30 Januari 2015 pukul 18.09
Selalu, serangan yg tak kita duga-lah yg akan menjatuhkan dalam sekali pukul. Dalam kegelapan, kau tak akan mudah membedakan, mana lawan dan mana dirimu sendiri. Atau, engkaulah sebenarnya lawan dirimu sendiri?_Jon_
Seringkali Jon membayangkan betapa enak hidup di kota, seperti teman-temannya. Hidup individualis dan berkompetisi, sekalipun itu benar-benar buruk, sepertinya lebih menggoda daripada harus memikirkan persoalan banyak orang, mencari solusi dalam tekanan perasaan 'mengapa harus aku yg tak merasa pantas ini'? Pendidikan, sosial, keluarga, psikologis, klenik, Jin, dan Jon. Benar-benar aneh hidup si Jon memang.
"Kau telah menyesatkan banyak orang," kata Jon pada seorang (sebuah?) Jin. "Licik benar kau, menggunakan ayat-ayat Tuhan sebagai hijab agar seseorang enggan menggali ilmu lebih banyak, lebih dalam," di lingkungan si Jon, menjadi rahasia umum (rahasia kok umum?) untuk para ustadz/kyai yg memberi 'obat' pada masyarakat dengan membaca dzikir/doa 'ini' dan 'itu', sebanyak jumlah tertentu.
"Kau lupa, Jon, Tuhan yg berkata bahwa manusia itu memang bodoh, 'Innamal insanu zalimun jahl'," balas Jin itu. "Kau kira kami yg memulai lebih dulu? Ini semua terjadi karena hasrat kalian sendiri,"
"Hasrat apa? Kami tak merasa menginginkan apapun selain menolong orang dengan cara termudah," kata Jon.
"Apakah dengan niat menolong itu lantas membuatmu enggan menyelidiki itu lebih dalam? Apakah dengan dalih menolong itu lantas membenarkan menggunakan ayat-ayat tertentu tanpa dasar yg jelas dan mengesampingkan akal sehatmu? Kau ini makhluk berakal, diberikan akal kepadamu untuk menggali ilmu sampai ke akar persoalan," ceramah Jin itu lagi. "Kau kira kami tak tersesat seperti kalian, saat membantu menjalankan 'ayat-ayat' tersebut?"
"Bagaimana mungkin kalian tersesat? Bukankah kalian yg menyesatkan kami?" kata Jon.
"Dasar bodoh. Aladzi yuwaswisu fi shudurin nas, dia yg membisikan rasa takut dalam dada manusia, minal jinnati wan nas, di dalam golongan jin dan manusia...
Bersambung
Selalu, serangan yg tak kita duga-lah yg akan menjatuhkan dalam sekali pukul. Dalam kegelapan, kau tak akan mudah membedakan, mana lawan dan mana dirimu sendiri. Atau, engkaulah sebenarnya lawan dirimu sendiri?_Jon_
Seringkali Jon membayangkan betapa enak hidup di kota, seperti teman-temannya. Hidup individualis dan berkompetisi, sekalipun itu benar-benar buruk, sepertinya lebih menggoda daripada harus memikirkan persoalan banyak orang, mencari solusi dalam tekanan perasaan 'mengapa harus aku yg tak merasa pantas ini'? Pendidikan, sosial, keluarga, psikologis, klenik, Jin, dan Jon. Benar-benar aneh hidup si Jon memang.
"Kau telah menyesatkan banyak orang," kata Jon pada seorang (sebuah?) Jin. "Licik benar kau, menggunakan ayat-ayat Tuhan sebagai hijab agar seseorang enggan menggali ilmu lebih banyak, lebih dalam," di lingkungan si Jon, menjadi rahasia umum (rahasia kok umum?) untuk para ustadz/kyai yg memberi 'obat' pada masyarakat dengan membaca dzikir/doa 'ini' dan 'itu', sebanyak jumlah tertentu.
"Kau lupa, Jon, Tuhan yg berkata bahwa manusia itu memang bodoh, 'Innamal insanu zalimun jahl'," balas Jin itu. "Kau kira kami yg memulai lebih dulu? Ini semua terjadi karena hasrat kalian sendiri,"
"Hasrat apa? Kami tak merasa menginginkan apapun selain menolong orang dengan cara termudah," kata Jon.
"Apakah dengan niat menolong itu lantas membuatmu enggan menyelidiki itu lebih dalam? Apakah dengan dalih menolong itu lantas membenarkan menggunakan ayat-ayat tertentu tanpa dasar yg jelas dan mengesampingkan akal sehatmu? Kau ini makhluk berakal, diberikan akal kepadamu untuk menggali ilmu sampai ke akar persoalan," ceramah Jin itu lagi. "Kau kira kami tak tersesat seperti kalian, saat membantu menjalankan 'ayat-ayat' tersebut?"
"Bagaimana mungkin kalian tersesat? Bukankah kalian yg menyesatkan kami?" kata Jon.
"Dasar bodoh. Aladzi yuwaswisu fi shudurin nas, dia yg membisikan rasa takut dalam dada manusia, minal jinnati wan nas, di dalam golongan jin dan manusia...
Bersambung