Khalwat VII

Java Tivi
0
28 Januari 2015 pukul 20.03

Dalam kesederhanaan kata, Ia menyembunyikan banyak makna. Ia rahasiakan sesuatu yg besar, yg indah, yg ketika seseorang mendapatkannya, ia menjadi kesederhanaan yg bermakna._Jon Q_

"Wallayli idza sajja," demi malam ketika kesunyian datang.

"Wannahari idza tajjala," demi siang ketika terang benderang.

Hari tak selalu cerah, di antara siang dan malam, di sana ada senja, yg meminta manusia untuk mempersiapkan segalanya. Mengapa mengeluh dengan kegelapan, jika ia memberi kesempatan untuk sejenak menenangkan diri, mendamaikan hati.

Siang manusia berlari, tertawa, bersenang ria, maka datanglah malam, ketika semua harus berhenti dan sejenak memahami lebih dalam : ada saatnya manusia belajar.


Ketika hidup terasa gelap, sakit, itu waktu malam yg telah datang. Waktu istirahat, ketika tiap orang sebaiknya mengerti, tak selamanya kaki ini dapat berlari. Hari tak selamanya pagi, ketika wajah-wajah terlihat cerah, saat tangan dan kaki masih terlalu kuat. Merencanakan, menginginkan banyak hal.

Mengapa Ia menyembunyikan makna besar dalam kesederhanaan kata? Mengapa Ia tak berkata langsung saja?

Manusia cenderung tak mudah menerima dirinya sendiri. Ada yg lebih mempesona, bagi sebagian manusia, daripada kenyataan siapa manusia sebenarnya. Maka beruntunglah ia yg terbangun lebih dulu. Beruntunglah ia yg terjaga lebih pagi dari lainnya. Beruntunglah ia yg tak harus menunggu senja untuk mempersiapkan segalanya. Beruntunglah ia yg selalu belajar kembali seperti ketika pagi. Saat ia baru memulai, melihat, mendengar, merasai banyak hal yg menjadikannya tumbuh lebih awal dari yg lain. Beruntunglah ia yg mampu membawa kesunyian malam dalam siang. Ia yg tetap tenang saat berjuang atau ketika malam menjelang. Ia yg melihat hari dengan sepenuhnya, pagi hingga malam, lalu menjadikannya tetap bahagia meski berbeda dengan lainnya.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)