Dalam satu terjemahan, 'Al Kahfi' diartikan sebagai penghuni goa. Penghuni kesunyian, para pencari kebenaran, yang bahkan saat tidur pun mereka diistimewakan._Jon Quixote_
Apa yang paling menyedihkan dalam hidup ini? Ditinggal kekasih? Istri? Anak? Orangtua? Sahabat? Kehilangan harta? Atau yang lebih tinggi dari itu : kualitas karakter. Tak bisa jujur ketika seharusnya jujur, tak bisa adil ketika seharusnya adil, tak bisa melepas karena sedang kuat-kuatnya mencintai? Atau yang lebih tinggi : ketidaktahuan bahwa kita tak tahu jujur itu bagaimana? Adil itu apa dan bagaimana? Lalu cinta, mengapa seakan cinta cenderung hanya hidup pada manusia menjelang dewasa? Ketika seseorang menua, yang ada hanyalah transaksi materi belaka.
Maka bersyukurlah mereka yang tetap diberikan jalan menuju kesunyian. Melihat keramaian dari kejauhan, dan bertanya kembali : sedang apakah kita di sana dan mau kemana? Maka memang takdir para 'ghuroba' adalah menjadi manusia-manusia yang selalu tak diterima dimana-mana, namun ia tak pernah menolak siapapun yang datang padanya. Ia tak akan meminta diterima, karena memang kebiasaannya tertolak oleh manusia membuatnya tak ada satupun ruang untuk berharap ; bahkan pada Tuhannya. Dan ia tak akan menolak siapapun yang datang, karena di atas orang yang membuatnya datang padanya, adalah Tuhan Sang Maha Penggerak. Ia tak mungkin menolak apa yang Tuhan kehendaki. Resiko keterasingan.
Selain kisah unik anak elang di tengah kumpulan para ayam, adalah kisah kadal. Sudah pernah dengar?
Kisah kadal yang tidak diterima di kelompoknya sendiri. Diejek karena kulitnya kasar, lidahnya tak bisa menjulur, dan nafasnya panas. Kaumnya itu takut dengan bangsa ular. Tiap ular datang, mereka berlarian ketakutan. Suatu saat, si kadal aneh ini terpojok, dikerubung ular. Teman-temannya menertawakan dari kejauhan, mengejek : pasti mati. Tapi ketika ia membuka mulutnya dengan takut dan marah, keluarlah api dari mulutnya. Ternyata, ia adalah anak naga. Pun ketika ia telah mengerti dan kaumnya juga tahu, ia tetap akan teusir. Karena sebenarnya yang menjadikan mereka enggan bukanlah perbedaan. Tapi rasa benci.
Yang mereka tak paham adalah, tak mungkin mengukur orang lain dengan ukuran diri sendiri. Tak harus orang lain memakai cara pandang kita dalam hidupnya. Bahwa ada orang-orang yang memang Tuhan ciptakan sama, dan juga banyak yang berbeda. Agar manusia paham bahwa Tuhan maha kuasa, agar manusia mengerti mereka bukanlah yang berkuasa.
Sabtu pagi, 10 November 2018. Jagain emak yang lagi sakit.
Apa yang paling menyedihkan dalam hidup ini? Ditinggal kekasih? Istri? Anak? Orangtua? Sahabat? Kehilangan harta? Atau yang lebih tinggi dari itu : kualitas karakter. Tak bisa jujur ketika seharusnya jujur, tak bisa adil ketika seharusnya adil, tak bisa melepas karena sedang kuat-kuatnya mencintai? Atau yang lebih tinggi : ketidaktahuan bahwa kita tak tahu jujur itu bagaimana? Adil itu apa dan bagaimana? Lalu cinta, mengapa seakan cinta cenderung hanya hidup pada manusia menjelang dewasa? Ketika seseorang menua, yang ada hanyalah transaksi materi belaka.
Maka bersyukurlah mereka yang tetap diberikan jalan menuju kesunyian. Melihat keramaian dari kejauhan, dan bertanya kembali : sedang apakah kita di sana dan mau kemana? Maka memang takdir para 'ghuroba' adalah menjadi manusia-manusia yang selalu tak diterima dimana-mana, namun ia tak pernah menolak siapapun yang datang padanya. Ia tak akan meminta diterima, karena memang kebiasaannya tertolak oleh manusia membuatnya tak ada satupun ruang untuk berharap ; bahkan pada Tuhannya. Dan ia tak akan menolak siapapun yang datang, karena di atas orang yang membuatnya datang padanya, adalah Tuhan Sang Maha Penggerak. Ia tak mungkin menolak apa yang Tuhan kehendaki. Resiko keterasingan.
Selain kisah unik anak elang di tengah kumpulan para ayam, adalah kisah kadal. Sudah pernah dengar?
Kisah kadal yang tidak diterima di kelompoknya sendiri. Diejek karena kulitnya kasar, lidahnya tak bisa menjulur, dan nafasnya panas. Kaumnya itu takut dengan bangsa ular. Tiap ular datang, mereka berlarian ketakutan. Suatu saat, si kadal aneh ini terpojok, dikerubung ular. Teman-temannya menertawakan dari kejauhan, mengejek : pasti mati. Tapi ketika ia membuka mulutnya dengan takut dan marah, keluarlah api dari mulutnya. Ternyata, ia adalah anak naga. Pun ketika ia telah mengerti dan kaumnya juga tahu, ia tetap akan teusir. Karena sebenarnya yang menjadikan mereka enggan bukanlah perbedaan. Tapi rasa benci.
Yang mereka tak paham adalah, tak mungkin mengukur orang lain dengan ukuran diri sendiri. Tak harus orang lain memakai cara pandang kita dalam hidupnya. Bahwa ada orang-orang yang memang Tuhan ciptakan sama, dan juga banyak yang berbeda. Agar manusia paham bahwa Tuhan maha kuasa, agar manusia mengerti mereka bukanlah yang berkuasa.
Sabtu pagi, 10 November 2018. Jagain emak yang lagi sakit.