18 Maret 2015 pukul 19.16
Di bawah sini, kita berjuang. Tak ada waktu untuk meratapi kegagalan, tak ada tempat untuk keluh dan kesedihan. Ke atas, kita tawakal._Jon Q_
"Ibarat sungai, biarkan ia mengalir sebagaimana mestinya," ucap Jon di tengah keluarga. "Jika alirannya tertahan, air akan melawan. Jangan pikirkan aliran airnya, tapi mari kita pikirkan bagaimana jika memang ia mengalir di jalur yg salah,"
Keluarga Jon memanas lagi. Perbedaan pemahaman antara ia dan kakaknya berlanjut terus. Membuat anggota keluarga lainnya kebingungan, mana yg seharusnya diikuti.
"Jika kita baik, mengapa kita takut?" kata Jon.
"Kebaikan yg tak terorganisi akan dikalahkan oleh kejahatan yg terorganisir. Kau jangan merasa paling pintar!" satu suara berkata.
"Dalam hal ini, siapa yg kejam? Lembaga di atas kita? Masyarakat? Sekalipun mereka misalnya membuat tipuan, apakah Tuhan akan diam?"
"Jangan bicarakan Tuhan dulu. Ini masih wilayah upaya manusia!"
"Memangnya selama 2 minggu ini apa? Ini upaya, ikhtiar kita, untuk mendamaikan mereka yg membenci kita," ucap Jon lagi.
"Jika kita mengikuti mereka, kita bisa dibekukan!"
"Itu konsekuensi. Jikapun memang terjadi begitu, apakah kita lantas berhenti berjuang?"
"Makanya, sebelum itu terjadi, kita batalkan rencana mengikuti mereka! Sebelum terlambat!"
"Ibarat sungai tadi, biarkanlah ini mengalir. Tuhan tak menginginkan kita gagal, tapi Ia ingin kita melewati ini dengan tetap tenang."
Mengapa si Jon seakan tak pernah marah, jengkel, lalu menghasud orang-orang dengan logikanya yg cemerlang, agar ia dipercaya?
"Sekitar 20 tahun Nabi Yusuf dipenjara karena fitnah," kata Jon suatu saat. "Apakah ia protes, melawan, stress? Tuhan tak dapat dibeli, tak bisa dibayar, dengan apapun yg kita miliki, termasuk dengan ibadah kita. Ia tak membutuhkan apa yg kita lakukan, Ia menghendaki kita ikhlas, tingkatan akhir shobron jamiil, kesabaran yg paling baik. Dan kita sekuat hati belajar agar mencapai itu, seperti apapun merepotkannya persoalan hidup yg kita hadapi,"
Di bawah sini, kita berjuang. Tak ada waktu untuk meratapi kegagalan, tak ada tempat untuk keluh dan kesedihan. Ke atas, kita tawakal._Jon Q_
"Ibarat sungai, biarkan ia mengalir sebagaimana mestinya," ucap Jon di tengah keluarga. "Jika alirannya tertahan, air akan melawan. Jangan pikirkan aliran airnya, tapi mari kita pikirkan bagaimana jika memang ia mengalir di jalur yg salah,"
Keluarga Jon memanas lagi. Perbedaan pemahaman antara ia dan kakaknya berlanjut terus. Membuat anggota keluarga lainnya kebingungan, mana yg seharusnya diikuti.
"Jika kita baik, mengapa kita takut?" kata Jon.
"Kebaikan yg tak terorganisi akan dikalahkan oleh kejahatan yg terorganisir. Kau jangan merasa paling pintar!" satu suara berkata.
"Dalam hal ini, siapa yg kejam? Lembaga di atas kita? Masyarakat? Sekalipun mereka misalnya membuat tipuan, apakah Tuhan akan diam?"
"Jangan bicarakan Tuhan dulu. Ini masih wilayah upaya manusia!"
"Memangnya selama 2 minggu ini apa? Ini upaya, ikhtiar kita, untuk mendamaikan mereka yg membenci kita," ucap Jon lagi.
"Jika kita mengikuti mereka, kita bisa dibekukan!"
"Itu konsekuensi. Jikapun memang terjadi begitu, apakah kita lantas berhenti berjuang?"
"Makanya, sebelum itu terjadi, kita batalkan rencana mengikuti mereka! Sebelum terlambat!"
"Ibarat sungai tadi, biarkanlah ini mengalir. Tuhan tak menginginkan kita gagal, tapi Ia ingin kita melewati ini dengan tetap tenang."
Mengapa si Jon seakan tak pernah marah, jengkel, lalu menghasud orang-orang dengan logikanya yg cemerlang, agar ia dipercaya?
"Sekitar 20 tahun Nabi Yusuf dipenjara karena fitnah," kata Jon suatu saat. "Apakah ia protes, melawan, stress? Tuhan tak dapat dibeli, tak bisa dibayar, dengan apapun yg kita miliki, termasuk dengan ibadah kita. Ia tak membutuhkan apa yg kita lakukan, Ia menghendaki kita ikhlas, tingkatan akhir shobron jamiil, kesabaran yg paling baik. Dan kita sekuat hati belajar agar mencapai itu, seperti apapun merepotkannya persoalan hidup yg kita hadapi,"