22 Februari 2015 pukul 19.24
Belajarlah menjadi anak yg baik sebelum menjadi seorang perempuan. Karena setelah menjadi perempuan, tingkat selanjutnya adalah menjadi wanita, lalu istri, dan terakhir, ibu._Jon Q_
Jalannya masih sempoyongan. Ia, si Jon, sudah sembuh. Tapi keseimbangannya belum pulih. Kakaknya sampai heran - dan ibunya sebal, sakit kok tak mau minum obat. Tapi, sembuh. Dan setelah sembuh, dia mendapat pemahaman-pemahaman baru, yg bikin orang tambah sebal. Sakitnya membuat dia semakin 'cerdas'.
"Teman mbak ada yg mau cerai nih, Jon," kata kakak Jon. "Mereka orang liqo. Suaminya menuduh teman mba selingkuh. Sampai bawa dukun segala ke rumah teman mba, katanya mau diterawang selingkuh sama siapa,"
Si Jon tersenyum - konyol. Orang liqo kok percaya dukun? Dukun bayi, iya boleh.
"Ya turuti saja permintaan suami," kata Jon. "Sebentar lagi juga dia kena azab. Sudah fitnah, pakai percaya sama dukun pula - hadeeh," masalah perdukunan sih, Jon juga tak kalah mistis. Manusia 1/2 jin.
"Tapi mereka liqo, masa' orang liqo cerai?"
"Zamanun lahu suwkun bidlo'atuhu nifaaqun, fainna nifaaqun nafaq. Sekarang jamannya jual beli kemunafikan. Tak ada jaminan orang ikut pengajian, ustadz, kyai, itu sudah 'stempel' baik," kata Jon. "Dulu, jaman rasul ada wanita yg mengaku berzina. Sampai 3x rasul mengacuhkannya, hingga beliau kesal&berkata, '(Ya sudah) Kalau kamu berzina tinggal taubat, jangan diulangi!'. Sebelum seorang wanita menikah, ia harus belajar menjadi anak yg baik. Agar lulus menjadi perempuan, dari kata 'empu', guru, yg dimuliakan/yg ditinggikan karena ilmunya. Makanya, leluhur rasul dari pihak perempuan tak direndahkan masyarakat meskipun miskin - mereka punya ilmu. Lalu menjadi wanita, dari kata 'banita' (bon, perancis) artinya kecantikan, keindahan - dengan ilmu. Ketika ia menjadi istri&saat menjadi seorang ibu, ia tetap mulia. Saat ditinggal suami, orang akan menghargai - karena ilmunya. Jika benar ia selingkuh, datangkan 3 saksi. Jika suami memfitnah, mengapa dipertahankan suami macam itu?"
Jalannya masih sempoyongan. Ia, si Jon, sudah sembuh. Tapi keseimbangannya belum pulih. Kakaknya sampai heran - dan ibunya sebal, sakit kok tak mau minum obat. Tapi, sembuh. Dan setelah sembuh, dia mendapat pemahaman-pemahaman baru, yg bikin orang tambah sebal. Sakitnya membuat dia semakin 'cerdas'.
"Teman mbak ada yg mau cerai nih, Jon," kata kakak Jon. "Mereka orang liqo. Suaminya menuduh teman mba selingkuh. Sampai bawa dukun segala ke rumah teman mba, katanya mau diterawang selingkuh sama siapa,"
Si Jon tersenyum - konyol. Orang liqo kok percaya dukun? Dukun bayi, iya boleh.
"Ya turuti saja permintaan suami," kata Jon. "Sebentar lagi juga dia kena azab. Sudah fitnah, pakai percaya sama dukun pula - hadeeh," masalah perdukunan sih, Jon juga tak kalah mistis. Manusia 1/2 jin.
"Tapi mereka liqo, masa' orang liqo cerai?"
"Zamanun lahu suwkun bidlo'atuhu nifaaqun, fainna nifaaqun nafaq. Sekarang jamannya jual beli kemunafikan. Tak ada jaminan orang ikut pengajian, ustadz, kyai, itu sudah 'stempel' baik," kata Jon. "Dulu, jaman rasul ada wanita yg mengaku berzina. Sampai 3x rasul mengacuhkannya, hingga beliau kesal&berkata, '(Ya sudah) Kalau kamu berzina tinggal taubat, jangan diulangi!'. Sebelum seorang wanita menikah, ia harus belajar menjadi anak yg baik. Agar lulus menjadi perempuan, dari kata 'empu', guru, yg dimuliakan/yg ditinggikan karena ilmunya. Makanya, leluhur rasul dari pihak perempuan tak direndahkan masyarakat meskipun miskin - mereka punya ilmu. Lalu menjadi wanita, dari kata 'banita' (bon, perancis) artinya kecantikan, keindahan - dengan ilmu. Ketika ia menjadi istri&saat menjadi seorang ibu, ia tetap mulia. Saat ditinggal suami, orang akan menghargai - karena ilmunya. Jika benar ia selingkuh, datangkan 3 saksi. Jika suami memfitnah, mengapa dipertahankan suami macam itu?"