang rumit.