11 Januari 2015 pukul 23.30
Selepas maghrib lalu aku tertidur
Kantuk menyerang dan tak sanggup ku tahan
Kisah tentang Ibrahim kecil mengantarku bermimpi
Tentang kasih ibu, tentang perlawanan diam-diam
Itu apa, bu? Tanya Ibrahim kecil
Menunjuk pada batu-batu berukir
Tempat sesembahan yg tak mau makan
Dan tak pernah menjawab sapaan
Ayahnya mengajak ia turut membungkuk
Di hadapan batu bersujud tunduk
Tidak mau. Kata Ibrahim kecil
Ibu memintaku mengembala domba
Bukan ia tak mau menuruti bapaknya
Ibrahim kecil tak pernah durhaka
Tapi ia hanya bertanya
Mana yg harus ku jaga : batu itu atau para domba?
Jika mereka adalah Tuhan
Mereka tak butuh perlindungan
Mana mungkin manusia mampu melindungi
Sesuatu yg melebihi kekuatannya?
Tapi para dombaku,
Membutuhkan tuntunan
Tanpa aku di tengah mereka
Para domba akan tersesat tak dapat pulang
Ibrahim remaja menanyai domba gembalanya
Mengapa kalian tak hormat pada batu-batu itu?
Apa kalian buta?
Bukankah mereka Tuhan?
Para domba nampaknya tak peduli
Mereka lebih memilih rumput daripada bebatuan bisu
Ibrahim mulai ragu
Yg bodoh dombaku atau mereka penyembah batu?
Ketika dewasa
Ibrahim berkelana dengan izin ibunya
Berjalan mencari Tuhan
Berjalan mencari kebenaran
Ia melihat bulan, bintang, matahari
Yg ia sangka adalah Tuhannya
Seperti pikiran dungu manusia
Yg mengira dunia adalah tujuannya
Ibrahim muda tersadar
Ia yg ingin bertemu Tuhannya
Akan menemukannya setelah menghilangkan
Apa saja yg berkuasa dalam pikiran
Tuhan ia temukan
Setelah menghilangkan tuhan-tuhan
Yg diciptakannya sendiri
Yg manusia yakini Ia seperti yg dipikirkannya
Dengan kebenaran itu Ibrahim mengamuk
Dihancurkannya para batu dengan kapak gemuk
Seperti ketika ia menghancurkan para Tuhan
Yg mengganggu pikiran dengan ketakutan
Ia pun diikat di atas kayu bakar
Ibrahim dipanggang
Disaksikan para batu yg menjadi arang
Api bersujud tak mampu membakar
Selepas maghrib lalu aku tertidur
Kantuk menyerang dan tak sanggup ku tahan
Kisah tentang Ibrahim kecil mengantarku bermimpi
Tentang kasih ibu, tentang perlawanan diam-diam
Itu apa, bu? Tanya Ibrahim kecil
Menunjuk pada batu-batu berukir
Tempat sesembahan yg tak mau makan
Dan tak pernah menjawab sapaan
Ayahnya mengajak ia turut membungkuk
Di hadapan batu bersujud tunduk
Tidak mau. Kata Ibrahim kecil
Ibu memintaku mengembala domba
Bukan ia tak mau menuruti bapaknya
Ibrahim kecil tak pernah durhaka
Tapi ia hanya bertanya
Mana yg harus ku jaga : batu itu atau para domba?
Jika mereka adalah Tuhan
Mereka tak butuh perlindungan
Mana mungkin manusia mampu melindungi
Sesuatu yg melebihi kekuatannya?
Tapi para dombaku,
Membutuhkan tuntunan
Tanpa aku di tengah mereka
Para domba akan tersesat tak dapat pulang
Ibrahim remaja menanyai domba gembalanya
Mengapa kalian tak hormat pada batu-batu itu?
Apa kalian buta?
Bukankah mereka Tuhan?
Para domba nampaknya tak peduli
Mereka lebih memilih rumput daripada bebatuan bisu
Ibrahim mulai ragu
Yg bodoh dombaku atau mereka penyembah batu?
Ketika dewasa
Ibrahim berkelana dengan izin ibunya
Berjalan mencari Tuhan
Berjalan mencari kebenaran
Ia melihat bulan, bintang, matahari
Yg ia sangka adalah Tuhannya
Seperti pikiran dungu manusia
Yg mengira dunia adalah tujuannya
Ibrahim muda tersadar
Ia yg ingin bertemu Tuhannya
Akan menemukannya setelah menghilangkan
Apa saja yg berkuasa dalam pikiran
Tuhan ia temukan
Setelah menghilangkan tuhan-tuhan
Yg diciptakannya sendiri
Yg manusia yakini Ia seperti yg dipikirkannya
Dengan kebenaran itu Ibrahim mengamuk
Dihancurkannya para batu dengan kapak gemuk
Seperti ketika ia menghancurkan para Tuhan
Yg mengganggu pikiran dengan ketakutan
Ia pun diikat di atas kayu bakar
Ibrahim dipanggang
Disaksikan para batu yg menjadi arang
Api bersujud tak mampu membakar