7 Februari 2015 pukul 14.41
Segala predikat kebaikan tak pernah menjadi cukup. Untuk sebagian manusia, hidup ini adalah pertarungan. Bukan tentang yg kuat/cerdas yg pasti menang, tapi ia yg bertahan, meski tersiksa panas oleh matahari di puncak malam._Jon Q_
Setelah bertarung dengan harga dirinya yg begitu tinggi, ketidakmauannya mengemis, Jon harus mengalah. Persoalan tentang perut itu selesai, muncul lawan baru, hujan panjang yg menggenangkan sekolahnya. Ia tak pernah mengeluh, tapi jiwanya terus bertanya : adakah yg lebih parah dari ini?
Ada!
Baru saja ia pulang dari kerja bakti, dua orang datang ke rumah ibunya. Mereka keluarga siswa, ingin mengadu keponakannya yg mengalami kejadian 'aneh'.
"Ada tamu, Jon," kata kakaknya, dari luar kamar. "Si fulanah pendarahan di kemaluannya selama seminggu. Katanya mau diusut oleh polisi,"
Jon tak menjawab. Jiwanya mencoba untuk selalu tenang. Ia menemui dua orang tersebut, ibu-ibu. Mereka bercerita, sudah seminggu keponakannya pendarahan. Jika ditanya, seperti sedang dalam ancaman, ia menangis mengguncang.
Jon tak mau berprasangka apa-apa. Terlebih lagi, masa' iya ada orang sebegitu kejamnya pada siswa kelas 2-nya itu? Seminggu itu, Jon memang jarang ke gedung selatan : kelas 1-4. Ia di gedung utara, ruang kepala dan kelas 5.
Kau tahu, apa yg setan bisikan?
"Kau belum menikah, kau nampak santun, sebagian orang menganggapmu ustadz. Ini akan jadi skenario bagus jika pelaku itu memfitnahmu - guru cabul. Sekolah yg baru saja diterima masyarakat itu, yg baru mulai membersihkan segala tuduhan palsu itu, akan kembali tercemar. Kau tahu yg paling parah? Jika kau tertangkap, lalu sekolah itu tertinggalkan olehmu di penjara, dengan fitnah picisan itu yg menyebar, akan menjadi apa sekolah itu besok?"
Jon menyarankan siswanya untuk di visum. Ia memberikan nomor handphonenya, agar segera memberi kabar setelah siswanya itu diperiksa.
Bersambung,
Segala predikat kebaikan tak pernah menjadi cukup. Untuk sebagian manusia, hidup ini adalah pertarungan. Bukan tentang yg kuat/cerdas yg pasti menang, tapi ia yg bertahan, meski tersiksa panas oleh matahari di puncak malam._Jon Q_
Setelah bertarung dengan harga dirinya yg begitu tinggi, ketidakmauannya mengemis, Jon harus mengalah. Persoalan tentang perut itu selesai, muncul lawan baru, hujan panjang yg menggenangkan sekolahnya. Ia tak pernah mengeluh, tapi jiwanya terus bertanya : adakah yg lebih parah dari ini?
Ada!
Baru saja ia pulang dari kerja bakti, dua orang datang ke rumah ibunya. Mereka keluarga siswa, ingin mengadu keponakannya yg mengalami kejadian 'aneh'.
"Ada tamu, Jon," kata kakaknya, dari luar kamar. "Si fulanah pendarahan di kemaluannya selama seminggu. Katanya mau diusut oleh polisi,"
Jon tak menjawab. Jiwanya mencoba untuk selalu tenang. Ia menemui dua orang tersebut, ibu-ibu. Mereka bercerita, sudah seminggu keponakannya pendarahan. Jika ditanya, seperti sedang dalam ancaman, ia menangis mengguncang.
Jon tak mau berprasangka apa-apa. Terlebih lagi, masa' iya ada orang sebegitu kejamnya pada siswa kelas 2-nya itu? Seminggu itu, Jon memang jarang ke gedung selatan : kelas 1-4. Ia di gedung utara, ruang kepala dan kelas 5.
Kau tahu, apa yg setan bisikan?
"Kau belum menikah, kau nampak santun, sebagian orang menganggapmu ustadz. Ini akan jadi skenario bagus jika pelaku itu memfitnahmu - guru cabul. Sekolah yg baru saja diterima masyarakat itu, yg baru mulai membersihkan segala tuduhan palsu itu, akan kembali tercemar. Kau tahu yg paling parah? Jika kau tertangkap, lalu sekolah itu tertinggalkan olehmu di penjara, dengan fitnah picisan itu yg menyebar, akan menjadi apa sekolah itu besok?"
Jon menyarankan siswanya untuk di visum. Ia memberikan nomor handphonenya, agar segera memberi kabar setelah siswanya itu diperiksa.
Bersambung,