21 Maret 2015 pukul 11.55
Untuk apa aku hidup?
Kenapa harus aku yg hidup?
Questions from young friend.
***
Pertanyaan itu juga ditanyakan Buddha, Ibrahim ibn Adam - seorang sufi, semua nabi, juga para orang besar : the greatmens.
Tapi, seperti candaan seorang kakek yg ditanya seorang komandan perang romawi, "Di desa ini, siapa yg terlahir sebagai orang besar? Bawa kesini,"
Jawab si kakek,"Tidak ada. Semua orang di sini terlahir sebagai bayi,"
Aku pernah bertanya saat masih remaja, "Mengapa ada yg tertakdir menjadi orang-orang susah, dan orang-orang mewah?"
Itu kepastian. Dalam pertanyaan di atas, orang-orang yg tak memikirkan itu, atau bahkan bertanya pun tidak, akan menjadi seperti pendahulu kita yg hidup dalam kepayahan : jiwa.
Buddha, Ashoka, bahkan pendahulu manusia, Adam, telah mencapai 'titik puncak' kepuasan hidup. Maka mereka 'keluar', lari dari kenikmatan hidup yg banyak orang menginginkannya.
Lalu, untuk apa aku hidup? Berpikirlah ke depan, dan merenunglah ke belakang. Apa yg telah dilakukan Buddha, para nabi, dan tokoh besar?
Tapi baiklah, mari kita runut :
1. Untuk dunia materialis (harta, tahta, ketenaran, urusan perut&kelamin).
2. Untuk manusia (memperbaiki kehidupan, menciptakan masa depan lebih baik).
3. Untuk Tuhan, yg sebenarnya tak membutuhkan kita.
4. Tidak untuk apa-apa, menuruti kehendak hati yg suci.
Yg mana? Apakah sesederhana itu? Tentu tidak.
Lalu, mengapa harus aku yg hidup?
Phewh, jawaban panjangnya luar biasa rumit. Tapi secara sederhana, katakanlah, karena Tuhan ingin kita yg terlahir. Untuk apa? Kebaikan. Seperti apa?
Matahari bersinar terang
Bintang malam menunjukan jalan
Angis berhembus pelan
Dan terkadang besar menghancurkan
Samudera menenggelamkan
Roda berputar
Tanah mengembalikan semua pada asal
Dan hujan menghidupkan kematian
Mata melihat
Telinga mendengar
Hati merasakan kebenaran
Tapi kematian jiwa membuatnya tak bisa apa-apa
Burung terbang
Ikan berenang
Rusa berlari
Manusia berbeda dari mereka
Untuk apa aku hidup?
Kenapa harus aku yg hidup?
Questions from young friend.
***
Pertanyaan itu juga ditanyakan Buddha, Ibrahim ibn Adam - seorang sufi, semua nabi, juga para orang besar : the greatmens.
Tapi, seperti candaan seorang kakek yg ditanya seorang komandan perang romawi, "Di desa ini, siapa yg terlahir sebagai orang besar? Bawa kesini,"
Jawab si kakek,"Tidak ada. Semua orang di sini terlahir sebagai bayi,"
Aku pernah bertanya saat masih remaja, "Mengapa ada yg tertakdir menjadi orang-orang susah, dan orang-orang mewah?"
Itu kepastian. Dalam pertanyaan di atas, orang-orang yg tak memikirkan itu, atau bahkan bertanya pun tidak, akan menjadi seperti pendahulu kita yg hidup dalam kepayahan : jiwa.
Buddha, Ashoka, bahkan pendahulu manusia, Adam, telah mencapai 'titik puncak' kepuasan hidup. Maka mereka 'keluar', lari dari kenikmatan hidup yg banyak orang menginginkannya.
Lalu, untuk apa aku hidup? Berpikirlah ke depan, dan merenunglah ke belakang. Apa yg telah dilakukan Buddha, para nabi, dan tokoh besar?
Tapi baiklah, mari kita runut :
1. Untuk dunia materialis (harta, tahta, ketenaran, urusan perut&kelamin).
2. Untuk manusia (memperbaiki kehidupan, menciptakan masa depan lebih baik).
3. Untuk Tuhan, yg sebenarnya tak membutuhkan kita.
4. Tidak untuk apa-apa, menuruti kehendak hati yg suci.
Yg mana? Apakah sesederhana itu? Tentu tidak.
Lalu, mengapa harus aku yg hidup?
Phewh, jawaban panjangnya luar biasa rumit. Tapi secara sederhana, katakanlah, karena Tuhan ingin kita yg terlahir. Untuk apa? Kebaikan. Seperti apa?
Matahari bersinar terang
Bintang malam menunjukan jalan
Angis berhembus pelan
Dan terkadang besar menghancurkan
Samudera menenggelamkan
Roda berputar
Tanah mengembalikan semua pada asal
Dan hujan menghidupkan kematian
Mata melihat
Telinga mendengar
Hati merasakan kebenaran
Tapi kematian jiwa membuatnya tak bisa apa-apa
Burung terbang
Ikan berenang
Rusa berlari
Manusia berbeda dari mereka