Tangan Dajjal

Java Tivi
0
21 Maret 2015 pukul 08.35


Buku dan semua sumber pengetahuan itu tak bisa menyampaikan kita pada kebenaran. Indera, akal, juga hanya menambah kesesatan dari apa yg kita baca dan dengar. Ilmu datang dari Tuhan, dan aku sama sekali tak memilikinya._Jon Q_

Untuk kedua kalinya, Jon bermimpi 'disidang' oleh ulama. Jika di mimpi pertama ia 'dihabisi' oleh seorang ustadz, maka yg kedua ini oleh dua orang ustadz dan seorang kyai. Ia seperti mitos Siti Jenar, atau Al Hallaj yg terlalu dalam mencintai Tuhannya. Tapi apakah benar Jon setinggi itu? Dan apakah ia peduli seperti apakah ia di hadapan Tuhannya?




"Ilmumu kau dapat darimana, Jon? Kitab-kitab Wahabi dan internet ya? Itu semua kebohongan." kata sang kyai.

Jon mengangguk. Sang kyai terdiam, ia mengharap Jon menanggapi, tapi ternyata ia hanya diam dan mengangguk.

"Para ulama adalah pewaris para nabi. Kau harus belajar padanya, bukan justru merasa lebih paham dari mereka. Hanya iblis yg selalu merasa lebih tinggi," kata sang kyai lagi. "Kau mau jadi nabi baru, ya? Mau jadi rasul dengan ilmumu itu?"

Jon tersenyum, menggeleng. Bapaknya hanya diam, duduk di sampingnya.

"Ayo bicara, bukankah kau sangat pintar saat menyesatkan orang-orang awam? Atau kau mengakui bahwa kau itu tangan Dajjal, semua yg kau katakan adalah dusta," kata sang kyai lagi.

"Apa yg harus aku katakan, Kyai?" akhirnya Jon berucap.

"Kau tak melakukan pembelaan?"

"Tidak, kyai. Semua yg kyai katakan mungkin benar," kata Jon.

"Lalu mengapa kau menyesatkan banyak orang?" tanya Kyai lagi.

"Maaf, kyai. Yg menyesatkan/memberi petunjuk itu Allah, bukan saya, Kyai,"

"Lalu mengapa kau banyak bicara pada mereka kaum awam?"

"Mereka yg minta, Kyai. Saya tak menginginkannya. Apa yg bisa saya sampaikan, jika saya tak punya ilmu apa-apa?"

"Mengapa kau mau diminta bicara? Bukankah kau tahu kau tak tahu apa-apa?"

"Mereka datang menghendaki hiburan, Kyai. Mereka merasa menderita dan saya hanya memetik satu buah kebahagiaan untuk mereka,"

"Buah kebahagiaan? Belagu benar? Memangnya kau sudah bahagia?"

bersambung

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)