13 Februari 2015 pukul 06.23
The truth will be you free._Jesus_
Ada satu penelitian di sebuah kampus ilmiah, tentang 'kebebasan diri'. Enam orang mahasiswa diminta menyebutkan mana garis yg lebih panjang di papan tulis. Satu garis pendek, dan di bawahnya garis yg lebih panjang. Lima dari 6 orang itu telah 'bersekongkol' dengan sang peneliti, bahwa mereka harus mengatakan garis yg di atas-lah garis yg panjang. Lalu, apa yg terjadi?
Satu orang itu pun 'terpaksa' mengikuti lima orang lainnya. Ia bahkan harus tak percaya dengan dirinya sendiri, karena berbeda.
Egregious dimaknakan 'berdiri di luar kelompok'. Siapa saja yg ingin melihat suatu masalah lebih jelas, ia harus berani berbeda. Kebenaran, seperti kata Yesus, akan membebaskan. Tentu selalu ada resiko menjadi beda. Itu mengundang kritik, bahkan membangkang dalam suatu sistem yg mapan bisa dianggap gila, pengkhianat, berdosa. Tapi, jika Tuhan menginginkan manusia sama, mengapa Ia menciptakan perbedaan?
"Saya kira, kita harus menjadi manusia dulu, baru kemudian menjadi subyek. Tak perlu hormat pada hukum, begitu pula pada hak.. Hukum tak pernah membuat manusia lebih adil," kata Thoreau.
Sistem kehidupan yg mapan semakin menolak menerima perubahan. Mereka yg berbeda akan teranggap sebagai 'iblis', ablasa, ia yg tertolak. Tapi, barangkali karena iblis berdiri di luar kelompok malaikat, ia paham akan menjadi seperti apa manusia kelak. Perubahan tingkatan pemahaman dari 'binatang yg berpikir', lalu hewan sosial, kemudian menjadi manusia, hanya untuk mereka yg terus mencari kebenaran tanpa memaksa orang untuk sama dengannya. Dan kebenaran akan membebaskan, ketika di sana ada kesadaran yg menenangkan, merasa cukup dengan diri sendiri, lalu bertanggung jawab penuh atas kehidupannya, menjalani keyakinannya dengan berani.
The truth will be you free._Jesus_
Ada satu penelitian di sebuah kampus ilmiah, tentang 'kebebasan diri'. Enam orang mahasiswa diminta menyebutkan mana garis yg lebih panjang di papan tulis. Satu garis pendek, dan di bawahnya garis yg lebih panjang. Lima dari 6 orang itu telah 'bersekongkol' dengan sang peneliti, bahwa mereka harus mengatakan garis yg di atas-lah garis yg panjang. Lalu, apa yg terjadi?
Satu orang itu pun 'terpaksa' mengikuti lima orang lainnya. Ia bahkan harus tak percaya dengan dirinya sendiri, karena berbeda.
Egregious dimaknakan 'berdiri di luar kelompok'. Siapa saja yg ingin melihat suatu masalah lebih jelas, ia harus berani berbeda. Kebenaran, seperti kata Yesus, akan membebaskan. Tentu selalu ada resiko menjadi beda. Itu mengundang kritik, bahkan membangkang dalam suatu sistem yg mapan bisa dianggap gila, pengkhianat, berdosa. Tapi, jika Tuhan menginginkan manusia sama, mengapa Ia menciptakan perbedaan?
"Saya kira, kita harus menjadi manusia dulu, baru kemudian menjadi subyek. Tak perlu hormat pada hukum, begitu pula pada hak.. Hukum tak pernah membuat manusia lebih adil," kata Thoreau.
Sistem kehidupan yg mapan semakin menolak menerima perubahan. Mereka yg berbeda akan teranggap sebagai 'iblis', ablasa, ia yg tertolak. Tapi, barangkali karena iblis berdiri di luar kelompok malaikat, ia paham akan menjadi seperti apa manusia kelak. Perubahan tingkatan pemahaman dari 'binatang yg berpikir', lalu hewan sosial, kemudian menjadi manusia, hanya untuk mereka yg terus mencari kebenaran tanpa memaksa orang untuk sama dengannya. Dan kebenaran akan membebaskan, ketika di sana ada kesadaran yg menenangkan, merasa cukup dengan diri sendiri, lalu bertanggung jawab penuh atas kehidupannya, menjalani keyakinannya dengan berani.