9 Maret 2015 pukul 13.14
Jangan pernah kau biarkan masalah yg datang menjadi lebih besar dari jiwa yg kau miliki._Jon Q_
Guru-guru si Jon phobia. Mereka pulang lebih cepat, mungkin takut akan didatangi orang desa yg tak senang dengan sekolahnya. Dia tak bisa berbuat apa-apa, toh yg sebenarnya membutuhkan motivasi bukan para gurunya, tapi dirinya sendiri yg terbayangi ketakutan besar.
Ia mencoba menggali kebijaksanaan yg pernah ia tulis. Membuka buku-buku lama, membaca, tapi ternyata itu tak membuat hatinya sedamai dahulu. Di satu catatan, ia menemukan sebuah dialog.
"Hidup ini tak mudah, itu prinsip pertama," ucap seorang teman.
"Tapi, bagaimana jika ada seseorang yg melampaui 'sketsa' susah dan mudah?" sanggah Jon.
"Maksudnya?"
"Yaa.. Misalkan ada, mungkin, orang yg telah melampaui pikiran itu. Baginya, susah/mudah itu sama saja. Hujan/panas, ia terus berjalan, tak hirau dengan apapun kecuali hatinya sendiri,"
"Orang gila,"
"Mungkin," kata Jon. "Bagaimana seseorang mampu mengukur kekuatan jiwanya, mengenal dirinya, jika ia tak tahu lagi apa yg dihadapinya itu susah/mudah?" tanya teman Jon.
"Ia telah 'mematikan' dirinya. Menyerahkan kembali diri seutuhnya pada Tuhan," kata Jon. "Seperti ketika kaki tangan kita mati rasa, tak akan sakit sekalipun dicubit, diinjak,"
Seorang manusia terbangun di sebuah jalan
Di punggungnya terikat tambang
Dengan muatan di belakang
Menumpang banyak orang
Ia melawan
Tak mungkin tempatnya di sini
Mengapa Tuhan membangunkannya dengan beban ini
Tapi ia tak bisa berhenti
Ia pun menyapa Tuhannya
Jika ini takdirku, katanya
Maka Engkau yg harus menamparku saat ku tersesat
Dan Engkau-lah yg harus membersihkan jalan ini
Jika manusia-manusia itu harus ku bawa sendiri
Tapi jalan ini Engkau biarkan terkotori
Oleh kerikil dan duri para pendengki
Maka Engkau harus membersihkannya
Aku tak pernah meminta terbangun di sini
Sendiri dan selalu hanya Engkau yg menolongku berdiri
Jika tangan kaki-ku terikat membawa mereka
Bagaimana ku harus memungut duri dan kerikil di sana?
Guru-guru si Jon phobia. Mereka pulang lebih cepat, mungkin takut akan didatangi orang desa yg tak senang dengan sekolahnya. Dia tak bisa berbuat apa-apa, toh yg sebenarnya membutuhkan motivasi bukan para gurunya, tapi dirinya sendiri yg terbayangi ketakutan besar.
Ia mencoba menggali kebijaksanaan yg pernah ia tulis. Membuka buku-buku lama, membaca, tapi ternyata itu tak membuat hatinya sedamai dahulu. Di satu catatan, ia menemukan sebuah dialog.
"Hidup ini tak mudah, itu prinsip pertama," ucap seorang teman.
"Tapi, bagaimana jika ada seseorang yg melampaui 'sketsa' susah dan mudah?" sanggah Jon.
"Maksudnya?"
"Yaa.. Misalkan ada, mungkin, orang yg telah melampaui pikiran itu. Baginya, susah/mudah itu sama saja. Hujan/panas, ia terus berjalan, tak hirau dengan apapun kecuali hatinya sendiri,"
"Orang gila,"
"Mungkin," kata Jon. "Bagaimana seseorang mampu mengukur kekuatan jiwanya, mengenal dirinya, jika ia tak tahu lagi apa yg dihadapinya itu susah/mudah?" tanya teman Jon.
"Ia telah 'mematikan' dirinya. Menyerahkan kembali diri seutuhnya pada Tuhan," kata Jon. "Seperti ketika kaki tangan kita mati rasa, tak akan sakit sekalipun dicubit, diinjak,"
Seorang manusia terbangun di sebuah jalan
Di punggungnya terikat tambang
Dengan muatan di belakang
Menumpang banyak orang
Ia melawan
Tak mungkin tempatnya di sini
Mengapa Tuhan membangunkannya dengan beban ini
Tapi ia tak bisa berhenti
Ia pun menyapa Tuhannya
Jika ini takdirku, katanya
Maka Engkau yg harus menamparku saat ku tersesat
Dan Engkau-lah yg harus membersihkan jalan ini
Jika manusia-manusia itu harus ku bawa sendiri
Tapi jalan ini Engkau biarkan terkotori
Oleh kerikil dan duri para pendengki
Maka Engkau harus membersihkannya
Aku tak pernah meminta terbangun di sini
Sendiri dan selalu hanya Engkau yg menolongku berdiri
Jika tangan kaki-ku terikat membawa mereka
Bagaimana ku harus memungut duri dan kerikil di sana?